Selama tahun 1969 dan 1970 setelah melanjutkan pembahasan mengenai topik tersebut, Komisi Hukum Internasional telah menyetujui beberapa
rancangan pasal-pasal lagi tentang kekebalan, keistimewaan dan kemudahan bagi Perwakilan Tetap suatu organisasi Internasional serta delegasi badan
perwakilan pejabat diplomatik dari suatu organisasi Internasional.
33
33
Prof. DR. Sumaryo Suryokusumo, S.H., Ibid, hal 14-24
D. Mulai dan Berakhirnya Kekebalan dan Keistimewaan Diplomatik
Pengertian mengenai kekebalan dan keistimewaan diplomatik telah berkembang dari masa ke masa.
Pemberian kekebalan dan keistimewaan diplomatik yang diberikan secara timbal balik memang mutlak perlu dalam rangka mengembangkan hubungan
persahabatan antar negara, tidak pandang sistem ketatanegaraan maupun sosial mereka yang berbeda.
Disamping itu, pemberian kekebalan dan keistimewaan diplomatik semacam itu bukanlah untuk kepentingan perseorangan tetapi untuk menjamin
terlaksananya tugas para pejabat diplomatik secara efisien, terutama tugas dari negara yang diwakilinya.
Ketentuan yang terdapat dalam pasal 22 Konvensi Havana 1928, tentang Diplomatic Officers, yang mana ditentukan bahwa diplomatic officers mulai
menikmati kekebalan mereka semenjak mereka memasuki wilayah perbatasan dari negara dimana mereka akan menjalankan tugas-tugas mereka dan
memberitahukan mengenai kedudukan mereka.
Universitas Sumatera Utara
1. Mulainya Kekebalan dan Keistimewaan Diplomatik
Berlakunya hak-hak istimewa dan kekebalan diplomatik berlaku atau dapat dinikmati oleh seorang wakil diplomatik, seperti disebutkan oleh
Graham H Stuart dalam American Diplomatic and Consular Practice disebutkan ada tiga pendapat yaitu :
1. Beberapa sarjana berpendapat bahwa hak-hak istimewa dan kekebalan
diplomatik mulai be 2.
Berlaku sejak orang yang dicalonkan itu mendapat persetujuan atau agreement dari pada negara penerima.
3. Sarjana lainnya berpendapat hak-hak istimewa dan kekebalan diplomatik
mulai berlaku semenjak diadakannya formal reception oleh negara penerima.
4. Masih ada Sarjana lainnya yang berpendapat bahwa hak-hak istimewa dan
kekebalan Diplomatik mulai berlaku sejak diplomatik itu memasuki wilayah negara penerima.
34
Mengenai pendapat yang pertama, ternyata bahwa pendapat yang menyatakan hak-hak istimewa dan kekebalan diplomatik mulai berlaku sejak
diberikannya persetujuan atau agreement atas pencalonan wakil diplomatik itu oleh negara penerima tidaklah oleh Konvensi Wina 1961 ataupun Konvensi
Havana 1928 dan Asean African Legal Cosultative Committee dalam final Report of Committee on Functions, Privileges and Immunity of Diplomatic
Envoy Agent tidaklah menentukan demikian.
34
Graham H Stuart, American Diplomatic and Consular Practise, Copy Right, 1952, second edition, hal.226
Universitas Sumatera Utara
Memang jika pendapat ini dianut secara konsekuen, maka akibatnya ialah seorang wakil diplomatik itu telah mendapatkan hak-hak istimewa dan
kekebalan pada waktu ia masih berada di negaranya sendiri. Padahal tidaklah mungkin sesuatu negara memberikan hak-hak istimewa dan kekebalan kepada
warga negaranya baik ia berada di negaranya sendiri maupun di luar negeri. Pendapat ini hanya dapat diterapkan jika orang yang dicalonkan itu sudah
berada dan berdiam di negara tempat ia akan ditugaskan seperti telah disinggung dalam pasal 39 Konvensi Wina 1961.
Pendapat kedua menyatakan bahwa hak-hak istimewa dan kekebalan diplomatik mulai berlaku semenjak diadakannya formal reception oleh negara
penerima. Pendapat ini pun tidak dapat dipertahankan dengan konsekuens, sebab sebelum diadakannya formal reception oleh negara penerima, seorang
wakil diplomatik tidak berhak mendapatkan kekebalan-kekebalan dan hak-hak istimewa. Keadaan yang demikian itu akan menyebabkan atau mengakibatkan
bahwa seorang diplomatik yang telah diberikan persetujuan atau agreement oleh negara penerima, meskipun ia sudah berada diwilayah negara itu tidak
berhak mendapat kekebalan-kekebalan dan hak-hak istimewa. Sehingga wakil diplomatik tersebut akan diperlakukan sebagai orang asing biasa, bisa
digeledah barang-barangnya, ditahan atau diadili di depan pengadilan negara penerima. Hal ini merupakan suatu penghinaan bagi negara pengirim, sehingga
tidaklah mungkin pendapat ini bisa diterapkan, sedangkan di dalam prakteknya seorang wakil diplomatik itu tidaklah diberlakukan secara demikian. Apabila ia
Universitas Sumatera Utara
sudah berada di negara penerima dan tentunya ia mendapat hak-hak kekebalan dan hak-hak istimewa sebagaimana lazimnya dinikmati oleh seorang diplomat.
Mengenai pendapat, bahwa hak-hak kekebalan dan hak-hak istimewa diplomatik mulai berlaku semenjak diadakannya formal reception oleh negara
penerima. Hal ini ditentang oleh oppenheim yang menyatakan sebagai berikut :
Jadi, hak-hak kekebalan dari seorang diplomatik itu tidak mulai berlaku sejak diadakannya formal reception, tetapi sejak ketika surat-surat
kepercayaannya diserahkan pada waktu meninggalkan negaranya dan pasportnya cukup membuktikan diplomatik characternya.
Dari uraian tersebut di atas dapat kami simpulkan bahwa hak-hak kekebalan dan hak-hak istimewa diplomatik mulai berlaku semenjak seorang
wakil diplomatik memasuki wilayah negara penerima didalam perjalanannya untuk memangku jabatan atau jika ia sudah berada di wilayah negara penerima,
mulai berlaku sejak pengangkatannya diberitahukan kepada kementerian luar nergeri.
35
35
Edy Suryono, S.H., Op.Cit hal. 44-45
Negara penerima memberikan kekebalan dan keistimewaan kepada orang-orang yang berhak memperolehnya pada waktu kedatangan mereka di
wilayahnya, atau setelah menerima pemberitahuan mengenai pengangkatan mereka jika mereka sudah berada di wilayahnya. Kekebalan dan keistimewaan
semacam itu tetap ada sampai waktu yang cukup setelah berakhirnya tugas mereka.
Universitas Sumatera Utara
Kekebalan tidak berhenti dalam hal tugas-tugas resmi yang dilakukan dalam hal tugas-tugas resmi yang dilakukan dalam rangka pelaksanaan tugas-
tugas mereka. Kekebalan dan keistimewaan diplomatik akan tetap berlangsung sampai
diplomat mempunyai waktu sepantasnya menjelang keberangkatannya setelah menyelesaikan tugasnya di sesuatu negara penerima.
36
Di dalam konvensi Wina 1961, telah diambil pendekatan fungsional secara tegas dalam memberikan hak kekebalan dan keistimewaan bagi para diplomat
yang bepergian melalui atau berada di wilayah negara ketiga yang telah Dalam hal pemberian kekebalan dan keistimewaan bagi pejabat
diplomatik di negara ketiga, dalam perjalanan menuju atau dari posnya atau tinggal di sesuatu negara dimana mereka mempunyai wilayah akreditasi kurang
ditetapkan secara jelas, tidak sebagaimana jika berada di negara penerima. Memang sudah merupakan praktik yang umum bahwa negara ketiga
memberikan kekebalan dan keistimewaan atau hak melintasi secara bebas terhadap para diplomat pada waktu melakukan transit, dikecualikan mereka
yang bepergian secara incognito atau kehadiran mereka di wilayah negara ketiga itu dianggap tidak diingini.
Bagi orang-orang yang berhak menikmatik kekebalan dan keistimewaan pada umumnya diizinkan pula untuk menikmatik hak-hak yang sama di negara
ketiga termasuk kebebasan dan perlindungan seperlunya bagi komunikasi dan koresponden resmi.
36
Prof. Dr. Sumaryo Suryokusumo. Op.Cit. hal 62
Universitas Sumatera Utara
memberikan kepadanya hak tidak diganggu gugat atau kekebalan-kekebalan lainnya yang diperlukan dalam rangka melakukan perjalanan diplomat itu
dalam transit atau kembali.
37
37
Prof. Dr. Sumaryo Suryokusumo, Ibid, hal 53 dan 66
Dalam pasal 29 Konvensi Wina 1961 disebutkan : Kekebalan diri pribadi wakil diplomatik yaitu perlindungan dari penangkapan
atau suatu tindakan yang dapat menyinggung kehormatan dan kebebasan dirinya.
Pasal 37 1 yang terjemahan bebasnya sebagai berikut : Bahwa agen diplomatik beserta keluarganya memperoleh kekebalan dan
keistimewaan diplomatik. Pasal 31 1,2 jo pasal 41 1 jo pasal 9 yang kalau diterjemahkan akan
mempunyai arti sebagai berikut : Seorang diplomat kebal terhadap juridiksi negara penerima. Juga tidak dapat
untuk diminta menjadi saksi di hadapan pengadilan. Dan sebagai akibat dari hal tersebut maka negara penerima dapat memberitahukan negara pengirim
untuk menarik secara diplomat yang dikirimnya karena tidak disukai atau Pesona Non Grata akibat telah melakukan tindakan yang merugikan negara
penerima. Pasal 34 dan Pasal 36 yang kira-kira berisi sebagai berikut :
Diplomat dibebaskan dari permohonan bead an cukai atas semua benda-benda keperluan sehari-hari maupun keperluan tugasnya yang seyogianya harus
dibebani pajak impor menurut prosedur pemasukkan barang bea dan cukai.
Universitas Sumatera Utara
Pemberian hak-hak tersebut diatas didasarkan atas prinsip Reprociteit antar negara dan prinsip ini mutlak diperlukan dalam rangka :
a. Mengembangkan hubungan persahabatan antar negara tanpa
mempertimbangkan sistem ketatangeraan dan sistem budaya yang berbeda.
b. Bukan untuk kepentingan perseorangan tetapi untuk menjamin
terlaksananya tugas para pejabat diplomatik yang efisien terutama tugas negara yang diwakilinya.
2.Berakhirnya Kekebalan dan Keistimewaan Diplomatik Bagi negara pengirim sudah jelas bahwa kekebalan-kekebalan diplomatik
dan hak-hak istimewa dari wakil-wakil diplomatiknya berakhir atau tidak berlaku lagi pada saat mereka sudah berada kembali di negara mereka sendiri.
Karena tidaklah mungkin negara itu memberikan hak-hak kekebalan dan hak- hak istimewa kepada warga negaranya sendiri.
Sedangkan bagi negara penerima hak-hak kekebalan dan hak-hak istimewa dari seorang wakil diplomatik asing yang masa jabatannya atau tugas-
tugasnya telah berakhir, biasanya pada saat ia meninggalkan negara itu, atau pada saat berakhirnya suatu waktu yang layak reasonable period reasonale
opportunity yang diberikan kepadanya untuk meninggalkan negara penerima. Di dalam konvensi Wina 1961 pada pasal 39 ayat 2 dinyatakan bahwa :
Kekebalan-kekebalan dan hak-hak istimewa itu tetap berlaku sampai akhir waktu yang layak. Hal inilah adalah merupakan suatu jaminan bagi seorang
Universitas Sumatera Utara
diplomat yang masa kerjanya atau tugas-tugasnya telah berkhir ia tetap menikmati perlakuan yang sedemikan itu, dalam hal bentrokan senjata. Tetapi
beberarapa lama yang dimaksud dengan waktu yang layak itu baik dalam Konvensi Wina 1961 maupun Konvensi yang lain tidak diberikan penjelasan-
penjelasan yang selanjutnya Dalam pasal 39 ayat 3 Konvensi Wina 1961 ditetapkan bahwa :
“Di dalam berakhirnya tugas maupun fungsi seorang wakil diplomatik atau anggota perwakilan yang menikmati kekebalan-kekebalan dan hak-hak
istimewa yang disebabkan karena meninggalnya seorang wakil diplomatik anggota perwakilan lainnya, maka keluarga almarhum tetap tidak bisa
menikmati kekebalan-kekebalan dan hak-hak istimewa sampai waktu berakhir dalam waktu yang layak, dimana ia dapat meninggalkan wilayah negara
penerima.”
38
Dengan demikan jelaslah bahwa baik anggota keluarga yang hidup serumah ataupun pengikut-pengikut seorang wakil diplomatik, tetap
mempunyai hak untuk menikmati kekebalan-kekebalan dan hak istimewa sampai berakhirnya tugas dan fungsi diplomat karena kematiannya.
39
Selain itu seorang diplomat dapat mengakhiri kekebalan diplomatik karena pemanggialn kembali wakil itu oleh negaranya diakibatkan hubungan
kedua negara memburuk, selain itu permintaan negara penerima agar pejabat diplomatik dipanggil kembali karena sudah mencapai puncak ketegangannya
sedemikian rupa. Dan apabila seorang diplomatik diminta untuk menanggalkan
38
Vienna Convention on Diplomatik and Consular, Op.Cit, hal.46
39
Setyo Widagdo, S.H.,M.hum.,dan Hanif Nur Widhiyanti, S.H.,M.hum, Ibid, hal.89
Universitas Sumatera Utara
kekebalannya akibat dari perbuatan yang melanggar peraturan yang ada di negara tersebut sehingga negara pengirim memintanya untuk melepaskan
kekebalan tersebut demi kebaikan kedua negara.
40
40
Syahmin, Ak., S.H., Op.Cit., hal 148
Universitas Sumatera Utara
BAB IV TANGGUNG JAWAB PEJABAT DIPLOMATIK TERHADAP