Metode Penelitian 1.6.1 Tipe Penelitian

I.6. Metode Penelitian 1.6.1 Tipe Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat eksploratif, dan pemaparannya dalam bentuk deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk menggambarkan secara terperinci bagaimana perkawinan usia dini dapat dikaji dalam perspektif pluralisme hukum. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat 1989:29 penelitian yang bersifat deskriptif bertujuan menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan atau gejala atau kelompok tertentu atau untuk menentukan frekuensi atau penyebaran suatu gejala atau frekuensi adanya hubungan antara suatu gejala dengan gejala lainnya dalam suatu masyarakat. Metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif digunakan untuk mendapatkan gambaran yang mendalam tentang bagaimana masyarakat menentukan pilihan-pilihan hukumnya, serta bagaiamana proses pengesahan perkawinan usia dini tersebut terjadi khususnya pada masyarakat Jawa yang tinggal di Desa Saentis.

I.6.2. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi Pada saat berada dilapangan, yang pertama sekali penulis lakukan dalam penelitian ini adalah dengan mengadakan observasi pengamatan terhadap masyarakat Jawa yang tinggal di Desa Saentis ini dalam melakukan perkawinan usia dini. Pada penelitian ini observasi yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah observasi non-partisipan. Yang dimaksud dengan non- partisipan, yaitu peneliti pengamat hanya mengamati masalah yang terjadi pada masyarakat tersebut dan tidak ikut serta terhadap masalah yang akan diteliti Universitas Sumatera Utara nantinya. Teknik yang dilakukan oleh penulis adalah dengan cara mengamati dan mencatat segala gejala yang diteliti dan yang berhubungan dengan pertanyaan penelitian. Gejala yang diamati oleh penulis antara lain adalah bagaimana proses pelaksanaan perkawinan usia dini tersebut. Pada proses ini yang diamati antara lain bagaimana tatacara pengesahan perkawinan usia dini yang terjadi pada masyarakat Jawa di Desa Saentis khususnya, apakah pengesahan perkawinan usia dini tersebut disahkan berdasarkan aturan hukum Negara, hukum Agama dan apakah disahkan berdasarkan hukum Adat masyarakat setempat. Penulis akan mengamati bagaimana masyarakat Jawa yang tinggal di Desa Saentis khususnya dalam memilih pilihan hukum untuk mensahkan perkawinan usia dini tersebut. Dengan demikian penulis akan melihat bukti dari perkawinan usia dini yang dilakukan oleh masyarakat melalui akte nikah dan buku nikah yang mereka dapatkan dari Kantor Urusan Agama KUA. Tidak hanya itu saja penulis akan mengamati bagaimana tingkat pendidikan masyarakat, kemiskinan, serta pengaruh lingkungan dari masyarakat yang melakukan perkawinan usia dini itu sendiri. Sehingga penulis nantinya dapat menyimpulkan bagaimana perkawinan usia dini yang terjadi pada masyarakat yang tinggal di Desa Saentis ini khususnya. b. Wawancara Selain melakukan observasi pengamatan, penulis juga akan melakukan wawancara terhadap informan yang benar-benar mengetahui tentang masalah yang sedang diteliti oleh penulis. wawancara merupakan suatu teknik untuk mendekati sumber informasi dengan cara tanya jawab yang dikerjakan dengan sistimatis dan berdasarkan pada tujuan penelitian. Wawancara ini digunakan Universitas Sumatera Utara untuk mengungkapkan masalah yang sedang diteliti. Dengan demikian wawancara dilakukan dengan pertanyaan yang “Open ended” wawancara dimana jawaban tidak terbatas pada satu tanggapan saja dan mengarah pada pedalaman informasi serta dilakukan tidak secara formal terstruktur. Wawancara ini dilakukan beberapa kali sesuai dengan keperluan peneliti yang berkaitan dengan kejelasan dan kemantapan masalah yang dijelajahi. Dalam wawancara ini digunakan metode wawancara mendalam, terbuka secara mendalam dilakukan secara akrab dan penuh kekeluargaan. Metode wawancara mendalam secara umum adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman guide wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relative lama. Sesuai dengan pendapat Spradley, 1979:46; 1980:3 yang mengatakan bahwa, metode wawancara mendalam indept interview jenis ini tentunya berpijak pada prinsip bahwa peneliti melakukan learning from people belajar pada masyarakat, dan bukannya study of people mengkaji masyarakat. Pada awalnya penulis mendatangi Kantor Desa Saentis untuk mewawancarai orang yang terkait dalam penelitian ini, seperti Kepala Desa Saentis yang bernama Bapak Racitno 46 tahun namun penulis tidak menemukan informasi yang disampaikan oleh Bapak Racitno tersebut. Penulis pun akhirnya ditujukan kepada Sekretaris Desa Saentis yang bernama Bapak Sudarto, karena menurut Bapak Racitno, Bapak Sudarto sangat mengetahui apa yang sedang penulis teliti. Setelah itu penulis memberikan pertanyaan kepada Bapak Sudarto Universitas Sumatera Utara dan ia pun membenarkan bahwa di Desa Saentis ini khusunya memang sering terjadi perkawinan usia dini, namun masyarakat menganggap hal itu sudah menjadi hal yang biasa atau lumrah menurut Bapak Sudarto dan Bapak Sudarto menambahkan lagi bahwa sering terjadi perkawinan usia muda di Desa Saentis khususnya, namun jika perkawinan usia dini terjadi maka kebanyakan mereka menambahi usia mereka agar mendapatkan pengesahan Kantor Urusan Agama KUA. Setelah mendapatkan informasi dari Bapak Sudarto, Bapak Sudarto juga menyuruh penulis untuk pergi ke ruangan bendahara Desa Saentis, karena menurut Bapak Sudarto di ruangan tersebut terdapat data-data masyarakat yang telah menikah usia dini, tanpa pikir panjang penulis pun menuju ke ruangan tersebut dan akhirnya penulis melihat buku yang bertulisan daftar buku nikah. Setelah meilhat daftar buku nikah tersebut penulis sangat kesulitan menemukan mana pasangan yang telah menikah usia muda, namun tidak sia-sia juga penulis pun akhirnya diberitahu oleh kak Dewi masyarakat yang melakukan perkawinan usia dini, dan kakak tersebut pun juga menjelaskan bahwa dibelakang kantor mereka juga terdapat masyarakat yang melakukan perkawinan usia dini. Setelah mendapatkan data dari Kantor Desa Saentis, maka penulis selanjutnya melakukan wawancara di rumah Bapak Sumedi 46 tahun beliau adalah Tuan Kadhi atau Petugas Pegawai Pencatat Nikah khusus daerah Desa Saentis yang ditugaskan oleh Kantor Urusan Agama KUA. Karena penulis yakin bahwa Bapak Sumedi adalah orang yang mengesahan perkawinan usia dini di Desa Saentis, ini dan pada saat itu juga penulis mencocokkan data yang telah diperoleh dari Kantor Desa Saentis dengan data yang dimiliki oleh beliau. Setelah data yang sudah diperoleh dari beliau, maka langkah selanjutnya penulis Universitas Sumatera Utara melakukan wawancara dengan Kepala Kantor Urusan Agama KUA Percut Sei Tuan yaitu Bapak Bahrum 59 tahun beliau adalah orang yang berhak mengeluarkan aktek nikah dan buku nikah. Selain itu penulis juga melakukan wawancara terhadap setiap Kepala Dusun yang ada di Desa Saentis ini khususnya, demi mendapatkan informasi tentang perkawinan usia dini yang terjadi pada warganya. Tidak ketinggalan lagi penulis juga melakukan wawancara dengan Tokoh Adat yaitu dengan Ibu Murni 62 tahun beliau adalah dukun manten di Desa Saentis ini, karena beliau adalah orang yang sangat berperan dalam mensahkan suatu perkawinan khususnya dalam mensahkan perkawinan usia dini secara adat Jawa. Selanjutnya penulis melakukan wawancara dengan Bapak Agusniadi 42 tahun beliau adalah tokoh Agama yang tinggal di Desa Saentis ini. Saat penulis mewawancara beliau, ia menjelaskan bahwa perkawinan usia dini yang terjadi di Desa Saentis khususnya dikarenakan, kurangnya kesadaran orang tua dalam memberikan ajaran-ajaran agama Islam, sehingga akhlak anak-anak sekarang yang tinggal di Desa Saentis ini khususnya tidak sesuai dengan harapan atau syari’at agama Islam umumnya. Selanjutnya penulis juga melakukan wawancara dengan orang tua si anak yang melakukan perkawinan usia dini tersebut. Orang tua yang penulis maksud adalah Bapak Lim Tjek Tjeng 52 tahun dengan Ibu Agustini 38 tahun, Bapak Harianto 40 tahun dengan Ibu Mariani 38 tahun, Bapak Agus Supardi 42 tahun dengan Ibu Watini 39 tahun, mereka adalah orang tua yang anaknya telah melakukan perkawinan usia dini. Penulis sangat yakin bahwa mereka sangat lebih mengetahui dan orang yang paling berperan dalam pengesahan perkawinan usia dini tersebut. Informasi tersebut dapat dibuktikan setelah penulis melakukan observasi di Desa Saentis Universitas Sumatera Utara tersebut. Selain itu penulis juga melakukan wawancara dengan Bapak Ngadenan 68 tahun beliau adalah tokoh masyarakat yang mengetahui banyak tentang sejarah beridirinya Desa Saentis dahulunya. Dalam penelitian ini penulis melakukan wawancara terhadap tiga 3 pasangan keluarga muda yaitu dengan. Pada awalnya penulis mewawancarai pasangan yang menikah usia dini yaitu Rahmat Nuriyono dengan Wiliyana, Riduan dengan Lely Suparti dan dilanjutin dengan wawancara pada pada pasangan muda Ami Aidir dan Desy Purnama Sari, mereka merupakan informan kunci dalam penelitian ini yang mengetahui betul mengapa mereka menikah di usia dini. Rahmat Nuriyono 17 tahun adalah seorang penduduk Desa Tanjung Rejo yang pekerjaan sehari-harinya hanya sebagai buruh bangunan dan Rahmat menikah dengan Wiliyana 16 tahun yang merupakan penduduk asli Desa Saentis, mereka merupakan pasangan muda yang menikah usia dini pada tahun 2010 lalu. Awalnya saat penulis mewawancarai Rahmat Nuriyono dan Wiliyana mereka seakan-akan enggan memberikan informasi terhadap penulis, mereka merasa takut saat penulis memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada mereka berdua, karena mereka beranggapan bahwa kedatangan saya seperti utusan dari Kantor Urusan Agama KUA padahal kenyataannya tidak seperti itu. Namun tidak mau mereka curiga dengan penulis, penulis pun berinisiatif menjelaskan maksud dan tujuan dari kedatangan penulis kerumah mereka, setelah selesai menjelaskan maksud dan tujuan kedatangan penulis kerumah mereka, mereka pun akhirnya bersedia memberikan informasi yang penulis butuhkan dalam penelitian ini. Setelah menikah mereka tinggal menetap di Desa Saentis ini. Selanjutnya penulis juga mewawancarai Riduan 18 tahun adalah seorang penduduk asli Desa Universitas Sumatera Utara Cinta Rakyat yang menikah dengan Lely Suparti 16 tahun adalah seorang penduduk asli Desa Saentis, mereka merupakan pasangan muda yang telah menikah usia dini pada januari lalu. Saat penulis mendatangi rumah mereka di Dusun Samiaji Desa Saentis untuk melakukan wawancara, mereka pun terkejut dengan kedatangan penulis dan mereka mengira penulis seperti tukang penagih tukang kredit sepeda motor, namun setelah penulis menjelaskan maksud dan tujuan penulis datang kerumah mereka. Mereka pun sangat tertutup dalam memberikan informasi yang dibutuhkan oleh penulis, penulis berusaha semaksimal mungkin dan melakukan teknik-teknik lain demi mendapatkan informasi mengapa mereka melakukan perkawinan usia dini. Akhirnya juga penulis mendapatkan informasi yang penulis inginkan dan hasilnya adalah bahwa mereka melakukan perkawinan usia dini, karena Lely Suparti saat itu telah hamil tiga 3 bulan, mau tidak mau Riduan yang saat itu sedang dilanda kebingungan dan pada saati itu pula Riduan menikahi Lely Suparti walaupun usia keduanya tidak memenuhi syarat. Selanjutya penulis juga melakukan wawancara dengan Ami Aidir 18 tahun merupakan penduduk diluar Desa Saentis, Aidir menikahi Desy Purnama Sari 16 tahun pada bulan januari yang lalu dan sedangkan Desy Purnama Sari adalah penduduk asli Desa Saentis. Mereka merupakan pasangan muda yang telah melakukan perkawinan usia dini, kasus yang mereka alami hampir sama yang terjadi pada pasangan Riduan dengan Lely Suparti, bahwa pada saat itu Desy Purnama Sari telah hamil dan akhirnya Aidir menikahi Desy takut masalah yang mereka alami saat itu diketahui oleh masyarakat setempat. Universitas Sumatera Utara

I.6.3. Rangkaian Pengalaman di Lapangan

Penulis tiba di lokasi penelitian pada tanggal 22 Juni 2011 yang lalu. Setelah sekian lama penulis menidurkan skripsinya tanpa ada sedikit pun niat untuk memulainya, dan pada akhirnya penulis pun sadar karena sudah banyak adik-adik stambuk yang telah menyelesaikan skripsinya. Kemudian sebagai langkah awal penulis melapor ke Kantor Desa Saentis serta mejelaskan maksud dari kedatangan penulis ke Kantor Desa Saentis ini. Saat penulis berhadapan langsung dengan Kepala Desa Saentis yaitu Bapak Racitno, penulis pun memperkenalkan diri dan tidak lupa juga penulis memberikan surat izin penelitian dari Universitas Sumatera Utara kepada beliau. Beliau sangat menerima kedatangan penulis dengan baik pada waktu itu dan pada saat penulis berdiskusi dengan beliau saat itu, beliau sangat tertarik dengan judul yang penulis ingin teliti di Desa Saentis ini. Setelah sekian lama berdiskusi dengan beliau, beliau menyuruh penulis pergi ke ruangan Bapak Sudarto beliau adalah sekretaris Desa Saentis, untuk mengurus segala keperluan penulis yang dibutuhkan. Saat penulis masuk ke ruangan kerja beliau, penulis pun menyampaikan maksud dan tujuan datang ke Kantor Desa Saentis ini, tidak lupa juga penulis menyertakan surat izin penelitian dari Universitas Sumatera Utara. Selang beberapa menit kemudian beliau menayakan kembali tentang judul yang ingin penulis teliti di Desa saentis, mengapa anda mengambil judul tentang perkawinan usia dini dalam perspektif pluralisme hukum? tanya beliau kepada penulis, tanpa pikir panjang penulis pun menjawab pertanyaan yang beliau berikan kepada penulis. Setelah lama menjelaskan judul penelitian kepada belau, akhirnya beliau pun paham dengan apa yang sedang penulis teliti di Desa Saentis ini. Kemudian beliau juga Universitas Sumatera Utara menanyakan kembali kepada penulis, apa yang harus kami bantu kepada anda? tanya beliau kepada penulis, penulis pun menjawab dengan senang hati “ya” sesuai dengan data yang diperlukan penulis nantinya “pak” dan beliau pun menjawab “oke” tidak ada masalah kalau seperti itu keadaannya. Jika dikemudian hari ada halangan atau hambatan yang anda dapatkan dilapangan harap melapor ke kantor Desa Saentis ini “ya”, kata beliau kepada penulis. Hari pertama saat berada dilapangan, dengan hati penuh dengan kegembiraan penulis pun menuju ke Kantor Desa Saentis untuk meminta data tentang kependudukan serta demografi Desa Saentis secara keseluruhan. Setelah penulis mendapatkan data tersebut kemudian penulis juga menanyakan kepada bapak Sudarto, ada tidak tokoh adat Jawa dalam mengetahui tentang perkawinan khususnya yang tinggal di Desa Saentis ini “pak” tanya penulis kepada beliau. Beliau pun menjawab dengan nada suara yang tenang “ada” tetapi masyarakat mengangap tokoh adat Jawa itu adalah sebagai Dukun Manten, menurut beliau Dukun Manten sangat berperan aktif dalam suatu acara pengesahan perkawinan khususnya pada adat Jawa yang ada di Desa Saentis ini. Tidak lama kemudian penulis pun diberikan surat izin oleh beliau untuk bertemu dengan Ibu Murni dan beliau juga berpesan kepada penulis “jangan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang sulit kepada Ibu Murni “ya” karena beliau tidak akan bisa menjawabnya” pesan beliau kepada penulis. Setelah penulis mendapatkan surat izin tersebut, penulis pun bergegas menuju ketempat kediaman Ibu Murni yang jaraknya tidak begitu jauh dengan kantor Desa Saentis tersebut. Akhirya penulis pun berjumpa dengan Ibu Murni, saat itu beliau sangat terkejut dengan kedatangan penulis saat itu dan mengira kedatangan penulis sebagai penagih hutang, penulis pun tertawa Universitas Sumatera Utara dengan apa yang disampaikan beliau tersebut kepada penulis. Kemudian penulis dipersilahkan duduk oleh Ibu Murni dan beliau juga menghidangkan secangkir air putih untuk penulis saat itu. Penulis menceritakan maksud kedatangan penulis ke rumah beliau dan saat itu juga penulis memberikan pertanyaan kepada beliau tentang bagaimana proses perkawinan adat Jawa khususnya di Desa Saentis ini. Beliau pun menceritakan bagaiamana proses perkawinan adat Jawa yang beliau ketahui saat menikahkan masyarakat yang tinggal di Desa Saentis ini. Disela-sela beliau menjelaskan tentang proses perkawinan adat Jawa tersebut, tidak lupa juga penulis memberikan pertanyaan kepada beliau tentang perkawinan usia dini yang beliau ketahui. Beliau pun menceritakan bahwa benar di Desa Saentis ini khususnya sering terjadi perkawinan usia dini, namun menurut beliau terkadang masyarakat yang tinggal di Desa Saentis ini merasa tidak peduli dengan hal seperti ini, tetapi tidak semua masyarakat yang melakukan perkawinan usia dini tersebut. Yang melakukan perkawinan usia dini tersebut hanya sebagian kecil masyarakat saja yang melakukannya, dikarenakan beberapa faktor yang mempengaruhi seperti, ekonomi, lingkungan tempat tinggal dan kurangnya kontrol orang tua terhadap anak sehingga menjadikan seorang anak tersebut dapat melakukan hal-hal sesuka hatinya. Setelah mendapatkan informasi dari Ibu Murni, mencatat dan merekam segala bentuk pembicaraan antara penulis dengan informan. Penulis pun tidak mau menyimpulkan hasil pembicaraan sebelumnya, kurang lebih 1 jam penulis melakukan wawancara kepada Ibu Murni, penulis pun berpamitan pulang kerumah. Sesampainya dirumah, penulis mengulang kembali hasil pembicaraan tersebut dan setelah itu penulis dapat menganalisis data tersebut. Universitas Sumatera Utara Hari selanjutnya penulis terjun kelapangan dan mendatangi kembali kantor Desa Saentis untuk meminta data tentang perkawinan. Beliau pun tanpa pikir panjang menyuruh pergi keruangan Ibu Dewi, Ibu Dewi adalah bendahara Desa Saentis saat ini, ketika penulis berjumpa dengan ibu Dewi tersebut dan penulis pun menyampaikan mandat dari Bpak Sudarto bahwa penulis ingin melihat-lihat data tentang perkawinan di Desa Saentis ini. Tidak lama kemudian Ibu Dewi memberikan data tersebut, setelah melihat data tersebut penulis merasa sangat kebingungan menemukan data mana yang telah melakukan perkawinan usia dini, penulis pun bertanya lagi kepada Ibu Dewi ada tidak masyarakat yang melakukan perkawinan usia dini, Ibu Dewi pun menunjukkan orang-orang yang telah melakukan perkawinan usia dini di data tersebut dan Ibu Dewi tersebut menjelaskan bahwa memang betul sangat susah menemukan data yang benar- benar melakukan perkawinan usia dini. Tetapi kebanyakan mereka yang telah melakukan perkawinan usia dini sebelumnya menambahi usianya demi mendapatkan pengesahan dari Kantor Urusan Agama KUA menurut Ibu Dewi, jika tidak ditambahi usianya maka akan sulit untuk menikah. Setelah penulis mendata orang-orang yang telah menikah usia muda pada daftar perkawinan tersebut, penulis pun begegas pergi kerumah Bapak Sumedi adalah Tuan Kadhi yang ditugaskan oleh Kantor Urusan Agama KUA khusus untuk Desa Saentis ini. Akhirnya penulis bertemu dengan beliau dan saat mewawancarai beliau, penulis pun memulai wawancara dengan beliau dan bertanya mengenai proses perkawinan menurut agama Islam khususnya serta bagaimana syarat-syarat perkawinan menurut agama Islam itu sendiri, beliau pun menjawab apa yang di tanyakan oleh penulis. Beberapa menit kemudian sesuai dengan tujuan penetian Universitas Sumatera Utara penulis pun akhirnya menanyakan tentang perkawinan usia dini yang terjadi di Desa Saentis ini. Saat itu beliau pun sempat terkerjut dengan temuan yang saya dapatkan dari lapangan sebelumnya, beliau tersebut menanyakan kembali kepada penulis dari mana anda mendapatkan informasi tersebut? Tanya beliau kepada penulis, penulis pun menjawab informasi tersebut yang penulis dapatkan dari hasil wawancara penulis lakukan dengan informan sebelumnya pak. Namun beliau sampai sekarang ini tidak mengetahui bahwa adanya masyarakat yang telah melakukan perkawinan usia dini di Desa Saentis ini khsususnya. Setelah sekian lama berdiskusi dengan beliau, penulis pun meminta data-data tentang perkawinan yang ada di Desa Saentis ini. Pada saat itu juga penulis diberikan informasi oleh beliau, bahwa jika ingin mendapatkan data yang lengkap tentang perkawinan di Desa Saentis ini. Penulis diarahkan langsung ke Kantor Urusan Agama KUA Percut Sei Tuan, setelah mendapatkan informasi tersebut penulis pun akhirnya berpamitan pulang. Esok harinya penulis mendatangi Kantor Urusan Agama KUA Percut Sei Tuan, hari baik selalu datang kepada penulis. Penulis pun berjumpa langsung dengan Kepala Kantor Urusan Agama KUA yaitu Bapak Bahrum Nasution dan penulis pun melakukan wawancara kepada beliau, sama halnya dengan jawaban Bapak Sumedi beliau juga tidak mengetahui adanya masyarakat yang melakukan perkawinan usia dini. TUPOKSI dari Kantor Urusan Agama KUA adalah hanya memproses data yang masuk ke kantor ini menurut beliau, namun penulis juga memberikan pertanyaan lagi kepada beliau apa sebenarnya yang sedang dilakukan Pegawai Petugas Pencatatan Nikah? Tanya penulis kepada beliau, informasi yang disampaikan oleh beliau seakan-akan ada yang ditutupi beliau kepada penulis. Universitas Sumatera Utara Tanpa pikir panjang penulis tidak ingin beliau tertekan oleh pertanyaan- pertanyaan penulis, maka penulis pun menyudahi wawancara tersebut dan kemudian meminta izin kepada beliau agar memberikan data yang penulis butuhkan. Setelah mendapatkan data dari Kantor Urusan Agama KUA, penulis pun akhirnya berpamitan pulang kepada beliau. Sesampainya dirumah penulis kembali melihat data yang penulis dapatkan dari lapangan, hasilnya memang betul apa yang dikatakan oleh Ibu Dewi sebelumnya kepada penulis adalah benar adanya, penulis menemukan data yang telah menikah sebelumnya memberikan data pribadi tidak sesuai dengan Kartu Keluarga KK, semua data yang penulis temukan banyak terjadi bahasa setempat mengatakan mencuri usia atau menambahi usia. Selanjutnya penulis langsung kembali kelapangan dan mewawancarai masyarakat yang telah melakukan perkawinan usia dini tersebut, saat mewawancarai informan penulis tidak menemukan titik terang dari kasus tersebut, mereka seakan-akan menutup diri dalam memberikan jawaban-jawaban yang dipertanyakan oleh penulis. Kebohongan-keobohongan yang penulis dapatkan dari mereka saat ditanyai mereka mengapa mereka menikah di usia muda, jawaban mereka hanya singkat saja namanya suka sama suka bang apa boleh buat. Itu yang penulis tidak habis pikir selalu mendapatkan jawaban yang tidak sesuai dengan kebutuhan penulis, namun penulis menggunakan alternative lain agar mereka mau memberikan informasi yang sebenarnya mengapa mereka menikah usia muda. Pada saat itu ketika berjumpa dengan Wiliyana yang menikah usia muda pada tahun 2010 lalu, ia menjelaskan mengapa ia menikah di usia muda dikarenakan telah hamil diluar nikah pada saat itu dan mau tidak mau harus Universitas Sumatera Utara menikah sebagai jalan keluarnya, walaupun usia tidak sesuai dengan ketentuan hukum namun mereka tetap melakukan perkawinan tersebut dari pada nanti dikemudian hari menjadi masalah dalam keluarga.

I.7. Lokasi Penelitian