Dampak Interaksi terhadap Tingkat Kesejahteraan

2.5. Dampak Interaksi terhadap Tingkat Kesejahteraan

Interaksi antar wilayah terjadi karena adanya keterkaitan sistem jaringan transportasi, sosial, teknologi, politik, ekonomi dan institusi lainnya. Struktur transportasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam menunjang pengembangan wilayah serta perangsang kegiatan ekonomi. Adanya jaringan jalan dapat mempermudah pergerakan antara unit-unit simpul, sehingga dapat memperlancar arus barang dan jasa. Lancarnya arus interaksi barang dan jasa akan meningkatkan intensitas interaksi. Selanjutnya semakin tinggi intensitas interaksi, maka semakin maju tingkat ekonomi masyarakat. Tujuan pengembangan wilayah yang bersifat universal ialah peningkatan taraf hidup atau mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang semakin lama semakin baik. Orang dikatakan sejahtera kalau dia dengan kekuatan sendiri dapat memenuhi kebutuhan hidup, baik yang bersifat fisiologis atau biologis maupun kebutuhan sosial psikologis, dengan kualitas, kuantitas dan intensitas yang memadai. Suatu wilayah dapat dikembangkan apabila memiliki sumberdaya alam yang dilengkapi dengan sumber daya manusia dengan tingkat pendidikan, tingkat kebudayaan, teknologi dan modal yang cukup memadai untuk dapat mengolah dan memanfaatkan sumberdaya alam yang tersedia guna kemakmuran dan kesejahteraan rakyatnya. Menyadari bahwa pembangunan selalu membawa dampak, baik positif maupun negatif, maka diperlukan indikator-indikator untuk mengukur kinerja pembangunan. Selama ini tingkat pendapatan perkapita banyak digunakan untuk mengukur kinerja Universitas Sumatera Utara pembangunan, terutama pembangunan perekonomian suatu negara, namun hal itu tidak cukup memberikan gambaran yang nyata tentang tingkat kesejahteraan masyarakat. Bintarto 1989 mengungkapkan bahwa biasanya yang menjadi indikator dalam mengukur tingkat kesejahteraan adalah tingkat pendapatan per kapita, Produk Nasional Bruto Gross National Product, pertumbuhan ekonomi, keadaa nutrisi, kesehatan, pendidikan dan kriteria-kriteria sosial untuk kesejahteraan. 2.6. Penelitian Sebelumnya Wibiseno 2002 dalam penelitiannya “Kajian perubahan penggunaan lahan Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak sebagai kawasan pinggiran Kota Semarang”. Hasil dari penelitian tersebut adalah Kecamatan Mranggen sebagai wilayah yang berbatasan langsung dengan kota Semarang, memiliki potensi yang besar sebagai kota baru yang mampu dipersiapkan sebagai kota penunjang, karena kawasan ini potensial sebagai kawasan permukiman namun segala aktivitas ekonomi seperti mata pencaharian dan belanja memilih pergi ke Kota Semarang. Widodo 2002 melakukan penelitian interaksi wilayah dengan judul “Interaksi Kecamatan di Wilayah pinggiran Metropolitin dengan Kota Induknya studi kasus Kecamatan Kaliwungu dan Kecamatan Boja dengan Kota Semarang”. Hasil dari penelitian tersebut adalah sebagai berikut: Perbaikan sarana dan prasarana jaringan jalan terutama untuk Kecamatan Boja dan peningkatan kualitas dan perkuatan sarana dan prasarana perekonomian. Serta penyediaan fasilitas sosial dan fasilitas umum yang benar-benar sesuai kebutuhan. Universitas Sumatera Utara Fuad 2005 melakukan studi dengan judul ‘Studi Faktor-faktor yang mempengaruhi keterkaitan desa-kota Studi kasus desa Purwosari dan desa Pasir’. Hasil dari studi ini adalah perlu diterapkan adanya pengembangan model keterkaitan desa kota dan model jaringannya, perlu adanya peningkatan aspek efek penetesan kebawah yang bisa dirasakan oleh rumah tangga pedesaan dengan membuka akses ke fasilitas pelayanan umum dan pelayanan sosial serta perlu adanya peran dan fungsi lapangan pekerjaan pertanian yang masih efektif, bukan justru mengubah lahan pertanian produktif menjadi lahan aktifitas diluar pertanian Suprapta 2006 dengan judul penelitian ‘Ketergantungan Wilayah Kecamatan Mranggen terhadap Kota Semarang’. Tujuan yang dicapai dalam penelitian ini adalah menganalisis pola interaksi wilayah perbatasan Kecamatan Mranggen dengan Kota Semarang. Hasil penelitian secara keseluruhan terhadap keterkaitan pemanfaatan sosial menunjukkan bahwa Kecamatan Mranggen masih sangat tergantung terhadap Kota Semarang yang mempunyai kelengkapan fasilitas yang lebih baik. Hal ini terlihat dari banyaknya responden 77,22 yang memilih Kota Semarang sebagai tujuan pendidikan SLTA dan 80,76 untuk tujuan Perguruan Tinggi. Begitu juga untuk pelayanan kesehatan, khususnya Rumah Sakit yaitu sebesar 55,19 menyatakan memilih Kota Semarang sebagai tujuannya. Pada keterkaitan fisik didapatkan hasil bahwa secara umum akses yang menghubungkan Kecamatan Mranggen dengan Kota Semarang dalam kondisi baik, begitu juga dengan kondisi jalan yang menghubungkan antar desa ke Desa Mranggen kecuali jalan yang menghubungkan Desa Batursari dengan Desa Mranggen. Kondisi jalan yang buruk memberikan implikasi pada Universitas Sumatera Utara terhambatnya produktivitas masyarakat. Sedangkan pada keterkaitan ekonomi adanya hubungan timbal balik yang kuat antar kedua wilayah yang antara lain diindikasikan dengan adanya aliran komoditas pertanian dan non pertanian yang mengalir secara dua arah. Kurniawan dan Pandria 2008 dalam penelitiannya “Pengaruh Pergerakan Penduduk Terhadap Keterkaitan Desa-Kota Kecamatan Karangawen dan Kecamatan Grobogan”, hasil temuan studi di Kecamatan Karangawen menunjukkan bahwa pendapatan rumah tangga komuter mengalami kenaikan dan pemanfaatannya lebih banyak untuk konsumsi produktif dengan konsentrasi lebih ke arah lokal. Perputaran uang yang terjadi dari hasil konsumsi yang dilakukan rumah tangga komuter akan meningkatkan akumulasi kapital yang seterusnya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah perdesaan. Dalam kaitannya dengan aspek lahan, komutasi yang terjadi secara umum menunjukkan perubahan ke arah positif dilihat dari adanya sedikit peningkatan penggunaan alat-alat pertanian untuk pengolahan lahan pertanian. Pengaruh terhadap aliran tenaga kerja dari adanya komutasi saat ini dapat mengurangi pengangguran di desa, akan tetapi dengan karakteristik komutasi wilayah studi Kecamatan Karangawen dimana cenderung lebih banyak sumber daya manusia berkualitas yang terserap ke kota, akan menjadikan desa semakin kekurangan sumber daya manusia berkualitas. Sementara itu, di Kecamatan Grobogan menunjukkan bahwa adanya aliran uang dalam bentuk balas jasa faktor produksi tenaga kerja dari kota menyebabkan terjadinya peningkatan ekonomi pada rumah tangga migran. Namun hal tersebut Universitas Sumatera Utara bersifat semu, karena konsumsi rumah tangga didominasi oleh pengeluaran non- produktif dan terjadi kecenderungan aliran pemanfaatan pendapatan rumah tangga migran lebih banyak terserap menuju ke kota secara nominal. Akibatnya tidak terjadi akumulasi kapital bagi rumah tangga maupun wilayah desa yang berguna bagi proses pembangunan. Lebih lanjut, secara keseluruhan adanya aliran uang dari proses migrasi penduduk hanya memberikan perubahan yang kecil dalam aspek pemanfaatan lahan. Adanya perubahan yang terlihat hanya sebatas bertambahnya luas penguasaan lahan dalam persentase yang kecil. Sedangkan pada aspek aliran tenaga kerja terjadi kecenderungan brain drain. Desa asal terancam kehilangan tenaga kerja produktif untuk mengelola perekonomian desa, sehingga beresiko menyebabkan terhambatnya pertumbuhan wilayah desa. Penelitian-penelitian interaksi desa kota tersebut di atas hanya mendeskripsikan bagaiman pola dan sifat interaksi desa kota yang terjadi di lokasi penelitian. Sedangkan pengaruh interaksi desa kota terhadap pendapatan masyarakat yang melakukan interaksi dan yang tidak melakukan interaksi serta faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam berinteraksi belum diteliti. Dalam penelitian ini dicoba menganalisis interaksi desa kota terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Deli Serdang yang dilihat dari pendapatan masyarakat yang melakukan berinteraksi dan yang tidak melakukan interaksi, dan faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam berinteraksi. 2.7. Kerangka Pemikiran Universitas Sumatera Utara Kerangka pikir dalam studi penelitian ini dilatar belakangi adanya perkembangan Kecamatan di Kabupaten Deli Serdang yang bersifat pedesaan sekarang telah menjadi perkotaan. Hal ini disebabkan adanya pergeseran penduduk Kota Medan ke wilayah perbatasan, karena lahan yang ada di Kota Medan sangat langka terutama dipusat kota, ini akibat dari tingginya tingkat urbanisasi dan perkembangan permukiman secara sporadis. Kondisi tersebut sebagai faktor pendorong adanya pergeseran penduduk Kota Medan ke wilayah perbatasan, yang juga mengakibatkan kecenderungan pergeseran aktivitas perkotaan ke daerah pinggiran kota yang melewati batas administrasinya. Maka melihat perkembangan yang terjadi di wilayah Kecamatan Kabupaten Deli Serdang tersebut diindikasikan terjadi interaksi wilayah perbatasan Kecamatan Kabupaten Deli Serdang dengan Kota Medan. Beberapa hal yang nampak atau terjadi yaitu perubahan tata guna lahan dari pertanian ke non pertanian, berubahnya mata pencaharian penduduk dari sektor pertanian ke sektor non pertanian serta adanya laju commuter yang disebabkan banyaknya penduduk yang beraktivitas di Kota Medan semakin meningkat seiring pertumbuhan ekonomi kota, padahal penduduk tersebut tinggal bermukim di wilayah perbatasan. Sedangkan di Kota Medan semakin sulit mencari lahan kosong baik untuk perumahan maupun untuk kegiatan ekonomi. Sehingga penduduk Kota Medan cenderung mencari permukiman di daerah perbatasan dikarenakan harga lahan masih relatif murah dan masih banyak lahan yang kosong. Dengan melihat fenomena yang ada, maka studi penelitian ini bermaksud ingin melihat secara lebih dalam bagaimana pola interaksi wilayah perbatasan Kabupaten Universitas Sumatera Utara Deli Serdang dengan Kota Medan, dilihat dari tiga keterkaitan yaitu pendapatan, aktivitas penduduk dan faktor-faktor masyarakat melakukan interaksi sebagai upaya penduduk desa perbatasan meningkatkan kesejahteraan. Aktivitas penduduk dilihat dari tingkat interaksi desa-kota. Untuk memberi gambaran yang lebih jelas, dapat dilihat pada Gambar 2.1 Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Penelitian

2.8. Hipotesis