BAB 5 PEMBAHASAN
Hasil penelitian pengetahuan tentang penggunaan anestesi lokal pada pencabutan gigi menunjukkan 100 responden mengetahui bahwa istilah anestesi berasal dari
bahasa yunani sama halnya dengan definisi anestesi lokal. Anestesi lokal didefinisikan sebagai hilangnya sensasi sementara termasuk nyeri pada salah satu
bagian tubuh, dihasilkan oleh agen topikal yang disuntikkan tanpa menekan tingkat kesadaran. Sebanyak 97,3 responden mengetahui jenis-jenis anestesi lokal dan efek
dari anestesi lokal tersebut. Hal ini tergolong kategori baik karena seorang mahasiswa kepaniteraan klinik harus mengetahui jenis-jenis anestesi lokal serta efek dari anestesi
lokal yang digunakan. Hal ini mungkin disebabkan karena pada masa perkuliahan, responden sudah mendapat teori mengenai jenis-jenis anestesi lokal dan efek samping
anestesi lokal tersebut. Hampir seluruh responden mengetahui jenis-jenis anestesi lokal dan efek samping anestesi lokal. Anestesi lokal terbagi menjadi dua golongan
yaitu golongan amida dan golongan ester. Pengetahuan responden mengenai larutan anestesi lokal yang ideal sudah
tergolong baik, yaitu 94,7. Hal ini menunjukkan bahwa responden memahami pengertian dari anestesi lokal yang ideal, dimana larutan anestesi lokal yang ideal itu
adalah larutan yang tidak mengiritasi, tidak merusak jaringan saraf secara permanen, mula kerjanya singkat, dan larut dalam air. Pengetahuan yang baik ini mungkin
disebabkan karena pada pada masa perkuliahan responden sudah menerima teori mengenai pengertian anestesi lokal yang ideal. Menurut Malamed, komplikasi lokal
dari penggunaan anestesi lokal terdiri dari kegagalan untuk mendapatkan efek anestesi, sakit selama dan setelah penyuntikan, pembentukan haematoma pada daerah
penyuntikan, kepucatan, trismus, paralisa wajah, patahnya jarum, infeksi, trauma pada bibir, gangguan visual, parastesi. Hasil penelitian juga menunjukkan 73,6
responden mengetahui komplikasi lokal dari anestesi lokal. Hal ini menunjukkan bahwa responden cukup mengetahui komplikasi lokal dari penggunaan anestesi lokal.
Universitas Sumatera Utara
Dari keseluruhan responden, 71 responden mengetahui komplikasi sistemik yang dapat terjadi setelah penyuntikan. Komplikasi sistemik yang bisa terjadi seperti
reaksi alergisensitifitas, overdosis sampai toksisitas. Persentase pengetahuan responden mengenai dosis maksimum lidokain dan artikain adalah 36,8, serta dosis
maksimum mepivacain adalah 13,1. Hal ini menunjukkan bahwa responden kurang mengetahui mengenai dosis maksimum lidokain, artikain dan mepivacain. Hasil
penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Foley J.et al. di Rumah Sakit Gigi Dundee United Kingdom terhadap 24 responden yang terdiri dari 5 orang
mahasiswa kedokteran gigi, 8 orang mahasiswa kepaniteraan klinik, dan 11 orang dokter gigi mengenai pengetahuan penggunaan anastesi lokal. Dari hasil penelitian
didapat seluruh responden mempunyai pengetahuan yang kurang mengenai penggunaan dosis maksimum yang ideal untuk anestesi lokal.
Hasil penelitian menunjukkan 36,8 responden mengetahui hubungan berat badan dengan anestesi lokal dalam menentukan dosis maksimum anestesi lokal yang
digunakan Tabel 6. Rendahnya persentase tersebut disebabkan oleh kurangnya pengetahuan responden mengenai hubungan berat badan dengan anestesi lokal dalam
menentukan dosis maksimum. Diharapkan kepada setiap responden agar melakukan penimbangan berat badan terlebih dahulu sebelum melakukan penyuntikan, kemudian
menghitung dosis penggunaan anestesi lokal dengan menyertakan hasil berat badan yang telah didapat dalam perhitungannya, serta memberikan dosis anestesi lokal
sesuai hasil perhitungan. Persentase kategori pengetahuan menunjukkan bahwa 34,3 responden
termasuk ke dalam kategori pengetahuan baik, 44,7 responden termasuk kategori pengetahuan cukup dan 21 responden termasuk kategori pengetahuan kurang
Tabel 7. Hasil yang berbeda didapat dari penelitian Alvarez RG et al. mengenai pengetahuan penggunaan anestesi lokal pada tahun 2009 di National University of
Mexico pada 244 mahasiswa kedokteran gigi yang diuji dengan 11 pertanyaan mengenai pengetahuan anestesi lokal di klinik seperti penggunaan dosis yang tepat,
kemungkinan efek samping dan toksisitas yang mungkin terjadi. Dari hasil penelitian tersebut, didapat sebesar 81,56 responden menjawab pertanyaan dengan kurang
Universitas Sumatera Utara
memuaskan. Hasil yang kurang memuaskan ini menunjukkan kurangnya pengetahuan tentang penggunaan anestesi lokal. Perbedaan hasil penelitian tersebut dimungkinkan
karena adanya perbedaan sampel penelitian, dimana pada penelitian ini menggunakan mahasiswa kepaniteraan klinik sebagai sampel sedangkan penelitian oleh Alvarez RG
et al. menggunakan mahasiswa kedokteran gigi sebagai sampelnya. Dari segi perilaku, hasil penelitian menunjukkan sebanyak 86,64 responden
melakukan anamnesa sebelum penyuntikan. Hasil tersebut tergolong baik, karena seorang mahasiswa kepaniteraan klinik harus melakukan anamnesa terlebih dahulu
sebelum melakukan tindakan penyuntikan. Akan tetapi, masih ada 5,26 responden yang hanya kadang-kadang saja melakukannya, dan bahkan 7,9 responden sama
sekali tidak melakukan anamnesa sebelum tindakan penyuntikan. Salah satu alasan responden yang hanya kadang-kadang dan tidak pernah melakukan anamnesa adalah
responden terburu-buru sehingga lupa untuk melakukan anamnesa. Persentase responden mengenai anamnesa obat-obatan yang sedang dikonsumsi
pasien cukup baik, yaitu 63,15. Namun demikian, ada juga beberapa responden yang hanya kadang-kadang saja bahkan tidak pernah melakukan anamnesa obat-
obatan yang sedang dikonsumsi, dimana salah satu alasannya adalah karena responden hanya akan melakukan anamnesa terhadap pasien apabila pasien tersebut
berumur di atas 30 tahun. Hal ini mungkin disebabkan karena responden merasa pasien yang berumur diatas 30 tahun kemungkinan besar memiliki penyakit sistemik.
Selain itu, hasil penelitian menunjukkan hanya 44,73 responden melihat efek samping setelah tindakan penyuntikan. Hasil penelitian tersebut tidak sesuai dengan
harapan peneliti, dimana semua responden kurang memahami pengertian efek samping dari anestesi lokal. Salah satu alasan responden yang menjawab kadang-
kadang dan tidak pernah yaitu responden langsung melakukan tindakan tanpa melihat efek samping dari anestesi lokal yang digunakan. Rendahnya persentase tersebut
mungkin karena sebagian besar responden mempunyai persepsi berbeda mengenai efek samping, karena seharusnya semua responden melihat terlebih dahulu efek
samping yang timbul setelah tindakan penyuntikan, salah satunya yaitu berupa timbulnya rasa kebas pada daerah penyuntikan.
Universitas Sumatera Utara
Tidak ada responden yang menimbang berat badan pasien, menghitung dosis anestesi lokal, dan menggunakan dosis yang telah dihitung. Hal ini mungkin
disebabkan karena kurangnya informasi mengenai pemberian dosis maksimum obat anestesi lokal yang tergantung pada usia, berat badan, kesehatan pasien, jenis larutan
yang digunakan dan apakah vasokonstriktor digunakan atau tidak. Dari hasil yang didapat, tidak ada satu pun responden yang melakukan penimbangan berat badan
sebelum tindakan penyuntikan anestesi lokal. Menurut responden, hal ini disebabkan karena tidak tersedianya alat penimbang berat badan di klinik Departemen Bedah
Mulut FKG USU. Padahal penimbangan berat badan sebelum memberikan anestesi lokal merupakan salah satu prosedur yang harus dilakukan untuk mendapatkan dosis
maksimum pemberian anestesi lokal. Hasil penelitian juga didapat sebanyak 81,6 responden tidak pernah menangani
pasien yang mengalami komplikasi. Persentase tersebut sudah tergolong kategori baik. Hal ini mungkin disebabkan karena pengetahuan responden mengenai
komplikasi dari anestesi lokal sudah cukup, yaitu 73,6. Salah satu alasan responden yang tidak pernah menangani pasien komplikasi adalah tidak adanya pasien yang
kembali ke Klinik, sehingga responden merasa tidak terjadi komplikasi terhadap pasien. Responden beranggapan apabila pasien tidak kembali ke klinik maka tidak
ada komplikasi yang terjadi. Padahal tidak semua pasien yang tidak kembali ke klinik tidak mengalami komplikasi, oleh sebab itu perlu adanya komunikasi antara
responden dan pasien setelah melakukan perawatan untuk memastikan ada atau tidaknya komplikasi yang terjadi.
Selain itu, hasil yang kurang memuaskan juga didapat yaitu tidak ada responden yang menggunakan dosis maksimum anestesi lokal setelah perhitungan. Tidak ada
responden yang menggunakan dosis maksimum anestesi lokal setelah perhitungan, disebabkan oleh tidak ada satu pun responden yang melakukan perhitungan mengenai
dosis maksimum penggunaan anestesi lokal. Hal ini mungkin disebabkan oleh kurangnya pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik di Departemen Bedah Mulut
FKG USU mengenai perhitungan dosis maksimum anestesi lokal dalam suatu tindakan pencabutan gigi, sehingga tidak satu pun responden melakukan
Universitas Sumatera Utara
penimbangan berat badan bahkan menggunakan hasil perhitungan dosis maksimum dalam tindakan penyuntikan anestesi lokal Tabel 8. Kategori perilaku menunjukkan
bahwa tidak ada responden yang mempunyai pengetahuan baik, 31,6 responden termasuk kategori pengetahuan cukup dan 68,4 responden kategori pengetahuan
kurang Tabel 9.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN