Persepsi ibu tentang inisiasi menyusu dini

b. Bayi yang dilahirkan dari ibu hamil yang terinveksi virus HIVAIDS, dimana bagi ibu yang melahirkan anak dengan HIV positif sebaiknya tidak menyusui karena dapat terjadi penularan HIV dari ibu ke bayi antara 10-21, terlebih jika putting payudara ibu mengalami perlukaan, baik terjadi lecet ataupun radang. c. Bayi yang dilahirkan tidak pada waktunya yang disebut bayi prematur, dimana bayi normalnya lahir adalah berumur kurang lebih 280 hari.

2.4. Persepsi ibu tentang inisiasi menyusu dini

Menurut Notoatmodjo 1993 pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya persepsi, sikap, dan perilaku seseorang over behavior. Persepsi, sikap dan perilaku yang didasari oleh kesadaran dan pengetahuan, akan menghasilkan sebuah perilaku yang akan bertahan lama atau melekat pada individu tersebut. Seseorang yang memiliki persepsi positif terhadap sesuatu, maka individu tersebut juga akan berperilaku atau menunjukkan partisipasi yang lebih positif terhadap hal tersebut. Menurut Rakhmat 2007 bahwa pengalaman mempengaruhi persepsi seseorang. Seseorang yang belum pernah memperoleh informasi tentang sesuatu objek, akan memiliki persepsi yang lebih buruk dari pada individu yang telah memperoleh informasi sebelumnya Sunaryo, 2004. Menurut Roesli 2007, bahwa faktor utama tidak tercapainya pelaksanaan IMD yang benar adalah karena kurang sampainya pengetahuan yang benar Universitas Sumatera Utara tentang IMD pada para ibu. Seorang ibu harus mempunyai pengetahuan baik dalam menyusui. Kehilangan pengetahuan tentang menyusui berarti kehilangan besar akan kepercayaan diri seorang ibu untuk dapat memberikan perawatan terbaik untuk bayinya dan seorang bayi akan kehilangan sumber makanan yang vital dan cara perawatan yang optimal. Pengetahuan yang kurang mengenai IMD dan pemberian ASI terlihat dari pemanfaatan susu formula secara dini di perkotaan dan pemberian nasi sebagai tambahan ASI di pedesaan. Pengetahuan yang cukup tentang IMD bagi masyarakat dan keluarga sangat diperlukan. Terutama mengenai manfaatnya yang luar biasa, sehingga mereka termotivasi untuk melakukan IMD bagi calon anak yang akan terlahir kelak. Hal ini penting, karena bagaimanapun keluarga ingin memberikan yang terbaik bagi si anak, terutama pada awal-awal kehidupannya dan yang terbaik bagi bayi di awal kehidupan tersebut adalah ASI. Dengan informasi yang diberikan kepada ibu hamil diharapkan terjadi suatu proses perubahan perilaku ibu sehingga ibu memiliki keinginan dan mau melakukan inisiasi menyusu dini pada saat persalinan Yulianti, 2008. Dalam prakteknya sulit sekali untuk melaksanakan inisiasi menyusu dini. Kesulitan ini tidak terletak pada aspek tekhnis, tetapi lebih pada aspek sosial. Aspek sosial disini meliputi masyarakat yang belum banyak tahu tentang inisiasi menyusu dini terutama ibu yang mau melahirkan, tenaga penolong persalinan yang belum mengenal lebih jauh inisiasi menyusu dini, serta keengganan tenaga kesehatan untuk melakukan inisiasi menyusu dini karena Universitas Sumatera Utara berbagai alasan. Penting sekali dianjurkan kepada tenaga kesehatan untuk menyampaikan informasi inisiasi menyusu dini pada orang tua dan keluarga sebelum melakukan inisiasi menyusu dini. Juga dianjurkan untuk menciptakan suasana yang tenang, nyaman, dan penuh kesabaran untuk melakukan proses inisiasi menyusu dini Roesli, 2008. Universitas Sumatera Utara

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi ibu hamil tentang inisiasi menyusu dini. Inisiasi menyusu dini adalah proses alami bayi untuk menyusu, yaitu dengan memberi kesempatan pada bayi untuk mencari dan mengisap ASI sendiri dalam satu jam pertama pada awal kehidupannya. Bayi dibiarkan kontak kulit dengan kulit ibu nya, setidaknya selama satu jam untuk menjamin berlangsungnya proses menyusui yang benar. Kontak kulit ini akan merangsang aliran ASI, membantu ikatan batin bonding ibu dan bayi serta perkembangan bayi Roesli, 2008. Menurut Sobur 2003 persepsi merupakan bagian dari keseluruhan proses yang menghasilkan tanggapan setelah rangsangan diterapkan kepada manusia. Dari segi psikologis dikatakan bahwa tingkah laku seseorang merupakan fungsi dari cara dia memandang. Oleh karena itu, untuk mengubah tingkah laku seseorang harus dimulai dengan mengubah persepsinya. Universitas Sumatera Utara