Pengertian Kota TINJAUAN PUSTAKA

Dalam pembangunan desa diharapkan pembangunan dari masyarakat pada unit pemerintah yang terendah yang harus dilaksanakan dan harus dibina terus-menerus secara sistematik dan terarah sebagai bagian penting dalam usaha pembangunan negara sebagai usaha yang menyeluruh Beratha dalam Sinaga, 2004. Wujud dari pembangunan desa adalah mengadakan berbagai program dan proyek pembangunan yang bertujuan menciptakan kemajuan desa Purba, 2006. Pembangunan desa sebagai bagian integral dari pembangunan nasional memiliki tujuan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang maju, mandiri, sejahtera dan adil. Untuk mewujudkan kondisi masyarakat yang dicita-citakan itu, pembangunan desa akan difokuskan pada penanggulangan kemiskinan, khususnya kemiskinan pedesaan Sumodiningrat, 1999; Adisasmita, 2006. Chambers dalam Sitanggang 2007 pembangunan perdesaan adalah suatu strategi yang memungkinkan kelompok masyarakat tertentu, laki-laki dan wanita miskin di desa, memperoleh yang mereka inginkan dan perlukan bagi dirinya maupun anak-anaknya Ndraha dalam Sinaga 2004 keberhasilan suatu desa dapat dilihat dari: a. Kondisi kehidupan yang dapat diperbaiki dan ditingkatkan yang berarti: a Pemerintah berhasil membangun berbagai fasilitas kehidupan masyarakat di pedesaan sebagai modal dan sarana penggerak desa, meliputi prasarana produksi, prasarana sosial dan b Pemerintah berhasil menggerakkan masyarakat dengan berbagai cara dan sarana sehingga mampu berswadaya dalam pembangunan desa. b. Masyarakat telah mampu berkembang sendiri dan hidup dalam suasana sejahtera dengan lingkungannnya berkat pemanfaatan sumber daya secara lokal dan optimal.

2.2. Pengertian Kota

Universitas Sumatera Utara Istilah kota berasal dari sejarah perkotaan di Eropa kuno. Pada zaman Yunani Kuno kota-kota yang pada saat itu dianggap sebagai republik kecil, letaknya terpencar- pencar di wilayah pegunungan yang dinamakan “polis”. Kota-kota pada waktu itu berupa benteng pasukan pendudukan Romawi di negeri-negeri Eropa yang disebut “urbis” dan lahan di luar kota di atas parit-parit yang mengelilingi benteng disebut “sub urbis”. Dari istilah-istilah ini kemudian muncul istilah “urban” dan “sub urban”, sedangkan pedesaan di luar kota penduduknya adalah petani disebut “Ru” dan dari sinilah timbul istilah “rural”. Sementara itu suatu benteng dinamakan kota apabila menjadi pusat perdagangan dan pertukangan yang memungkin berfungsinya pasar dalam kota Daldjoeni, 2003. Daerah urban urban area adalah suatu daerah dengan tingkat kepadatan penduduk yang relatif tinggi daripada daerah lain . Daerah urban dicirikan dengan kegiatan permukiman yang dominan di sektor non-agraris dan menjadi pusat kegiatan perekonomian yaitu produksi, distribusi dan konsumsi baik untuk daerah itu sendiri maupun untuk daerah sekitarnya hinterland. Kepadatan penduduk merupakan ciri yang lain dari kota. Menurut Adisasmita 2010 kota diartikan sebagai suatu permukaan wilayah di mana terdapat pemusatan konsentrasi penduduk dan berbagai jenis kegiatan ekonomi, sosial budaya dan administrasi pemerintah. Dickinson Jayadinata, 1999, kota adalah suatu permukiman yang bangunan rumahnya rapat, dan penduduknya bernafkah bukan pertanian dan kota dapat dikenali dari jumlah penduduknya. Di Universitas Sumatera Utara Indonesia menurut data statistik suatu daerah dapat disebut kota apabila jumlah penduduknya minimal 20.000 jiwa serta kota dapat dicirikan adanya prasarana perkotaan seperti bangunan pemerintah, rumah sakit, pasar, sekolah, ruang terbuka yang teratur open space, taman, jaringan, jalan beraspal, listrik dan tempat hiburan. Bintarto 1989, dari segi geografis kota dapat diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial-ekonomi yang hetrogen dan coraknya yang materialistis atau dapat pula diartikan sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami dengan gejala-gejala pemusatan penduduk yang cukup besar dengan corak kehidupan yang bersifat heterogen dan materialistis dibandingkan daerah belakang hinterland. Sejalan dengan pendapat diatas, Sujarto 1997 secara umum membatasi pengertian kota dilihat dari beberpa aspek yaitu: secara demografis merupakan pemusatan penduduk yang tinggi dengan tingkat kepadatan yang tinggi dibandingkan dengan wilayah sekitarnya; secara sosiologi selalu dikaitkan dengan batasan adanya sifat heterogen dari penduduknya serta budaya urban yang telah mengurangi budaya desa; secara ekonomis suatu kota dicirikan dengan proporsi lapangan pekerjaan yang dominan di sektor non pertanian seperti industri, pelayanan dan jasa, transportasi dan perdagangan; secara fisik suatu kota dicirikan dengan adanya dominasi wilayah terbangun built up area dan struktur binaan; secara geografis kota diartikan dengan suatu pusat kegiatan yang dikaitkan dengan suatu lokasi strategis; secara administrasi pemerintahan suatu kota dapat diartikan sebagai wilayah wewenang yang dibatasi oleh Universitas Sumatera Utara suatu wilayah hukum yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Menurut Nas 1990, kota diartikan sebagai suatu tempat pertemuan yang berorientasi keluar. Sebelum kota menjadi tempat permukiman yang tetap, pada mulanya ia sebagai tempat orang pulang balik sebagai tempat berjumpa secara teratur, dan mempunyai daya tarik magnit pada penghuni luar kota untuk mengadakan kontak, memberikan dorongan untuk kegiatan rohaniah dan perdagangan serta kegiatan yang lain. Berdasarkan pengertian kegiatan ekonomi bahwa kota adalah memiliki kegiatan industri dan jasa, maka banyak kota sebenarnya masih dalam taraf perkembangan. Hal ini berarti bahwa tata kehidupan perkotaan belum sepenuhnya dianut, yang dapat dilihat dari struktur kehidupan penduduknya maupun perwujudan fisiknya Sinulingga, 2005. Proboatmodjo 1993 menjelaskan bahwa kota yang berpenduduk lebih dari 20.000 jiwa sering menggambarkan ciri kekotaan yang lebih dominan, fungsinya lebih luas dan menunjukkan interaksi lebih luas dibandingkan dengan kota yang berpenduduk kurang dari 20.000 jiwa. Di Indonesia, jumlah penduduk merupakan ukuran besar kecilnya kota yang termasuk kota kecil adalah kota yang berpenduduk antara 5.000 sampai dengan 50.000 orang, kota sedang yaitu kota yang berpenduduk antara 50.000 sampai dengan 500.000 orang. Sedangkan kota besar adalah kota yang berpenduduk 500.000 ke atas. Kota yang memliki penduduk 1ebih dari satu juta disebut kota Metropolitan; yaitu suatu Universitas Sumatera Utara wilayah yang memiliki ciri sebagai suatu pusat perdagangan, industri, budaya dan pemerintahan yang dikelilingi oleh daerah semi urban sub urban, kawasan perumahan atau kota-kota kecil yang digunakan sebagai tempat tinggal. Menurut Branch 1996 kota merupakan area terbangun dengan fasilitas infrastrukturnya seperti jalan, lingkungan permukiman yang terpusat pada suatu area dengan kepadatan tertentu, tersedianya kebutuhan sarana dan pelayanan pendukung yang lebih lengkap dibandingkan yang dibutuhkan di daerah pedesaan. Dengan demikian untuk memahami pengertian yang lebih luas dengan pengertian sebagai suatu permukiman yang lebih besar dengan kriteria luas areal yang terbatas, bersifat non-agraris, kepadatan penduduknya relatif tinggi, dan lain-lain tidak selamanya tepat untuk menggambarkan suatu ciri kota tertentu yang hanya diukur secara kuantitatif, sebab kota juga merupakan tempat terkonsentrasinya berbagai kegiatan yang tidak saja ekonomis melainkan politik, sosial, hukum, budaya dan lain-lain dalam satu tata ruang tertentu. Dalam kenyataannya memang wilayah perkotaan seringkali melewati batas- batas administrasinya, keberadaan pusat kota telah mendorong terjadinya perubahan pada wilayah sekitarnya menjadi berbagai macam penggunaan lahan terutama untuk perumahan. Pertumbuhan perumahan kearah luar kotapinggiran tersebut memungkinkan terjadinya kegiatan-kegiatan dan keterhubungan sehingga terjadi adanya interaksi. Kesempatan memperoleh mata pencaharian tambahan di kota dimungkinkan dengan adanya letak yang berdekatan dengan kota. Universitas Sumatera Utara Sesuatu kota selalu mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Perkembangan dalam hal ini menyangkut aspek-aspek politik, sosial, budaya, teknologi, ekonomi, dan fisik. Dari semua aspek perkembangan tersebut akan terlihat langsung pada perkembangan fisik yang terkait dengan penggunaan lahan kekotaan, khususnya perubahan arealnya. Chapin dalam Condro 1996 perubahan penggunaan lahan kekotaan pada dasarnya berkaitan dengan sistem aktivitas antara manusia dengan institusi yaitu masyarakat individu dan rumah tangga, swasta dan lembaga pemerintah yang masing-masing berbeda dalam kepentingannya. Orientasi kepentingan masyarakat memanfaatkan lahan terletak pada pemenuhan kebutuhan pribadi untuk kebutuhan sosial ekonominya. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, sosial, interaksi sosial dan rekreasi. Kesemuanya berkaitan dengan hak pribadi dalam pemilikan lahan. Orientasi kepentingan swasta memanfaatkan lahan terletak pada keuntungan yang diperoleh dari nilai ekonominya. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan produksi barang dan kegiatan jasa. Dengan demikian hukum ekonomi akan berlaku disini, dimana swasta akan mencari lokasi yang dirasa paling menguntungkan dan biasanya pada posisi di pusat- pusat kegiatan. Sedangkan lembaga pemerintah berorientasi pada optimalisasi pelayanan umum. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan untuk kesejahteraan. Tujuan yang diharapkan adalah terpenuhinya kebutuhan masyarakat dalam memanfaatkan pelayanan umum tersebut. Universitas Sumatera Utara Sementara pendapat Sujarto 1997 yang lebih menonjolkan faktor manusia menyebutkan bahwa faktor- faktor perkembangan dan pertumbuhan yang bekerja pada suatu kota dapat mengembangkan dan menumbuhkan kota pada suatu arah tertentu. Sebenarnya hanya ada tiga faktor utama yang sangat menentukan pola perkembangan dan pertumbuhan kota yaitu faktor manusia, faktor kegiatan manusia tersebut dan faktor pola pergerakan antara pusat kegiatan manusia yang satu dengan pusat kegiatan manusia yang lainnya. Secara terperinci dapat diterangkan bahwa faktor manusia akan menyangkut segi-segi perkembangan penduduk kota baik karena kelahiran maupun karena migrasi ke kota, segi-segi perkembangan tenaga kerja, perkembangan status sosial dan perkembangan kemampuan pengetahuan dan teknologi. Faktor kegiatan manusia menyangkut segi-segi kegiatan kerja, kegiatan fungsional, kegiatan perekonomian kota dan kegiatan hubungan regional yang lebih luas sedangkan faktor pola pergerakan adalah sebagai akibat dari perkembangan yang disebabkan oleh kedua faktor perkembangan penduduk yang disertai dengan perkembangan fungsi kegiatannya akan menuntut pola perhubungan antara pusat-pusat kegiatan tersebut. Kemudian ketiga faktor ini secara fisik akan termanifestasikan kepada perubahan akan tuntutan kebutuhan ruang. Tuntutan kebutuhan ruang ini yang akan tercermin kepada perkembangan dan perubahan tata guna lahan kota yang mana kemudian faktor persyaratan fisik akan sangat menentukan perkembangan dan pertumbuhan kota itu selanjutnya. Perkembangan kota tidak hanya ditentukan oleh faktor internalnya, tetapi juga faktor eksternal sangat menentukan. Semakin meluas dan membesarnya fungsi dan Universitas Sumatera Utara peranan kota menimbulkan perkembangan di dalam hubungan antara kota yang satu dengan kota lainnya serta hubungan antara suatu kota dengan daerah sekitarnya. Sifat saling ketergantungannya antara kota yang satu dengan kota yang lainnya atau antara suatu kota dengan daerah sekitarnya semakin berkembang, kemajuan teknologi pergerakan semakin meningkat. Dengan demikian faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan kota tidak hanya terbatas kepada dinamika kota itu sendiri tetapi juga oleh perubahan serta dinamika dari jangkauan yang lebih luas. 2.3. Interaksi Desa Kota Kawasan perdesaan dan perkotaan pada dasarnya merupakan lanskap wilayah yang saling berhubungan melalui keterkaitan kekuatan ekonomi, sosial, politik dan lingkungan yang sangat kompleks. Kawasan perdesaan semakin diperhitungkan keberadaannya dalam konstelasi kota-kota. Demikian pula, kota-kota melalui perkembangan transportasi dan perkembangan komunikasi yang cepat, mengalami perubahan morfologi. Perubahan morfologi yang terjadi tidak lagi diungkapkan dalam gambaran dari suatu metropolis dengan satu simpul urban yang dikelilingi oleh kawasan perdesaan, namun lebih merupakan sistem keterkaitan desa-kota yang kompleks dan terdesentralisasi Sugiana, 2005. Interaksi adalah terjadinya kontak atau hubungan antara dua wilayah atau lebih dan dari hasil kontak itu dapat timbul sesuatu kenyataan yang baru dalam wujud tertentu, maka apa yang sedang atau yang sudah terjadi. Menurut Bintarto 1989, Interaksi dapat dilihat sebagai suatu proses sosial, proses ekonomi, proses budaya Universitas Sumatera Utara ataupun proses politik dan sejenisnya dan lambat ataupun cepat dapat menimbulkan suatu realita atau kenyataan. Serta adanya interaksi desa dan kota dapat terjadi karena pelbagai faktor atau unsur yang ada dalam desa, dalam kota dan diantara desa dan kota. Adanya kemajuan masyarakat desa, perluasan jaringan jalan desa-kota, integrasi atau pengaruh kota terhadap desa, kebutuhan timbal balik desa-kota telah memacu interaksi desa-kota secara bertahap dan efektif. Menurut Roucek dalam Suprapta 2006 interaksi merupakan suatu proses yang sifatnya timbal balik dan mempunyai pengaruh terhadap perilaku dari pihak- pihak yang bersangkutan melalui kontak langsung. Sedangkan Short dalam Suprapta 2006, mengatakan bahwa interaksi merupakan sistem perkotaan dan tatanan dari kota-kota kecil melalui aliran manusia, barang dan gagasan. Aliran ini merupakan dinamika sistem perkotaan dan merupakan daerah sistem pergerakan manusia dalam melakukan aktivitasnya yang berupa perjalanan ke tempat kerja, perjalanan belanja, kunjungan keluarga maupun perjalanan untuk rekreasi, tetapi alasan pergerakan pada umumnya adalah alasan ekonomi, penduduk cenderung bergerak apabila terdapat prospek pekerjaan dan gaji yang lebih baik disamping itu ada alasan dalam bentuk sosial, seperti kurangnya pelayanan sosial yang miskin dan kurang kebebasan individu. Adapun pergerakan penduduk dalam pertumbuhan ekonomi dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 2.1. Pergerakan Penduduk dalam Pertumbuhan Ekonomi Bentuk pergerakan yang dominan Tahap pertumbuhan ekonomi Desa – Kota Inter – Urban Urban – rural Awal Industrialisasi Iindustrialisasi Post industrialisasi Universitas Sumatera Utara Sumber: Short dalam Suprapta 2006 Tabel 2.2. Faktor Pendorong – Penarik Penduduk Desa-Kota Pendorong Penarik Pengangguran Pelayanan sosial miskin Kehidupan sosial yang miskin Kurangnya kebebasan Kesempatan kerja Pelayanan sosial bagus Kehidupan sosial yang bagus Longgarnya kebebasan Sumber: Short dalam Suprapta 2006 Menurut Douglass 1996, bahwa peran kota dalam pembangunan desa di identifikasikan menjadi 7 tujuh fungsi kota yang paling esensial yaitu: 1. Pusat perbelanjaan 2. Pusat pelayanan yang berjenjang lebih tinggi 3. Pusat pemasaran berbagai produk yang dihasilkan wilayah pedesaan 4. Pusat untuk penyediaan dan pendukung pertanian 5. Pusat pengelolaan pasca panen 6. Penyerap tenaga kerja pedesaan yang bersifat bukan pertanian 7. Pusat informasi dan belajar yang bersifat praktis dan inovatif. Selanjutnya Douglass 1996 menjelaskan bahwa peran kota merupakan hasil hubungan yang saling ketergantungan antara desa dan kota, seperti pada tabel dibawah ini. Tabel 2.3. Keterkaitan Desa Kota Desa Kota Produksi pertanian Intensifikasi pertanian - Infrastruktur pedesaan - Insentif produksi Pusat Transportasiperdagangan Pelayanan pendukung pertanian - Input produksi - Pelayanan privat Universitas Sumatera Utara - Pendidikan dan kapasitas menyerap inovasi Pendapatan permintaan Pedesaan untuk barang Jasa non pertanian - Informasi terhadap metode produksi - Budaya modern - Gaya hidup yang konsumtif Pasar perbelanjaan non pertanian Sumber: Douglass, 1996 Adanya interaksi desa kota dapat dilihat dari homogenitas kehidupan desa yang semakin berkurang, berubahnya mata pencaharian penduduk dari sektor pertanian ke sektor industri dan jasa, berubahnya fungsi lahan pertanian untuk perumahan dan industri, meningkatnya laju migrasi desa-kota dan komuter, meningkatnya tingkat pendidikan dan kesejahteraan masyarakat, serta berubahnya fungsi desa sebagai sumber bahan makanan dan sayuran. Adanya interaksi desa-kota rural-urban bisa kita lihat dari berubahnya mata pencaharian penduduk dari sektor pertanian ke sektor ekonomi, perdagangan, jasa dan industri sangat terlihat sekali di Kecamatan perbatasan Kabupaten Deli Serdang. Bisa juga interaksi desa-kota kita tunjukkan dari laju komuter, gejala ini bisa kita lihat pada arus lalu lintas pada ruas-ruas jalan di daerah perbatasan wilayah Kecamatan Kabupaten Deli Serdang dengan Kota Medan pada jam-jam sebelum dan sesudah bekerja. Terbatasnya luas lahan di Kota Medan, menyebabkan kebutuhan akan perumahan masih belum bisa mencukupi. Kondisi ini menyebabkan masyarakat Kota Medan cenderung untuk membangun perumahan di daerah pinggiran kota. Hal ini bisa kita lihat dari banyaknya masyarakat Kota Medan yang membangun pemukiman di perbatasan Kecamatan Kabupaten Deli Serdang. Universitas Sumatera Utara Kondisi lahan dipinggiran kota yang relatif masih kosong dan harga masih relatif murah dibanding pusat kota, mendorong perkembangan kota terutama penggunaan lahan permukiman tersebar secara sporadis dibagian wilayah pinggiran kota. Faktor penyebab meningkatnya mobilitas tenaga kerja ke daerah perkotaan, antara lain adanya kekuatan sentrifugal centrifugal force, yakni kekuatan yang mendorong seseorang untuk meninggalkan daerah asalnya karena desakan ekonomi dan fasilitas pendidikan yang serba terbatas. 2.4. Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Menurut Todaro 1998, ada tiga komponen yang dapat diukur dari hakekat pembangunan. Ketiga komponen itu adalah kecukupan sustenance, jati diri self- esteem serta kebebasan freedom. Ketiga hal inilah yang merupakan tujuan pokok yang harus dicapai oleh setiap orang dan masyarakat dalam proses pembangunan. Ketiganya berkaitan secara langsung dengan kebutuhan-kebutuhan manusia yang mendasar, yang terwujud dalam berbagai macam manifestasi bentuk di hampir semua masyarakat dan budaya sepanjang zaman. Selain bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pembangunan juga berupaya menumbuhkan aspirasi dan tuntutan masyarakat untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik. Salah satu akibat dari pembangunan yang hanya menerapkan paradigma pertumbuhan semata, adalah munculnya kesenjangan antara kaya dan miskin, serta pengangguran yang merajalela. Universitas Sumatera Utara Tantangan utama pembangunan adalah untuk memperbaiki kehidupan. Kualitas kehidupan yang lebih baik memang mensyaratkan adanya pendapatan yang tinggi. Namun kiranya pendapatan bukanlah satu-satunya ukuran kesejahteraan. Banyak hal lain yang tidak kalah pentingnya yang harus diperjuangkan, mulai dari pendidikan, peningkatan standar kesehatan dan nutrisi, pemberantasan kemiskinan, perbaikan kondisi lingkungan hidup, pemerataan kesempatan, pemerataan kebebasan individual dan penyegaran kehidupan budaya. Tingkat kesejahteraan masyarakat dapat dilihat dari berbagai komponen yang dapat menggambarkan apakah masyarakat tersebut sudah berada pada kehidupan yang sejahtera atau belum. Komponen yang dapat dilihat antara lain keadaan perumahan di mana mereka tinggal, tingkat pendidikan, dan kesehatan. Badan Pusat Statistik 2000 menyatakan bahwa komponen kesejahteraan yang dapat dipakai sebagai indikator kesejahteraan masyarakat adalah kependudukan, tingkat kesehatan dan gizi masyarakat, pendapatan masyarakat, tingkat pendidikan, ketenagakerjaan, taraf dan pola konsumsi masyarakat, keadaan perumahan dan lingkungan, dan keadaan sosial budaya. Di samping komponen yang dikemukakan di atas, ada komponen lain yang mempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat misalnya luas kepemilikan lahan Djohar, 1999. Hal ini dimungkinkan karena dilihat dari segi ekonomi, lahantanah merupakan earning asset yang dapat digunakan untuk menghasilkan pendapatan, sedangkan dilihat dari segi sosial, lahantanah dapat menentukan status sosial seseorang terutama di daerah pedesaan. Universitas Sumatera Utara

2.5. Dampak Interaksi terhadap Tingkat Kesejahteraan