Pelaksanaan Penelitian 1. Tahap Persiapan
14
D.5.2. Evaluasi Hasil Uji Belah Cutting Test
Pengamatan dilakukan dengan melihat warnapenampakan dari struktur tumbuh benih sehingga dapat diketahui benih tersebut viabel atau non viabel.
Benih viabel dicirikan dengan penampakan struktur tumbuh benih yang segar dan berwarna kehijauan atau putih kekuningan, sedangkan benih non viabel dicirikan
dengan kondisi struktur tumbuh benih yang kering atau layu dan warnanya tampak coklat kehitaman Zanzibar 2001.
D.6. Penyemaian Benih
Kegiatan pengujian perkecambahan benih dilakukan dengan menggunakan metode langsung, yaitu dengan cara menyemaikan benih pada setiap akhir periode
simpan. Penyemaian dilakukan dengan cara membenamkan ujung hipokotil sedalam kurang lebih 5 cm sesuai petunjuk teknis penanaman Rhizophora stylosa
pada media tanam.
D.7. Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan adalah sebagai berikut : a.
Benih yang ditanam langsung disemprotkan pupuk cair dengan
dosis 2 ml tiap 1 liter air, kemudian penyemprotan dilakukan setiap satu minggu sekali selama empat minggu.
b. Penyiraman air garam dengan konsentrasi 2,5 dilakukan sekali
selama penelitian, yaitu langsung setelah penyemaian. c.
Penyiraman dengan air tawar satu kali sehari. d.
Pencabutan gulma. e.
Penyemprotan pestisida mulai minggu ketiga dan selanjutnya dilakukan setiap sepuluh hari sekali. Dosis pestisida yang
digunakan pada setiap kali penggunaan adalah 2 ml per liter air.
15
E. Pengambilan Data E.1. Viabilitas Benih dengan Uji Belah
Cutting Test dan Uji Perkecambahan Langsung
Untuk membandingkan data dugaan daya berkecambah hasil uji belah dengan data daya berkecambah hasil uji perkecambahan langsung dilakukan
analisis dengan menggunakan prosedur uji-t Steel dan Torrie 1991. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut:
H : μ
1
= μ
2
→ Nilai rataan dugaan Daya Berkecambah DB hasil uji cepat uji belah sama dengan nilai rataan DB hasil uji perkecambahan
langsung H
1
: μ
1
≠ μ
2
→ Nilai rataan dugaan DB hasil uji cepat uji belah tidak sama dengan nilai rataan DB hasil uji perkecambahan langsung
Sedangkan kaidah uji yang digunakan adalah sebagai berikut: t
hit
= t
hit
t α2 ; r
1
+ r
2
– 2 → tolak H0 t
hit
t α2 ; r
1
+ r
2
+ 2 → terima H0 Dimana :
Se = d
= selisih nilai rataan daya berkecambah hasil uji cepat dengan hasil uji perkecambahan
r
1.2
= ulangan JK
1.2
= jumlah kuadrat daya berkecambah hasil uji cepat dengan hasil uji perkecambahan
Untuk mengetahui keeratan hubungan antara daya berkecambah hasil uji belah dengan daya berkecambah hasil uji perkecambahan langsung dihitung
koefisien korelasinya Steel dan Torrie 1991. Koefisien korelasi secara
sederhana dapat ditulis sebagai berikut:
r =
∑ .
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
²
16 Dimana :
r = koefisien korelasi
n = jumlah ulangan
dx = DB hasil uji cepat
dy = DB hasil uji perkecambahan
E.2. Kadar Air KA
Untuk menentukan kadar air ini diambil contoh benih atau propagul sebanyak dua buah untuk setiap ulangan perlakuan. Pengukuran kadar air
dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama merupakan tahap pra pengeringan predrying. Pada tahap pertama ini benih ditimbang sehingga diperoleh berat
basah BB benih kemudian dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 130 ºC selama 5 – 10 menit ISTA 1996. Setelah dibiarkan dalam desikator selama 45
menit, benih ditimbang lagi sehingga diperoleh berat kering BK benih. Pada tahap kedua, sebelum dimasukkan ke dalam oven, benih dipotong dan dibelah.
Suhu oven yang digunakan adalah 105 ºC dan benih di oven selama 17 jam. Berat kering BK benih diperoleh dengan cara menimbang benih setelah benih
dibiarkan dalam desikator selama 45 menit. Kadar air dihitung berdasarkan rumus yang terdapat pada Kuswanto
1997, yaitu sebagai berikut :
MC = S1 + S2 –
S1+S2 100
Dimana, MC = kadar air dalam persen
S1 = jumlah air yang hilang pada pemanasan predrying S2 = jumlah air yang hilang pada pemanasan kedua
17
E.2. Persentase Benih yang Berakar Selama Penyimpanan
Kriteria berakar disini adalah apabila panjang akar yang muncul lebih dari 0,5 cm. Kriteria tersebut ditetapkan karena panjang akar kurang dari 0,5 cm
diperkirakan masih tidak rentan terhadap kerusakan mekanis Anggraini 2000.
PB =
∑ benih yang berakar Jumlah benih yang disimpan
x 100
E.3. Daya Berkecambah DB
Kriteria perkecambahan normal ditandai dengan munculnya dua helai daun muda pada hipokotil. Perkecambahan dilakukan selama kurang lebih 60 hari.
Pengamatan perkecambahan dilakukan setiap tiga hari sekali terhadap kecambah normal. Daya berkecambah DB dihitung berdasarkan rumus dalam Manan
1976, yaitu :
DB =
Jumlah benih yang berkecambah normal Jumlah benih yang dikecambahkan
x 100
E.4. Kecepatan Tumbuh KT
Kecepatan tumbuh benih dihitung berdasarkan jumlah benih normal yang tumbuh setiap hari. Kecepatan tumbuh dihitung dengan menggunakan rumus
Maguire Anggraini 2000, yaitu :
KT =
X1 E2
+
X2 E2
+ …. +
Xn En
Keterangan: X1 = Presentase kecambah normal pengamatan ke – 1
E2 = Presentase hari ke – 1
E.5. Nilai Perkecambahan NP
Nilai perkecambahan dihitung menggunakan rumus Czabator 1962, yaitu sebagai berikut :