Pengaruh media simpan, ruang simpan, dan lama penyimpanan terhadap viabilitas Propagul Rhizophora stylosa Griff

(1)

PENGARUH MEDIA SIMPAN, RUANG SIMPAN, DAN LAMA

PENYIMPANAN TERHADAP VIABILITAS PROPAGUL

Rhizophora stylosa

Griff.

MUHAMMAD KALINGGA F

DEPARTEMEN SILVIKULTUR

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

PENGARUH MEDIA SIMPAN, RUANG SIMPAN, DAN LAMA

PENYIMPANAN TERHADAP VIABILITAS PROPAGUL

Rhizophora stylosa

Griff.

Oleh :

MUHAMMAD KALINGGA F

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan Pada Fakultas Kehutanan

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN SILVIKULTUR

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(3)

ABSTRAK

MUHAMMAD KALINGGA F. E44062472. Pengaruh Media Simpan, Ruang Simpan, dan Lama Penyimpanan terhadap Viabilitas Propagul Rhizophora stylosa

Griff. Dibimbing oleh Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS dan Dra. Dida Syamsuwida, M.Sc.

Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki garis pantai dan sebagiannya ditumbuhi hutan mangrove yang merupakan tipe dominan di kawasan pantai. Namun, pada saat ini kawasan hutan mangrove telah mengalami degradasi yang menyebabkan penurunan potensi hutan. Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kembali potensi hutan mangrove ini adalah dengan melakukan rehabilitasi hutan mangrove. Rhizophora sp., termasuk didalamnya jenis Rhizophora stylosa Griff., merupakan jenis pohon yang memiliki arti penting dalam pembentukan hutan mangrove. Permasalahan utama dari jenis R. stylosa adalah benihnya termasuk kedalam benih rekalsitran. Oleh karena itu, teknik penyimpanan benih R. sylosa merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dikembangkan untuk menunjang keberhasilan kegiatan rehabilitasi mangrove yang telah terdegradasi.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh media simpan, ruang simpan, dan lama penyimpanan terhadap viabilitas propagul R. stylosa, serta untuk membandingkan potensi daya berkecambah propagul R. stylosa hasil uji belah dengan daya berkecambah propagul hasil uji perkecambahan langsung. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca dan Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB serta Laboratorium Balai Penelitian Teknologi Perbenihan (BPTP) Bogor, Kementerian Kehutanan.

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) faktorial 5x2x2 dengan 3 kali ulangan. Adapun perincian faktor-faktornya adalah sebagai berikut: faktor A (lama penyimpanan) terdiri dari A0 (0 minggu), A1 (1 minggu), A2 (2 minggu), A3 (3 minggu), dan A4 (4 minggu); faktor B (ruang simpan) terdiri dari B1 (ruang AC) dan B2 (ruang kamar); dan faktor C (media simpan) terdiri dari C1 (serbuk gergaji) dan C2 (sabut kelapa). Adapun data yang diambil pada penelitian ini adalah viabilitas propagul, persen berakar propagul, kadar air propagul, daya berkecambah propagul, kecepatan tumbuh propagul, dan nisbah pucuk akar semaiR. stylosa.

Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat diketahui bahwa pengaruh interaksi antara perlakuan lama penyimpanan, ruang simpan, dan media simpan menyebabkan perbedaan secara signifikan terhadap variabel daya berkecambah propagul R. stylosa. Pengaruh interaksi antara lama penyimpanan dan media simpan menyebabkan perbedaan secara signifikan terhadap daya berkecambah, nilai perkecambahan, kecepatan tumbuh propagul, dan nisbah pucuk akar semai R. stylosa. Adapun pengaruh interaksi antara ruang simpan dan media simpan menyebabkan perbedaan secara signifikan terhadap persen berakar propagulR. stylosa. Dalam penelitian ini, media simpan sabut kelapa yang diletakkan di ruang AC dapat mempertahankan viabilitas propagul R. stylosa sampai masa penyimpanan selama 4 minggu. Selain itu, hasil metode pendugaan viabilitas propagulR. stylosadengan uji belah adalah relatif sama dengan hasil uji perkecambahan secara langsung dari propagul tersebut.

Kata kunci: lama penyimpanan, media simpan, R. stylosa, ruang simpan, viabilitas propagul


(4)

ABSTRACT

MUHAMMAD KALINGGA F. E44062472. The Influence of Storage Media, Storage Room, and Time of Storage on Propagules Viability of Rhizophora stylosa

Griff. Supervised by Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS and Dra. Dida Syamsuwida, M.Sc.

Indonesia as an archipelagic country has a coastline and partly overgrown with mangrove forest which is the dominant type of coastal areas. However, at present the mangrove forests have been degraded which causes a decrease in forest potency. The effort that can be done to improve the return potential of these mangrove forests is by rehabilitation of mangrove forest. Rhizophora sp., including the type of Rhizophora stylosa Griff., is a pioneer tree species in the mangrove forest which has an important meaning in the mangrove forest etablishment. The main problem of this type ofR. stylosa that is the seed classified into the recalcitrant ones. Therefore, the technique of seed storage is a very important activity to be developed for supporting the success of mangrove rehabilitation activities that have been degraded.

The purpose of this study is to discover the influence of storage media, storage room, and time of storage on the propagule viability ofR. stylosa, and to compare theR. stylosa propagule germination potential between cutting test and directly propagule germination test results. The research was conducted at the greenhouse and Silviculture Laboratory, Faculty of Forestry IPB and Seed Technology Research Institute Laboratory (BPTP), Bogor.

This study used a factorial experiment with completely randomized design (CRD) factorial 5x2x2 with 3 replicates. The details of the factors are: factor A (time of storage) consists of A0 (0 weeks), A1 (1 week), A2 (2 weeks), A3 (3 weeks), and A4 (4 weeks); factor B (storage room) consists of B1 (AC room) and B2 (living room); and factor C (storage media), consists of C1 (sawdust) and C2 (coconut husk). The data collected is propagule viability, the percentage of rooted propagule, moisture content of propagule, propagule germination, germination value of propagule, the growth rates of propagule and shoot and seedling root to ratio ofR. stylosa.

Based on these results, it is known that the influence of interaction between treatment storage time, storage room, and storage media caused a significant difference to variable germination propaguleR. stylosa. The influence of interaction between storage time and storage media caused significant differences on germination, germination value, the growth rates of propagule, and seedling root to shoot ratio ofR. stylosa. The influence of interaction between storage room and storage media caused significant differences to the percent of rooted propaguleR. stylosa. In this study, coconut husk media storage that is placed in the air conditioner room capable to maintaining the viability of R. stylosa propagule until the time of storage for 4 weeks. The result of estimation R. stylosa propagule viability with cutting test is relatively similar with the directly propagule germination test results.

Keywords:Rhizophora stylosa, storage media, storage room, time of storage, viability of propagules.


(5)

(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Ruang Simpan, Media Simpan, dan Lama Penyimpanan terhadap Viabilitas Propagul Rhizophora stylosa Griff. adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS dan Dra. Dida Syamsuwida, M.Sc serta belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau yang dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Maret 2011

Muhammad Kalingga F NRP E44062472


(7)

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, dengan limpahan rahmat dan kasih sayang-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Media Simpan, Ruang Simpan, dan Lama Penyimpanan terhadap Viabilitas Propagul Rhizophora stylosa Griff.”. Kegiatan penelitian dilakukan di Rumah Kaca dan Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB serta Laboratorium Balai Penelitian Teknologi Perbenihan (BPTP) Bogor, Kementerian Kehutanan. Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat memberikan informasi mengenai metode penyimpanan benih R. stylosa yang baik.

Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ayah, Ibu, kakak, dan adik tercinta yang selalu mendo’akan, memberi

dukungan, dan semangat yang tiada henti.

2. Prof. Dr. Ir Cecep Kusmana, MS dan Dra. Dida Syamsuwida, M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan ilmu kepada penulis.

3. Vonnya Liddyannisa. P, kekasih yang selalu memberikan motivasi dan semangat kepada penulis.

4. Seluruh Pegawai di Bagian Ekologi Hutan Fakultas Kehutanan IPB dan Laboratorium BPTP Bogor, yang telah banyak membantu dan memfasilitasi dalam pelaksanaan kegiatan penelitian.

5. Teman-teman mahasiswa Silvikultur 43 dan semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam proses penelitian.

Dengan menyadari ketidaksempurnaan diri sebagai manusia, penulis berharap karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukannya.

Bogor, Maret 2011


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... ii

DAFTAR TABEL... v

DAFTAR GAMBAR... vi

DAFTAR LAMPIRAN... vii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Tujuan Penelitian ... 2

C. Hipotesis ... 2

D. Manfaat Penelitian ... 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Hutan Mangrove... 3

B. Tinjauan JenisRhizophora stylosaGriff... 4

B.1. Tinjauan UmumRhizophora stylosaGriff. ... 4

B.2. Sistem Perakaran... 4

B.3. Daun... 4

B.4. Bunga dan Buah... 5

C. Penyimpanan Benih ... 5

C.1. Pengertian dan Tujuan ... 5

C.2. Cara Penyimpanan ... 5

C.3. Wadah Penyimpanan ... 6

C.4. Media Simpan ... 7

D. Perkecambahan ... 7

E. Uji Viabilitas ... 8

F. Uji Belah (Cutting Test) ... 9

G. Kemunduran Benih ... 9

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 10


(10)

C. Metode Analisis ... 10

D. Pelaksanaan Penelitian... 12

D.1. Tahap Persiapan ... 12

D.2. Pengunduhan Benih ... 12

D.3. Seleksi Benih... 12

D.4. Penyimpanan Benih ... 13

D.5. Uji Belah (Cutting Test)... 13

D.5.1. Persiapan dan Perlakuan Benih ... 13

D.5.2. Evaluasi Hasil Uji Belah (Cutting Test) ... 14

D.6. Penyemaian Benih... 14

D.7. Pemeliharaan ... 14

E. Pengambilan Data ... 15

E.1. Viabilitas Benih dengan Uji Belah (Cutting Test) dan Uji Perkecambahan Langsung ... 15

E.2. Kadar Air (KA) ... 16

E.3. Persentase Benih yang Berakar Selama Penyimpanan ... 17

E.4. Daya Berkecambah (DB) ... 17

E.5. Kecepatan Tumbuh (KT) ... 17

E.6. Nilai Perkecambahan (NP)... 17

E.7. Nisbah pucuk Akar (NPA) ... 18

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil... 20

A.1. Persentase Propagul yang Berakar pada Setiap Akhir Periode Simpan (PB) ... 21

A.2. Kadar Air Propagul (KA) ... 22

A.3. Daya Berkecambah (DB)... 24

A.4. Nilai Perkecambahan (NP) ... 27

A.5. Kecepatan Tumbuh (KT)... 28


(11)

A.7. Pendugaan Viabilitas Berdasarkan Uji Belah

(Cutting Test) dan Uji Perkecambahan Langsung... 32 B. Pembahasan ... 34

B.1. Pendugaan Viabilitas PropagulRhizophora stylosa

Griff. Berdasarkan Uji Perkecambahan Langsung ... 34 B.2. Pendugaan Viabilitas PropagulRhizophora stylosa

Griff. Berdasarkan Uji Belah (Cutting Test) ... 41 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 43 B. Saran ... 43 DAFTAR PUSTAKA... 44


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan

terhadap Variabel Perkecambahan Propagul dan Pertumbuhan

SemaiR. stylosaSelama Periode Pengamatan ... 20 2. Uji Duncan Pengaruh Interaksi Ruang Simpan dan Media

Simpan terhadap Persentase Berakar (PB) PropagulR.stylosa.. 22 3. Uji Duncan Pengaruh Faktor Tunggal Lama Penyimpanan

terhadap Kadar Air (KA) PropagulR. stylosa... 24 4. Uji Duncan Pengaruh Interaksi Lama Penyimpanan (A),

Ruang Simpan (B), dan Media Simpan (C) terhadap

Daya Berkecambah (DB) PropagulR.stylosa... 26 5. Uji Duncan Interaksi Lama Penyimpanan dan Media Simpan

terhadap Nilai Perkecambahan (NP) PropagulR. stylosa... 28 6. Uji Duncan Interaksi Lama Penyimpanan dan Media Simpan

terhadap Kecepatan Tumbuh (KT) PropagulR. stylosa ... 30 7. Uji Duncan Interaksi Lama Penyimpanan dan Media Simpan


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Potongan Bagian SemaiR. stylosadalam Pengukuran

Nisbah Pucuk Akar ... 18 2. Persentase Berakar PropagulR.stylosapada Setiap Akhir

Periode Simpan ... 21 3. Rata-rata Kadar Air Propagul pada Setiap Perlakuan

Penyimpanan... 23 4. Rata-rata Daya Berkecambah Propagul pada Setiap

Perlakuan Penyimpanan... 25 5. Rata-rata Nilai Perkecambahan Propagul pada Setiap

Perlakuan Penyimpanan... 27 6. Rata-rata Kecepatan Tumbuh Propagul pada Setiap

Perlakuan Penyimpanan... 29 7. Rata-rata Nisbah Pucuk Akar SemaiR. stylosaBerdasarkan

Perlakuan Periode Simpan Propagul ... 31 8. Daya Berkecambah PropagulR. stylosaHasil Uji Belah

dan Hasil Uji Perkecambahan Langsung ... 33 9. Penampakan Struktur Tumbuh PropagulR.stylosayang

Viabelpada Uji Belah ... 41 10. Penampakan Struktur Tumbuh PropagulR.stylosayangNon


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Rekapitulasi Hasil Pengamatan PB, KA, DB, NP, KT, dan

NPARhizophora stylosa ... 47 2. Rekapitulasi Hasil Pengamatan Uji Perkecambahan

Langsung dan Hasil Uji Belah (Cutting Test) Propagul

Rhizophora stylosa ... 49 3. Penampakan Fisik PropagulRhizophora stylosapada

Berbagai Perlakuan Penyimpanan ... 51 3.1. Penampakan Fisik PropagulRhizophora stylosa

Tanpa Perlakuan Penyimpanan ... 51 3.2. Penampakan Fisik PropagulRhizophora stylosa

yang Disimpan Selama 1 Minggu ... 51 3.3. Penampakan Fisik PropagulRhizophora stylosa

yang Disimpan Selama 2 Minggu ... 52 3.4. Penampakan Fisik PropagulRhizophora stylosa

yang Disimpan Selama 3 Minggu ... 52 3.5. Penampakan Fisik PropagulRhizophora stylosa

yang Disimpan Selama 4 Minggu ... 53 4. Sidik Ragam Persentase Berakar PropagulRhizophora

stylosa ... 54 5. Sidik Ragam Kadar Air PropagulRhizophora stylosa ... 54 6. Sidik Ragam Daya Berkecambah PropagulRhizophora

stylosa ... 54 7. Sidik Ragam Nilai Perkecambahan PropagulRhizophora

stylosa ... 55 8. Sidik Ragam Kecepatan Tumbuh PropagulRhizophora

stylosa ... 55 9. Sidik Ragam Nisbah Pucuk AkarRhizophora stylosa ... 55


(15)

10. Hasil Uji Beda Rata-rata antara Dugaan Daya Berkecambah Hasil Uji Perkecambahan Langsung dengan Uji Belah pada

PropagulRhizophora stylosa ... 56 11. Data Pengukuran Panjang dan Diameter Propagul

Rhizophora stylosa ... 57 12. Panjang Rata-rata, Diameter Rata-rata, dan Berat Rata-rata

PropagulRhizophora stylosa ... 58 12.1. Panjang Rata-rata dan Diameter Rata-rata Propagul

Rhizophora stylosayang Digunakan dalam

Penelitian... 58 12.2. Berat Rata-rata PropagulRhizophora stylosayang

Digunakan dalam Penelitian ... 58 13. Kadar Air Media Simpan PropagulRhizophora stylosa ... 59 14. Penampakan Struktur Tumbuh PropagulRhizophora stylosa

Hasil Uji Belah pada Berbagai Perlakuan Penyimpanan... 60 14.1. Penampakan Struktur Tumbuh PropagulRhizophora

stylosaHasil Uji Belah yang Disimpan Selama

1 Minggu ... 60 14.2. Penampakan Struktur Tumbuh PropagulRhizophora

stylosaHasil Uji Belah yang Disimpan Selama

2 Minggu ... 61 14.3. Penampakan Struktur Tumbuh PropagulRhizophora

styolsaHasil Uji Belah yang Disimpan Selama

3 Minggu ... 62 14.4. Penampakan Struktur Tumbuh PropagulRhizophora

stylosaHasil Uji Belah yang Disimpan Selama


(16)

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki panjang garis pantai kurang lebih 81.000 km (Soegiarto 1984 dalam Kusmana 1993). Sebagian garis pantai tersebut ditumbuhi hutan mangrove yang merupakan tipe hutan dominan di kawasan pantai. Menurut Darsidi (1984) dalam Kusmana (1993), luas kawasan hutan mangrove Indonesia sekitar 4,25 juta ha. Namun, pada saat ini kawasan tersebut telah mengalami degradasi yang menyebabkan penurunan potensi hutan.

Salah satu faktor penyebab menurunnya potensi hutan mangrove ini adalah pertumbuhan penduduk yang pesat, sehingga tuntutan untuk mendayagunakan sumber daya mangrove terus meningkat. Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kembali potensi hutan mangrove ini adalah dengan meningkatkan produktivitas ekosistem hutan. Untuk meningkatkan produktivitas hutan mangrove tersebut, perlu dilakukan rehabilitasi dengan cara penanaman kembali hutan mangrove yang telah rusak.

Dalam kegiatan penanaman hutan mangrove tersebut tidak terlepas dari masalah ketersediaan bibit, baik kesesuaian jenis, kuantitas, maupun kualitasnya. Mengingat jenis-jenis pohon Rhizophora sp., termasuk didalamnya jenis Rhizophora stylosaGriff., merupakan jenis pohon pionir dalam hutan mangrove, maka jenis ini memiliki arti penting dalam pembentukan hutan mangrove terutama mengenai rehabilitasi hutan.

Permasalahan mendasar mengenai jenis R. stylosa adalah benihnya termasuk kedalam benih rekalsitran, yaitu benih yang memiliki daya simpan rendah dan tanpa dormansi (Schmidt 2002). Kondisi tersebut tidak menguntungkan karena pada kadar air yang relatif tinggi benih akan berakar, sedangkan pada kadar air yang rendah viabilitas benih akan menurun. Akibat viabilitas yang menurun ini, maka mutu benih akan menjadi rendah. Akibat sifat rekalsitran yang rumit ini membatasi manipulasi kondisi penyimpanan dan membuat potensi penyimpanan sangat terbatas, sekalipun benih dalam kondisi yang terbaik. Oleh karena itu, teknik penyimpanan benih atau propagul merupakan suatu kegiatan yang sangat penting untuk dikembangkan dalam rangka


(17)

menunjang keberhasilan kegiatan rehabilitasi mangrove yang telah terdegradasi atau rusak.

B. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui pengaruh media simpan, ruang simpan, dan lama penyimpanan terhadap viabilitas propagulRhizophora stylosa.

2. Membandingkan potensi daya berkecambah propagul R. stylosa hasil uji cepat (uji belah) dengan daya berkecambah propagul hasil uji perkecambahan langsung.

C. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Propagul Rhizophora stylosa yang disimpan menggunakan media simpan di ruang yang terkontrol mempunyai viabilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan propagulR. stylosa yang disimpan tanpa media simpan di ruang yang tidak terkontrol.

2. Potensi daya berkecambah propagul R. Stylosa hasil uji belah tidak berbeda dengan daya berkecambah propagul hasil uji perkecambahan langsung.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menemukan teknik penyimpanan propagulRhizophora stylosaGriff. secara tepat dalam jangka waktu yang lama.


(18)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Hutan Mangrove

Hutan mangrove adalah satu persekutuan hidup alam hayati dan alam lingkungannya yang terdapat di daerah pantai laut kawasan tropika (Anwar dan Subandiono 1996). Kata mangrove mengacu kepada spesies yang tumbuh di garis pantai atau muara sungai dengan adaptasi khusus terhadap kondisi salinitas (Pinto 1986).

Menurut Bengen (2002), umumnya hutan mangrove tumbuh pada daerah intertidal yang jenis tanahnya berlumpur, berlempung, dan berpasir. Daerahnya tergenang air laut secara berkala, baik setiap hari maupun yang hanya tergenang pada saat pasang purnama. Frekuensi genangan menentukan komposisi vegetasi hutan mangrove. Air yang menggenangi biasanya bersalinitas payau (2-22 permill) hingga asin ( mencapai 38 permill).

Kusmana (1997) memberikan beberapa faktor lingkungan yang diduga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan mangrove, yaitu fisiografi pantai, salinitas, pasang surut air laut, iklim, tanah, kandungan oksigen terlarut, dan hara. Hal tersebut ditegaskan oleh Istomo (1992) yang juga mengatakan bahwa adaptasi mangrove terhadap faktor-faktor tersebut tampak pada fisiologi dan komposisi, serta struktur tumbuhan mangrove.

Pohon-pohon di hutan mangrove memiliki daya adaptasi tersendiri agar tetap hidup pada kondisi ekstrim. Bengen (2002) menyebutkan, ada beberapa tipe adaptasi pohon mangrove, yaitu:

a. Adaptasi terhadap kadar oksigen rendah, yaitu pohon mangrove memiliki bentuk perakaran yang khas sebagai adaptasi terhadap kondisi ini. Perakaran bertipe cakar ayam yang mempunyai pneumatophora untuk mengambil oksigen dari udara dan perakaran bertipe penyangga yang mempunyai lentisel.

b. Adaptasi terhadap kadar garam tinggi, yaitu pohon mangrove memiliki sel-sel khusus dalam daun yang berfungsi untuk menyimpan garam, berdaun tebal dan kuat yang banyak mengandung air untuk mengatur


(19)

keseimbangan garam, dan daunnya memiliki sruktur stomata khusus untuk mengurai penguapan.

c. Adaptasi terhadap tanah yang kurang stabil dan adanya pasang surut, dengan cara pohon mangrove mengembangkan struktur akar untuk memperkokoh pohon. Akar tersebut juga berfungsi untuk mengambil unsur hara dan menahan sedimen.

B. Tinjauan JenisRhizophora stylosaGriff. B.1. Tinjauan UmumRhizophora stylosaGriff.

Menurut Samingan (1975) Rhizophora stylosa termasuk kedalam suku Rhizophoraceae. Rhizophora stylosa tumbuh terbatas pada pantai berpasir dan selalu merupakan pohon kecil, tidak seperti Rhizophora apiculata dan Rhizophora mucronata yang dapat mencapai tinggi sekitar 35–40 m apabila tumbuh pada habitat yang baik.

Menurut Onrizal (2005), pohon ini memiliki tinggi mencapai 10 m dan dbh mencapai 25 cm. Batang pohon silindris, tidak berbanir, kulit luar cokelat, cokelat keabuan sampai kehitaman, licin, retak-retak vertikal seperti garis dengan tepi tidak terangkat. Tumbuh pada daerah dengan lumpur dangkal, tergenang air pasang harian, dan membentuk tegakan murni.

B.2. Sistem Perakaran

JenisRhizophora stylosaberbatang pendek dan bercabang banyak dengan bentuk akar berupa akar tunjang (akar tongkat). Akar tongkat ini merupakan akar udara yang kusut, terbuka menghadap ke udara, muncul dari batang pohon dan cabang yang rendah, memanjang keluar masuk tanah, serta mempunyai lentisel untuk pernafasan. Akar ini juga digunakan dalam proses akumulasi garam (Bengen 2000).

B.3. Daun

Daun merupakan salah satu sumber serasah di hutan mangrove yang akan dimakan oleh kepiting dan sebagian lagi akan diurai oleh bakteri dan jamur menjadi zat nutrisi yang dibutuhkan oleh hewan-hewan lain yang berada disekitar


(20)

mangrove. Semakin tinggi produktivitas gugur daun akan meningkatkan produktivitas di hutan mangrove (Ekoton 1998). Menurut Bengen (2000), daun Rhizophora stylosa mempunyai bentuk oval dengan panjang mencapai 10 cm. Bagian sisi bawah dari permukaan daun berwarna hijau muda (terang) dan terdapat bintik-bintik berwarna cokelat dibawahnya. Daunnya tersusun dalam rumpun sampai ujung tongkat.

B.4. Bunga dan Buah

Menurut Peter dan Sivasothi (2001), semua jenis mangrove menghasilkan buah yang penyebarannya dilakukan oleh air (arus). Buah Rhyzophora stylosa mempunyai bentuk memanjang dengan ukuran 20-60 cm dan diameternya 10-23 mm, serta meruncing pada bagian ujungnya. Bunga Rhizophora stylosamemiliki ciri biseksual, berukuran kecil, tebal, dan berwarna putih kekuningan.

C. Penyimpanan Benih

C.1. Pengertian dan Tujuan

Viabilitas benih dapat diperpanjang, bila benih disimpan pada kondisi yang terlindung dari panas, uap, air, dan oksigen (Justice dan Bass 1978). Justice dan Bass (1978) juga mengatakan bahwa tujuan utama penyimpanan benih bernilai ekonomi adalah untuk mengawetkan cadangan bahan tanam dari satu musim ke musim berikutnya. Manan (1976) berpendapat bahwa penyimpanan benih yang baik merupakan usaha pengawetan viabilitas benih, sejak pengumpulan sampai penyebaran benih di persemaian atau penanaman benih langsung di lapangan.

C.2. Cara Penyimpanan

Menurut King dan Roberts (1979)dalam Handayani (2000), setelah benih disimpan dalam jangka waktu yang cukup lama, diharapkan kualitasnya tetap baik atau hanya sedikit menurun. Benih dari berbagai jenis pohon dapat dipertahankan daya berkecambahnya bila disimpan dalam ruang kering dingin pada suhu 0-5°C dan kelembaban relatif tidak lebih dari 40 %. Sedangkan kadar air benih harus diturunkan terlebih dahulu dengan jalan pengeringan buatan atau di bawah sinar


(21)

matahari. Kecepatan penguapan air dari benih akan mempengaruhi mutu benih. Kadar air benih ini sangat menentukan jangka waktu lamanya penyimpanan, semakin rendah kadar airnya maka benih dapat disimpan lebih lama. Benih yang berkadar air tinggi tidak dapat disimpan lama.

Dalam terminologi benih, secara tradisional benih dikelompokkan ke dalam dua kelompok utama berdasarkan potensi fisiologisnya, yaitu benih rekalsitran dan ortodoks. Benihortodoks meliputi benih yang dapat dikeringkan sampai kadar air rendah (2-5 %) dan dengan kadar air rendah dapat disimpan pada suhu rendah. Viabilitasnya dapat diperpanjang dengan menurunkan kelembaban dan suhu penyimpanan. Benihrekalsitrantetap mempertahankan kadar air tinggi sampai masak (sering lebih dari 30-50%), dan peka terhadap pengeringan di bawah 12-30 %, tergantung pada jenisnya. Benih ini punya daya simpan rendah dan cepat kehilangan viabilitasnya pada berbagai kondisi penyimpanan (Schmidt 2002). Beberapa faktor yang ikut berperan terhadap pendeknya daya simpan benih rekalsitranadalah kerusakan akibatdesikasi, kerusakan karena suhu di bawah nol, dan masalah yang timbul karena benih berkadar air tinggi selama penyimpanan, seperti serangan cendawan (Chin 1980dalamWidajati 1986).

C.3. Wadah Penyimpanan

Pengemasan benih bertujuan untuk melindungi benih dari kerusakan fisik maupun fisiologis. Pemilihannya didasari pertimbangan tujuan penyimpanan, jumlah benih yang disimpan dan kondisi ruang simpan maupun lamanya benih berada dalam wadah simpan (Bass, Te dan Winter 1961dalamAnggraini 2000).

Kondisi ruang simpan mempengaruhi viabilitas benih yang disimpan, terutama RH dan suhu yang merupakan faktor utama yang harus diperhatikan dalam mempertahankan daya simpan benih. Penyimpanan benih pada daerah beriklim tropis seperti Indonesia sering mengalami kendala terutama karena adanya fluktuasi suhu. Harrington (1973) menyatakan untuk penyimpanan benih selama mungkin tanpa menghilangkan daya berkecambah dan vigor benih dapat dilakukan dengan mengkondisikan lingkungan yang kering dan dingin. Untuk memperpanjang daya berkecambah dan vigor benih dapat dilakukan dengan cara penyimpanan dalam kamar dingin, penyimpanan dalam ruang simpan yang


(22)

dihumidifikasi dan penyimpanan dalam wadah kedap uap air atau wadah yang resisten terhadap kelembaban.

C.4. Media Simpan a. Serbuk gergaji

Media simpan serbuk gergaji merupakan limbah yang berasal terutama dari industri penggergajian kayu. Limbah tersebut dapat menimbulkan pengotoran lingkungan apabila tidak dapat diatasi, baik pembuangan maupun pemanfaatannya (Anggraini 2000). Serbuk gergaji kayu mengandung komponen kimia yang sama dengan yang terkandung dalam batang kayu, yakni komponen sellulosa, lignin, hemisellulosa dan zat ekstraktif. Disamping itu serbuk gergaji juga mengandung 0,24% N, 0,20% P dan 0,45% K. Debu dari kayu cukup kaya akan zat makanan bagi tumbuh-tumbuhan terutama CaCO3 (Darusman 1973).

b. Sabut kelapa

Media simpan lain yang digunakan selain serbuk gergaji adalah sabut kelapa. Sabut kelapa memenuhi kriteria sebagai media perakaran karena berserat, mempunyai kamampuan menahan air, longgar, ringan, mudah didapat, dan tidak mahal (Kijkar 1992).

D. Perkecambahan

Menurut Kamil (1982), perkecambahan adalah pengaktifan kembali aktivitas pertumbuhanembrionic axisdi dalam biji yang terhenti untuk kemudian membentuk bibit. Biji yang berkecambah umumnya ditandai dengan terlihatnya akar atau daun yang menonjol keluar dari biji.

Perkecambahan merupakan batas antara benih yang masih tergantung pada sumber makanan dari induknya dengan tanaman yang mampu berdiri sendiri dalam mengambil hara. Kondisi perkecambahan dan rentan toleransi untuk perkecambahan benih bervariasi tergantung jenis dan berhubungan dengan lingkungan tempat tanaman tersebut tumbuh. Perkecambahan ditentukan oleh kualitas benih, perlakuan awal, dan kondisi perkecambahan (Schmidt 2002).


(23)

Baker et al (1995) menyebutkan ada dua tipe perkecambahan biji, yaitu tipe hipogeal dan epigeal. Perkecambahan hipogeal adalah tipe perkecambahan yang kotiledonnya tetap di dalam tanah dan tertutup dalam kulit biji. Pertumbuhan pertama epikotil berkembang menjadi batang dan daun primer. Tipe ini merupakan pola khas beberapa Angiospermae. Perkecambahan epigeal adalah perkecambahan yang kotiledonnya tumbuh mengangkat biji keluar dari tanah, dan kotiledon tersebut menjadi organ fotosíntesis awal, kulit biji jatuh pada permukaan tanah.

E. Uji Viabilitas

Viabilitas benih adalah kemampuan benih untuk hidup, tumbuh, dan berkembang. Jadi, uji viabilitas adalah pengujian untuk menentukan kemampuan hidup, tumbuh, dan berkembang benih atau sekumpulan benih (Justice dan Bass 2002). Uji viabilitas merupakan salah satu parameter yang diukur dalam pengujian benih, khususnya fisiologis benih (Schmidt 2002).

Secara umum pengujian viabilitas benih mencakup pengujian daya berkecambah atau daya tumbuh dan pengujian vigor. Pengujian daya berkecambah atau daya tumbuh memberikan informasi tentang kemungkinan tanaman berproduksi normal dalam kondisi lapang dan lingkungan yang serba normal. Pengujian vigor mencakup dua fase, yaitu pengujian kekuatan tumbuh dan pengujian daya simpan. Pengujian kekuatan tumbuh berorientasi pada kemampuan tumbuh benih di lapangan. Selain itu, pengujian daya simpan juga berorientasi seperti itu, tetapi hal ini dilakukan sesudah benih disimpan melalui periode simpan dan keadaan simpan yang wajar (Sadjad 1980).

Sadjad (1993) mengindikasikan viabilitas benih dalam beberapa tolak ukur, baik tolak ukur yang secara langsung menilai pertumbuhan benih maupun yang secara tidak langsung menilai gejala metabolisme atau mengamati beberapa komponen makro molekul sitoplasma dan aberasi kromosom di dalam inti selnya. Willan (1984) menyatakan bahwa pendugaan potensial perkecambahan suatu sampel kadang merupakan suatu metode yang hampir relevan dengan praktek dalam kehutanan. Pengujian dengan perkecambahan memerlukan waktu berminggu-minggu, dan untuk jenis tertentu diperlukan perlakuan pendahuluan.


(24)

Untuk itu diperlukan metode pengujian viabilitas benih yang dapat menduga secara akurat namun lebih cepat dibandingkan pengujian perkecambahan.

F. Uji Belah (Cutting Test)

Menurut Willan (1984), uji belah merupakan salah satu uji viabilitas paling sederhana dengan cara melihat secara langsung dengan mata terhadap benih yang telah dibelah, dibuka dengan pisau atau skalpel. Jika endosperma memiliki warna normal dengan embrio yang baik maka benih mempunyai kemungkinan berkecambah. Pengujian cara ini kurang teliti bagi benih-benih jenis konifer dan benih-benih kecil lainnya karena menghasilkan angka perkecambahan yang lebih tinggi dari keadaan sebenarnya.

Menurut Leluop (1955), uji belah merupakan uji cepat yang biasanya digunakan untuk menguji viabilitas benih dalam jumlah banyak. Tetapi uji ini cenderung kurang dapat dipercaya hasilnya karena terkadang hanya dengan melihat penampilannya secara langsung, benih tersebut seperti hidup padahal bila dikecambahkan akan gagal berkecambah.

G. Kemunduran Benih

Menurut Sadjad (1980), kemunduran benih diartikan sebagai turunnya kualitas, sifat, atau viabilitas benih yang berakibat vigor rendah dan hasil penanaman jelek. Justice dan Bass (1978) mengemukakan, bahwa kadar air merupakan faktor yang paling mempengaruhi kemunduran benih. Kemunduran benih tersebut sejalan dengan meningkatnya kadar air. Kemunduran benih ditandai dengan gejala penurunan aktivitas enzim, kerusakan membran, perubahan komposisi cadangan makanan, dan kerusakan genetik (Roos 1986dalamBudiarti 1993). Menurut Byrd (1983) kemunduran benih menimbulkan perubahan yang menyeluruh pada benih baik fisik, fisiologis maupun kimiawi yang akhirnya mengarah pada kematian.


(25)

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca dan Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB serta Laboratorium Balai Penelitian Teknologi Perbenihan (BPTP) Bogor, Kementerian Kehutanan. Penelitian ini berlangsung mulai bulan Juli 2010 sampai dengan bulan November 2010.

B. Bahan dan Alat Penelitian

Bahan-bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah propagul Rhizophora stylosa Griff. yang memiliki rata-rata ukuran panjang 33,63 cm dan diameter 10,41 mm serta memiliki berat rata-rata 29,11 gram, serbuk gergaji, sabut kelapa, kardus, polybag ukuran 15 x 20 cm, pupuk cair, kompos, tanah, pasir, pestisida, air tawar, dan garam dapur.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah AC, timbangan, oven, higrometer, termometer, hand sprayer, kamera, kaliper, penggaris, gelas ukur, desikator, kertas merang, dan pisau.

C. Metode Analisis

Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) faktorial 5 x 2 x 2 dengan tiga kali ulangan. Dengan demikian terdapat 60 satuan percobaan. Untuk lebih jelasnya masing-masing faktor dapat diperinci sebagai berikut : Faktor A (Lama penyimpanan)terdiri dari :

A0: 0 minggu (langsung tanam)

A1: 1 minggu

A2: 2 minggu

A3: 3 minggu

A4: 4 minggu

Faktor B (Ruang simpan)terdiri dari :

B1: Ruang AC (T = 19 ºC - 20 ºC, RH = 60% - 61%)


(26)

Faktor C (Media simpan)terdiri dari : C1: Serbuk gergaji

C2: Sabut kelapa

Model persamaan umum rancangan penelitian ini adalah :

Yijk= μ + Ai+ Bj+ Ck+ (AB)ij+ (AC)ik+ (BC)jk+ (ABC)ijk+ Eijkl

Dimana :

Yijk = Nilai hasil pengamatan

μ = Nilai rata-rata

Ai = Pengaruh waktu simpan taraf ke–i

Bj = Pengaruh ruang simpan taraf ke–j

Ck = Pengaruh media penyimpanan ke–k

(AB)ij = Pengaruh interaksi waktu simpan ke–i dan ruang simpan ke–j

(AC)ik = Pengaruh interaksi waktu simpan ke–i dan media penyimpanan

ke–k

(BC)jk = Pengaruh interaksi ruang simpan ke–j dan media penyimpanan

ke –k

(ABC)ijk = Pengaruh interaksi antara taraf ke–i faktor A, taraf ke–j faktor B,

dan taraf ke–k faktor C

Eijkl = Kesalahan percobaan akibat waktu simpan ke–i, ruang simpan ke

–j, media simpan ke–k dan ulangan ke–l

Untuk mengetahui pengaruh faktor dan interaksi antar faktor dilakukan analisis keragaman dan kemudian diuji dengan uji F. Hipotesis yang digunakan dalam pengujian tersebut adalah sebagai berikut :

H0 : Perlakuan yang berbeda tidak berpengaruh terhadap perkecambahan benih H1 : Perlakuan yang berbeda berpengaruh terhadap perkecambahan benih

Dari hipotesis tersebut dilakukan pengambilan keputusan terhadap uji F, yaitu bila F hitung lebih kecil dari F tabel maka terima H0, sebaliknya bila F hitung lebih besar dari F tabel maka tolak H0. Selanjutnya bila uji F menunjukkan pengaruh yang nyata maka dilanjutkan dengan uji beda jarak Duncan (Haeruman 1972).


(27)

D. Pelaksanaan Penelitian D.1. Tahap Persiapan

a. Wadah simpan

Wadah simpan yang digunakan adalah kardus berukuran panjang 50 cm, lebar 30 cm dan tinggi 20 cm. Jumlah wadah yang digunakan sebanyak 48 buah untuk penyimpanan benih dengan masing-masing perlakuan yang diberikan.

b. Media simpan

Media simpan yang digunakan adalah sabut kelapa dan serbuk gergaji.

c. Ruang simpan

Ruang simpan yang digunakan adalah ruang AC dan ruang kamar yang masing-masing diukur suhu dan kelembabannya setiap tiga hari sekali selama penyimpanan. Dalam penelitian ini ruang AC yang digunakan suhunya 19 ºC – 20 ºC dan RH 60 - 61%, sedangkan ruang kamar bersuhu 26–28 ºC dan RH 80–85%.

d. Media perkecambahan

Dalam penelitian ini media perkecambahan yang digunakan adalah media tanah campuran yaitu tanah, kompos dan pasir (1:1:1).

D.2. Pengunduhan Benih

Benih yang dimaksud dalam penelitian ini adalah propagul Rhizophora stylosaGriff. Benih yang diunduh berasal dari buah yang telah matang dan berasal dari tegakan mangrove yang tumbuh di sepanjang pesisir Muara Angke, Jakarta. Adapun ciri-ciri dari propagul yang digunakan, yaitu kotiledon berwarna hijau muda kekuningan dan hipokotil yang kompak.

D.3. Seleksi Benih

Setelah pengunduhan, sebelum penyimpanan dilakukan seleksi benih. Benih atau propagul yang dipilih adalah propagul yang sehat dan masak, serta bebas dari hama penyakit maupun luka mekanis.


(28)

D.4. Penyimpanan Benih

Penyimpanan benih dilakukan sesuai dengan perlakuan yang akan diberikan. Adapun tahapan-tahapan kegiatan penyimpanan tersebut adalah sebagai berikut :

a. Benih yang akan digunakan untuk penelitian dibagi-bagi untuk masing-masing perlakuan. Pembagian dilakukan secara acak. Untuk masing-masing perlakuan digunakan 18 buah, yaitu 15 buah untuk pengujian perkecambahan, 2 buah untuk pengujian kadar air, dan 1 buah untuk uji belah (Cutting Test).

b. Benih sebelum dan sesudah penyimpanan ditentukan dulu kadar airnya, demikian juga dengan media simpannya.

c. Memasukkan serbuk gergaji dan sabut kelapa sebagai media simpan ke dalam wadah penyimpanan.

d. Benih diletakkan dalam wadah penyimpanan yang telah diisi dengan media simpan. Pada setiap wadah simpan diletakkan 18 benih untuk pengujian perkecambahan, kadar air, dan uji belah (Cutting Test). Selanjutnya wadah simpan ditutup dan dimasukkan ke ruang simpan sesuai dengan perlakuan yang diberikan.

D.5. Uji Belah (Cutting Test)

D.5.1. Persiapan dan Perlakuan Benih

Uji belah ini merupakan uji viabilitas benih yang paling mudah dan sederhana tanpa menggunakan bahan kimia. Benih yang digunakan diambil dari hasil seleksi benih. Jumlah benih yang digunakan adalah 1 benih untuk setiap ulangan perlakuan. Benih tanpa perlakuan penyimpanan dan setelah perlakuan penyimpanan dibungkus dalam kertas merang selama 24 jam. Hal ini bertujuan untuk menjaga kelembaban benih. Kemudian benih dibelah searah keping benih (memanjang) dan diamati struktur tumbuh benihnya (embrio dan kotiledon) dengan mata atau dengan menggunakan kaca pembesar.


(29)

D.5.2. Evaluasi Hasil Uji Belah (Cutting Test)

Pengamatan dilakukan dengan melihat warna/penampakan dari struktur tumbuh benih sehingga dapat diketahui benih tersebut viabel atau non viabel. Benihviabeldicirikan dengan penampakan struktur tumbuh benih yang segar dan berwarna kehijauan atau putih kekuningan, sedangkan benih non viabel dicirikan dengan kondisi struktur tumbuh benih yang kering atau layu dan warnanya tampak coklat kehitaman (Zanzibar 2001).

D.6. Penyemaian Benih

Kegiatan pengujian perkecambahan benih dilakukan dengan menggunakan metode langsung, yaitu dengan cara menyemaikan benih pada setiap akhir periode simpan. Penyemaian dilakukan dengan cara membenamkan ujung hipokotil sedalam kurang lebih 5 cm sesuai petunjuk teknis penanamanRhizophora stylosa pada media tanam.

D.7. Pemeliharaan

Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Benih yang ditanam langsung disemprotkan pupuk cair dengan dosis 2 ml tiap 1 liter air, kemudian penyemprotan dilakukan setiap satu minggu sekali selama empat minggu.

b. Penyiraman air garam dengan konsentrasi 2,5% dilakukan sekali selama penelitian, yaitu langsung setelah penyemaian.

c. Penyiraman dengan air tawar satu kali sehari. d. Pencabutan gulma.

e. Penyemprotan pestisida mulai minggu ketiga dan selanjutnya dilakukan setiap sepuluh hari sekali. Dosis pestisida yang digunakan pada setiap kali penggunaan adalah 2 ml per liter air.


(30)

E. Pengambilan Data

E.1. Viabilitas Benih dengan Uji Belah (Cutting Test) dan Uji Perkecambahan Langsung

Untuk membandingkan data dugaan daya berkecambah hasil uji belah dengan data daya berkecambah hasil uji perkecambahan langsung dilakukan analisis dengan menggunakan prosedur uji-t (Steel dan Torrie 1991).

Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut:

H0: μ 1= μ 2 → Nilai rataan dugaan Daya Berkecambah (DB) hasil uji cepat (uji

belah) sama dengan nilai rataan DB hasil uji perkecambahan langsung

H1 : μ 1 ≠ μ 2 → Nilai rataan dugaan DB hasil uji cepat (uji belah) tidak sama

dengan nilai rataan DB hasil uji perkecambahan langsung Sedangkan kaidah uji yang digunakan adalah sebagai berikut: thit=

thit> t (α/2 ; r1+ r2–2)→ tolak H0

thit> t (α/2 ; r1+ r2+ 2)→ terima H0

Dimana : Se =

d = selisih nilai rataan daya berkecambah hasil uji cepat dengan hasil uji perkecambahan

r1.2 = ulangan

JK1.2 = jumlah kuadrat daya berkecambah hasil uji cepat dengan hasil uji

perkecambahan

Untuk mengetahui keeratan hubungan antara daya berkecambah hasil uji belah dengan daya berkecambah hasil uji perkecambahan langsung dihitung koefisien korelasinya (Steel dan Torrie 1991). Koefisien korelasi secara sederhana dapat ditulis sebagai berikut:

r = ∑ . ∑ ∑


(31)

Dimana :

r = koefisien korelasi n = jumlah ulangan dx = DB hasil uji cepat

dy = DB hasil uji perkecambahan

E.2. Kadar Air (KA)

Untuk menentukan kadar air ini diambil contoh benih atau propagul sebanyak dua buah untuk setiap ulangan perlakuan. Pengukuran kadar air dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama merupakan tahap pra pengeringan (predrying). Pada tahap pertama ini benih ditimbang sehingga diperoleh berat basah (BB) benih kemudian dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 130 ºC selama 5 – 10 menit (ISTA 1996). Setelah dibiarkan dalam desikator selama 45 menit, benih ditimbang lagi sehingga diperoleh berat kering (BK) benih. Pada tahap kedua, sebelum dimasukkan ke dalam oven, benih dipotong dan dibelah. Suhu oven yang digunakan adalah 105 ºC dan benih di oven selama 17 jam. Berat kering (BK) benih diperoleh dengan cara menimbang benih setelah benih dibiarkan dalam desikator selama 45 menit.

Kadar air dihitung berdasarkan rumus yang terdapat pada Kuswanto (1997), yaitu sebagai berikut :

MC = S1 + S2–

S1+S2

100

Dimana, MC = kadar air dalam persen

S1 = jumlah air yang hilang pada pemanasan predrying (%) S2 = jumlah air yang hilang pada pemanasan kedua (%)


(32)

E.2. Persentase Benih yang Berakar Selama Penyimpanan

Kriteria berakar disini adalah apabila panjang akar yang muncul lebih dari 0,5 cm. Kriteria tersebut ditetapkan karena panjang akar kurang dari 0,5 cm diperkirakan masih tidak rentan terhadap kerusakan mekanis (Anggraini 2000).

PB = ∑ benih yang berakar

Jumlah benih yang disimpan x 100%

E.3. Daya Berkecambah (DB)

Kriteria perkecambahan normal ditandai dengan munculnya dua helai daun muda pada hipokotil. Perkecambahan dilakukan selama kurang lebih 60 hari. Pengamatan perkecambahan dilakukan setiap tiga hari sekali terhadap kecambah normal. Daya berkecambah (DB) dihitung berdasarkan rumus dalam Manan (1976), yaitu :

DB = Jumlah benih yang berkecambah normal

Jumlah benih yang dikecambahkan x 100%

E.4. Kecepatan Tumbuh (KT)

Kecepatan tumbuh benih dihitung berdasarkan jumlah benih normal yang tumbuh setiap hari. Kecepatan tumbuh dihitung dengan menggunakan rumus Maguire (Anggraini 2000), yaitu :

KT = X1 E2

+

X2

E2

+ …. +

Xn En

Keterangan: X1 = Presentase kecambah normal pengamatan ke–1 E2 = Presentase hari ke–1

E.5. Nilai Perkecambahan (NP)

Nilai perkecambahan dihitung menggunakan rumus Czabator (1962), yaitu sebagai berikut :


(33)

GV = PV x FGD

PV = % perkecambahan puncak

∑hari perkecambahan

FGD = % perkecambahan pada akhir pengamatan


(34)

Selain data variabel di atas, dalam penelitian ini diamati beberapa data penunjang sebagai berikut :

a. Berat 100 benih

Berat 100 benih didapatkan dengan cara menimbang 100 buah propagul dengan 8 kali ulangan sehingga jumlah totalnya 800 buah. b. Pengukuran panjang dan diameter rata-rata propagul

Pengukuran panjang dan diameter rata-rata propagul dilakukan dengan cara mengukur panjang dan diameter 10 buah propagul dengan 10 ulangan.

c. Pengukuran kadar air media simpan

Pengukuran kadar air media simpan dilakukan pada setiap akhir periode simpan. Berat basah diperoleh dengan cara menimbang berat media simpan sebelum dimasukkan ke dalam oven. Berat kering tanur (BKT) diperoleh dengan cara mengoven media simpan pada suhu 105 ºC selama 17 jam, kemudian setelah dimasukkan desikator selama 45 menit, media simpan tersebut ditimbang lagi.

Kadar air tersebut dihitung dengan menggunakan rumus :

KA =BB-BKT


(35)

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Propagul Rhizophora stylosa dikecambahkan selama 90 hari dan diamati setiap 3 hari sekali. Hasil pengamatan setiap variabel pertumbuhan dari setiap propagulR. stylosaselama periode pengamatan dapat dilihat pada Lampiran 1.

Variabel pertumbuhan yang diamati dalam penelitian ini adalah persentase berakar (PB), kadar air (KA), daya berkecambah (DB), nilai perkecambahan (NP), kecepatan tumbuh (KT), dan nisbah pucuk akar (NPA). Adapun rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap setiap variabel pertumbuhan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan terhadap Variabel Perkecambahan Propagul dan Pertumbuhan Semai R. stylosa Selama Periode Pengamatan

Variabel A*B*C A*B A*C B*C

Lama Penyimpanan (A) Ruang Simpan (B) Media Simpan

( C ) Persen Berakar

(PB) tn tn tn * tn * *

Kadar Air (KA) tn tn tn tn * tn tn

Daya Berkecambah

(DB)

* tn * tn ** tn **

Nilai Perkecambahan

(NP)

tn tn * tn ** tn tn

Kecepatan

Tumbuh (KT) tn tn * tn ** tn tn

Nisbah Pucuk

Akar (NPA) tn tn * tn * tn *

Keterangan : *= berbeda nyata pada taraf uji 0,05 **= berbeda nyata pada taraf uji 0,01 tn= tidak nyata

Berdasarkan informasi pada Tabel 1, perbedaan perlakuan lama penyimpanan propagul menyebabkan perbedaan secara signifikan terhadap hampir semua variabel pertumbuhan yang diamati, kecuali persen berakar (PB). Perbedaan perlakuan ruang simpan hanya menyebabkan perbedaan secara signifikan terhadap persen propagul berakar (PB). Adapun perbedaan perlakuan media simpan propagul menyebabkan perbedaan secara signifikan terhadap


(36)

0 000 000 00 00 8.89

0 0

37.78

42.22

33.33

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

0 1 2 3 4

P

re

se

n

ta

se

B

e

ra

k

a

r

(%

)

Lama Penyimpanan (Minggu)

B1C1 B1C2 B2C1 B2C2


(37)

Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa faktor tunggal ruang simpan dan media simpan, serta interaksi antara ruang dan media simpan berpengaruh nyata terhadap persentase berakar propagulR. stylosa(PB).Untuk mengetahui pengaruh interaksi antara ruang simpan dan media simpan terhadap persentase propagulR. stylosa yang berakar dapat dilihat pada hasil uji Duncan (Tabel 2), yang menunjukkan bahwa propagul akan mengeluarkan akar pada perlakuan ruang kamar (B2) dengan media simpan serbuk gergaji (C1) dan sabut kelapa (C2). Propagul yang disimpan di ruang kamar dalam media simpan berupa sabut kelapa memiliki nilai rata-rata PB yang jauh lebih besar (22,67%) dibandingkan dengan propagul yang disimpan di ruang kamar dalam media simpan serbuk gergaji (1,78%). Dengan demikian dapat diketahui bahwa ruang AC dan serbuk gergaji dapat menghambat pertumbuhan akar dari propagulR. stylosa.

Tabel 2. Uji Duncan Pengaruh Interaksi Ruang Simpan dan Media Simpan terhadap Persentase Berakar (PB) PropagulR. stylosa

Perlakuan Rata-rata PB (%)

Interaksi 2 Faktor

B2C2 22,67 a

B2C1 1,78 b

B1C1 0 b

B1C2 0 b

A.2. Kadar Air Propagul (KA)

Pada penelitian ini, hasil pengukuran kadar air menunjukkan bahwa rata-rata kadar air propagul cenderung menurun dengan semakin bertambahnya lama waktu penyimpanan. Penurunan paling cepat terjadi pada propagul yang disimpan di ruang kamar dalam media simpan serbuk gergaji, yaitu sebesar 10,75% (dari kadar air awal sebesar 41,82% menjadi 31,07%). Adapun penurunan yang paling lambat terjadi pada propagul yang disimpan di ruang kamar dalam media simpan sabut kelapa, yaitu sebesar 1,57%. Hal ini menunjukkan bahwa penyimpanan propagul di ruang kamar dengan media simpan sabut kelapa lebih dapat mempertahankan kadar air popagul R. stylosa. Kecenderungan penurunan kadar air propagul selama penelitian untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.


(38)

56.79

41.2

41.04

36.73

33.31 39.37

38.74

38.68

37.78 41.82 41.68

37.7

31.07 40.84

50.82

39.89 39.27

0 10 20 30 40 50 60

0 1 2 3 4

K

a

d

a

r

A

ir

(

%

)

Lama Penyimpanan (Minggu)

B1C1 B1C2 B2C1 B2C2


(39)

Tabel 3. Uji Duncan Pengaruh Faktor Tunggal Lama Penyimpanan terhadap Kadar Air (KA) PropagulR. stylosa

Perlakuan Rata-rata KA (%)

Lama Penyimpanan (A)

0 Minggu (A0) 56,79 a

2 Minggu (A2) 43,07 b

1 Minggu (A1) 40,83 bc

3 Minggu (A3) 38,25 cd

4 Minggu (A4) 35,36 d

Berdasarkan hasil uji Duncan di atas, propagul yang diberikan perlakuan penyimpanan mempunyai kadar air yang relatif lebih kecil daripada kadar air propagul segar tanpa perlakuan penyimpanan. Adapun propagul yang disimpan selama 1 dan 2 minggu memiliki kadar air yang relatif lebih besar daripada propagul yang disimpan selama 3 dan 4 minggu. Fenomena tersebut menunjukkan bahwa kadar air propagul akan cenderung menurun dengan semakin bertambahnya lama penyimpanan yang dilakukan.

A.3. Daya Berkecambah (DB)

Hasil pengamatan perkecambahan (Lampiran 1) menunjukkan bahwa daya berkecambah R. stylosa cenderung menurun dengan semakin lamanya penyimpanan. Nilai rata-rata daya berkecambah mulai menurun pada minggu kedua penyimpanan. Dalam jangka waktu penyimpanan selama 4 minggu, nilai rata-rata daya berkecambah terbesar (91,11%) dimiliki oleh propagul yang disimpan di ruang kamar dengan media simpan berupa sabut kelapa, dan yang terendah (37,78%) diperlihatkan oleh propagul yang disimpan di ruang kamar dengan media serbuk gergaji.

Gambar 4 yang memperlihatkan rata-rata daya berkecambah propagul, menunjukkan bahwa propagul yang memiliki daya berkecambah yang paling tinggi adalah propagul yang diberi perlakuan penyimpanan di ruang kamar dalam media sabut kelapa. Hal tersebut dapat dilihat setelah penyimpanan selama 4 minggu nilai daya berkecambah propagul tetap tinggi.


(40)

100 93.33 86.67 71.11 53.33 100 95.55 100 68.89 93.33 100 84.44 37.78 100 100 93.33 91.11 0 20 40 60 80 100 120

0 1 2 3 4

D a y a B e rk e ca m b a h ( % )

Lama Penyimpanan (Minggu)

B1C1 B1C2 B2C1 B2C2


(41)

Tabel 4. Uji Duncan Pengaruh Interaksi Lama Penyimpanan (A), Ruang Simpan (B), dan Media Simpan (C) terhadap Daya Berkecambah (DB) Propagul R.stylosa

Perlakuan Rata-rata DB (%)

Interaksi 3 Faktor

A0B1C1 100 a

A0B1C2 100 a

A0B2C1 100 a

A0B2C2 100 a

A2B2C1 100 a

A1B1C2 100 a

A1B2C2 100 a

A3B1C2 100 a

A2B2C2 100 a

A2B1C2 95,55 a

A1B1C1 93,33 a

A1B2C1 93,33 a

A3B2C2 93,33 a

A4B2C2 91,11 ab

A2B1C1 86,67 abc

A3B2C1 84,44 abc

A3B1C1 71,11 bcd

A4B1C2 68,89 cd

A4B1C1 53,33 de

A4B2C1 37,78 e

Hasil uji Duncan interaksi tiga faktor terhadap pengaruh daya berkecambah, menunjukkan bahwa pada kurun waktu penyimpanan selama 3 minggu, propagul R. stylosa, baik yang disimpan di ruang AC maupun ruang kamar dengan media simpan serbuk gergaji dan sabut kelapa mempunyai nilai rata-rata daya berkecambah yang relatif tinggi (DB > 80 %), kecuali propagul yang disimpan di ruang AC dalam media simpan serbuk gergaji. Pada periode penyimpanan selama 4 minggu selain propagul yang disimpan di ruang kamar dalam media simpan sabut kelapa, propagul lainnya mempunyai rata-rata DB yang relatif rendah, terutama terhadap propagul yang disimpan di ruang kamar dalam media simpan serbuk gergaji.


(42)

0.58 0.75 0.91 0.27 0.34 1.1 0.55 0.71 0.26 0.77 0.84 0.37 0.12 0.55 0.52 0.45 0.4 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2

0 1 2 3 4

N il a i P e rk e ca m b a h a n

Lama Penyimpanan (Minggu)

B1C1 B1C2 B2C1 B2C2


(43)

Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa pemberian perlakuan lama penyimpanan menunjukkan pengaruh sangat nyata terhadap nilai perkecambahan propagul, selain itu interaksi antara lama penyimpanan dan media simpan berpengaruh nyata terhadap nilai perkecambahan propagul R. stylosa. Pengaruh interaksi antara lama penyimpanan dengan media simpan terhadap nilai perkecambahan propagul dapat dilihat pada hasil uji Duncan (Tabel 5).

Tabel 5. Uji Duncan Interaksi Lama Penyimpanan dan Media Simpan terhadap Nilai Perkecambahan (NP) PropagulR. stylosa

Perlakuan Rata-rata NP

Interaksi 2 Faktor

A2C1 0,88 a

A1C2 0,82 ab

A1C1 0,76 ab

A0C2 0,58 abc

A0C1 0,58 abc

A3C2 0,58 abc

A2C2 0,54 bc

A4C2 0,33 cd

A3C1 0,32 cd

A4C1 0,23 d

Hasil uji Duncan interaksi antara lama penyimpanan dengan media simpan terhadap nilai perkecambahan R. stylosa di atas, menunjukkan bahwa propagul yang disimpan selama 2 minggu dengan media simpan serbuk gergaji mempunyai nilai perkecambahan propagul yang lebih tinggi dibandingkan dengan propagul yang diberi perlakuan lainnya. Adapun nilai perkecambahan propagul terendah ditunjukkan oleh propagul yang diberi perlakuan lama penyimpanan selama 4 minggu dalam media simpan serbuk gergaji.

A.5. Kecepatan Tumbuh (KT)

Tabel 1 menunjukkan bahwa pemberian perlakuan faktor tunggal lama penyimpanan dan interaksi antara lama penyimpanan dengan media simpan berpengaruh signifikan terhadap kecepatan tumbuh propagul. Dengan demikian dapat diketahui bahwa semakin lama waktu simpan, kecepatan tumbuh propagul akan cenderung menurun, berarti viabilitas propagul cenderung menurun pula.


(44)

1.83

2.17

2

1.29

1.01 1.79

1.77

1.96

1.27 2.2 2.21

1.51

0.7 1.85

1.77 1.78

1.47

0 0.5 1 1.5 2 2.5

0 1 2 3 4

K

e

ce

p

a

ta

n

T

u

m

b

u

h

Lama Penyimpanan (Minggu)

B1C1 B1C2 B2C1 B2C2


(45)

Tabel 6. Uji Duncan Interaksi Lama Penyimpanan dan Media Simpan terhadap Kecepatan Tumbuh (KT) PropagulR. stylosa

Perlakuan Rata-rata KT

Interaksi 2 Faktor

A1C1 2,19 a

A2C1 2,11 ab

A3C2 1,87 ab

A0C2 1,83 ab

A0C1 1,83 ab

A1C2 1,82 ab

A2C2 1,77 b

A3C1 1,40 c

A4C2 1,37 c

A4C1 0,86 d

Berdasarkan hasil uji Duncan di atas, dapat diketahui bahwa penyimpanan propagulR. stylosaselama 1 minggu dalam media simpan berupa serbuk gergaji menyebabkan kecepatan tumbuh propagul yang bersangkutan lebih tinggi dibandingkan dengan propagul yang diberi perlakuan lainnya. Fenomena ini menunjukkan bahwa propagul yang disimpan selama 1 minggu memiliki viabilitas propagul yang lebih tinggi dibandingkan propagul yang disimpan lebih dari 1 minggu.

A.6. Nisbah Pucuk Akar (NPA)

Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa pemberian faktor tunggal lama penyimpanan, media simpan, dan interaksi kedua faktor tersebut berpengaruh nyata pada nisbah pucuk akar semai R. stylosa. Data pada Lampiran 1 menunjukkan bahwa nisbah pucuk akar cenderung terus menurun dengan bertambahnya lama penyimpanan. Hasil pengamatan nisbah pucuk akar untuk semaiR. stylosaselama penelitian dapat dilihat pada Gambar 7.


(46)

Perlakuan Rata-rata NPA Interaksi 2 Faktor

A1C1 0.12 a

A0C2 0.12 a

A0C1 0.12 a

A2C1 0.09 b

A3C2 0.08 b

A4C2 0.08 b

A1C2 0.06 bc

A3C1 0.06 bc

A4C1 0.06 bc

A2C2 0.05 c

0.12 0.12 0.09 0.06 0.07 0.07 0.05 0.07 0.07 0.13 0.08 0.07 0.05 0.06 0.05 0.08 0.08 0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14

0 1 2 3 4

N is b a h P u cu k A k a r

Lama Penyimpanan (Minggu)

B1C1 B1C2 B2C1 B2C2


(47)

Berdasarkan fenomena di atas, semaiR. stylosa dari propagul segar tanpa penyimpanan dan propagul yang disimpan selama 1 minggu dalam media simpan serbuk gergaji mempunyai nilai nisbah pucuk akar (NPA) sama dan lebih tinggi dibandingkan dengan nilai NPA semai yang berasal dari propagul yang diberi perlakuan lainnya.

A.7. Pendugaan Viabilitas Berdasarkan Uji Belah (Cutting Test) dan Uji Perkecambahan Langsung

Hasil pengujian daya berkecambah, baik uji langsung maupun uji belah (cutting test), secara statistik dilakukan dengan menggunakan uji-t dan disajikan pada Lampiran 10. Berdasarkan Lampiran 10, diketahui bahwa daya berkecambah hasil uji perkecambahan langsung tidak berbeda nyata pada taraf uji 0,05 dengan potensi daya berkecambah hasil uji belah. Nilai rata-rata daya berkecambah hasil uji perkecambahan langsung adalah sebesar 88,44%, sedangkan nilai rata-rata potensi daya berkecambahcutting testsebesar 81,67%. Untuk lebih jelasnya, daya berkecambah propagul hasil uji perkecambahan langsung dan potensi daya berkecambah propagul hasil uji belah disajikan pada Gambar 8.


(48)

100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 66.67 66.67 66.67 100 0 0 33.33 100 100 100 100 100 93.33 100 93.33 100

86.67 95.55 100 100 71.11 100 84.44 93.33 53.33 68.89 37.78 91.11 0 20 40 60 80 100 120 D a y a B e rk e ca m b a h % Perlakuan Cutting Langsung


(49)

B. Pembahasan

B.1. Pendugaan Viabilitas Propagul Rhizophora stylosa Griff. Berdasarkan Uji Perkecambahan Langsung

Berdasarkan hasil pengamatan perkecambahan propagul yang dilakukan selama 90 hari (Lampiran 1), menunjukkan bahwa daya berkecambah propagulR. stylosa tanpa penyimpanan mencapai 100% dan cenderung menurun seiring dengan bertambahnya waktu penyimpanan. Hasil uji Duncan (Tabel 4) juga menunjukkan bahwa rata-rata daya berkecambah propagul R. stylosa pada berbagai perlakuan yang diberikan cenderung menurun dengan semakin bertambahnya lama penyimpanan.

Hasil uji Duncan (Tabel 4) menunjukkan bahwa setelah penyimpanan propagul selama 4 minggu, rata-rata daya berkecambah dari propagul yang diberi perlakuan penyimpanan di ruang kamar dalam media serbuk gergaji memberikan hasil yang paling buruk, dengan rata-rata daya berkecambah sebesar 37,78%. Propagul dengan rata-rata daya berkecambah tertinggi setelah dilakukan penyimpanan selama 4 minggu adalah propagul yang diberikan perlakuan penyimpanan di ruang kamar dalam media sabut kelapa, dengan rata-rata daya berkecambah sebesar 91,11%.

PropagulR. stylosa yang disimpan dalam media sabut kelapa mempunyai daya berkecambah lebih tinggi dibandingkan propagul yang disimpan dalam media serbuk gergaji, hal ini diduga dipengaruhi oleh faktor kelembaban. Sabut kelapa memiliki kelembaban yang lebih tinggi dibandingkan dengan serbuk gergaji, yang dapat ditunjukkan dengan relatif lebih tingginya rata-rata kadar air yang dimiliki media simpan sabut kelapa dibandingkan dengan media simpan serbuk gergaji (Lampiran 13). Dengan demikian, kemampuan sabut kelapa untuk mempertahankan kadar air benih menjadi lebih tinggi. Menurut Sadjad (1975), pada umumnya kadar air benih di tempat penyimpanan akan selalu berada dalam keadaan seimbang dengan kelembaban udara di sekitarnya.

Berdasarkan hasil uji Duncan (Tabel 4), diketahui bahwa daya berkecambah propagul yang disimpan di ruang kamar cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan benih yang disimpan di ruang AC. Propagul yang disimpan di ruang kamar mengalami penurunan daya berkecambah relatif lebih lambat


(50)

dibandingkan dengan propagul yang disimpan di ruang AC. Hal ini disebabkan karena pada ruang AC kelembaban udaranya lebih rendah dibandingkan ruang kamar. Menurut Justice dan Bass (1978), kelembaban udara sekitar yang lebih rendah dapat menyebabkan benih akan mudah dan semakin cepat kehilangan kelembabannya sehingga terjadi penurunan kadar air. Penurunan kadar air inilah yang menjadi salah satu penyebab kemunduran benih rekalsitran yang terjadi secara cepat.

Hasil di atas menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat erat antara kadar air propagul dengan daya berkecambah propagul R. stylosasebagai salah satu benih rekalsitran. Hal ini dapat dilihat pada Lampiran 1, yang menunjukkan hubungan positif antara kadar air dengan daya berkecambah. Hubungan tersebut dapat dilihat dari propagul yang memiliki nilai rata-rata kadar air yang tinggi cenderung memiliki nilai rata-rata daya berkecambah yang tinggi.

Sadjad (1972) menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi benih dalam mempertahankan viabilitasnya adalah kadar air benih pada awal dan akhir periode simpan. Berdasarkan Lampiran 1, diketahui bahwa rata-rata kadar air awal benih R.stylosa tanpa penyimpanan adalah 56,79% dan penurunan rata-rata kadar air benih pun cenderung terjadi seiring bertambahnya lama penyimpanan.

Penurunan kadar air propagulR. stylosapaling cepat terjadi pada propagul yang disimpan di ruang kamar dalam media simpan serbuk gergaji, yaitu sebesar 10,75% dari kadar air awal penyimpanan sebesar 41,82% menjadi 31,07%. Adapun penurunan paling lambat terjadi pada propagul yang disimpan di ruang kamar dalam media simpan sabut kelapa, yaitu sebesar 1,57%. Hal ini menunjukkan bahwa media simpan sabut kelapa lebih dapat membantu mempertahankan kadar air propagul dibandingkan dengan media simpan serbuk gergaji. Karena kelembaban serbuk gergaji lebih rendah dibandingkan sabut kelapa.

Kogo (1985) dalam Kongsangchai (1988) melaporkan bahwa kematian propagulR. stylosaterjadi bila kehilangan airnya lebih dari 20%. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa propagul yang memiliki nilai penurunan kadar air sebesar 22,64% dari kadar air awal benih, ternyata memiliki daya kecambah nol.


(51)

Dalam penelitian ini, penurunan kadar air tidak mencapai 20%, yang terbesar penurunannya sebesar 10,75% dari kadar air awal yang memiliki daya berkecambah sebesar 37,78%.

Pada Gambar 3, dapat dilihat terjadi peningkatan kadar air yang cukup tinggi di minggu kedua, yaitu propagul yang disimpan di ruang kamar dalam media simpan sabut kelapa. Peningkatan yang terjadi sebesar 9,98% dari rata-rata kadar air minggu 1 sebesar 40,84% dan minggu 2 sebesar 50,82%. Hal ini mungkin terjadi karena adanya perubahan suhu, terutama pada ruang kamar. Ruang AC cenderung memiliki suhu yang stabil dibandingkan suhu kamar. Menurut Sutopo (1985), suhu yang tinggi menyebabkan terjadinya proses kondensasi pada permukaan benih. Karena permukaan benih lebih dingin dari udara disekitarnya. maka uap air akan melekat dipermukaan benih. Titik air akan diserap kembali oleh benih sehingga mengakibatkan kadar air benih meningkat.

Kadar air benih pada akhir periode simpan merupakan faktor yang sangat kritis dalam pengaruhnya terhadap daya kecambah dan viabilitas benihR. stylosa, karena pada kadar air tertentu yang relatif tinggi propagul akan cenderung berakar, sedangkan pada kadar air tertentu yang relatif rendah maka viabilitas propagul juga rendah. Berdasarkan Gambar 2, diketahui bahwa propagul R. stylosa mulai mengeluarkan akarnya setelah dilakukan penyimpanan selama 2 minggu di ruang kamar dengan media serbuk gergaji maupun sabut kelapa. Kondisi tersebut berkaitan dengan kelembaban lingkungan tempat penyimpanan propagul, yang dalam hal ini sangat dipengaruhi oleh kelembaban relatif ruang simpan dan kadar air media simpan.

Hasil uji Duncan (Tabel 2) menunjukkan bahwa penyimpanan propagul di ruang kamar akan memacu pertumbuhan akar pada propagul, baik dalam media simpan serbuk gergaji atau sabut kelapa. Berdasarkan hasil uji tersebut, diketahui bahwa penyimpanan propagul di ruang kamar dalam media sabut kelapa memiliki rata-rata persentase berakar lebih besar dibandingkan dengan perlakuan penyimpanan lainnya. Hal tersebut dikarenakan propagul yang disimpan dalam media sabut kelapa akan lebih mampu menyerap uap air yang berasal dari media tersebut. Demikian juga dengan propagul yang disimpan di ruang kamar, yang memiliki kelembaban relatif tinggi. Sebaliknya dengan propagul yang disimpan di


(52)

ruang AC, penyerapan air oleh propagul akan terhambat. Menurut Sutopo (1985), faktor penting yang mempengaruhi penyerapan air oleh benih adalah sifat benih itu sendiri dan jumlah air yang tersedia bagi medium sekitarnya.

Propagul yang disimpan di ruang AC tidak mengeluarkan akar, karena hubungannya dengan kelembaban relatif di ruang AC yang rendah. Dengan kelembaban relatif yang cukup rendah, maka kadar air propagul dan kadar air media simpan terserap oleh ruang AC, sehingga akar tidak dapat tumbuh dari propagul. Sedangkan untuk ruang kamar, kelembaban relatifnya lebih tinggi di bandingkan dengan ruang AC. Selain faktor kelembaban, faktor suhu juga memegang peranan penting untuk menghambat pemunculan akar pada propagul. Menurut Schmidt (2002), perkecambahan kadang-kadang dapat dihambat dengan penurunan suhu. Suhu ruang AC yang lebih rendah dibandingkan dengan suhu ruang kamar menghambat pemunculan akar pada propagul, dengan cara menurunkan aktivitas metabolisme propagul.

Berdasarkan Lampiran 1, penyimpanan propagul di ruang kamar, baik dalam media serbuk gergaji maupun sabut kelapa menunjukkan pemunculan akar pada propagul. Kemunculan akar mulai terjadi pada propagul yang disimpan selama 2 minggu sampai penyimpanan 4 minggu. Kemunculan akar pada propagul R. stylosa tidak berpengaruh pada daya berkecambah propagul, karena propagul yang berakar selama penyimpanan tidak mengalami gangguan fisik atau mekanis sehingga ketika disemaikan, daya berkecambah propagul tersebut tetap tinggi.

Peristiwa berakarnya propagul R. stylosa sebelum disemaikan akan tidak menguntungkan bila dihubungkan dengan kemudahan praktek di lapangan. Karena akar yang muncul pada hipokotil sebelum penanaman cenderung mudah patah, yang memungkinkan mempengaruhi tingkat pertumbuhan propagul ketika ditanam. Oleh karena itu, sehubungan dengan penelitian ini akan lebih baik bila dalam praktiknya digunakan perlakuan penyimpanan yang mampu menghambat kemuculan akar selama periode simpan berlangsung, namun viabilitas propagul masih tetap dipertahankan dengan baik.

Selain melalui hubungan antara variabel daya berkecambah, kadar air, dan persen berkecambah propagul, indikator viabilitas propagul tidak terlepas dari


(53)

hubungan antara variabel lainnya, yaitu nilai perkecambahan, kecepatan tumbuh, dan nisbah pucuk akar. Nilai perkecambahan merupakan nilai yang menunjukkan kecepatan dan kesempurnaan benih untuk berkecambah. Nilai perkecambahan yang tinggi menunjukkan perkecambahan yang sempurna dan cepat sebagai indikator bahwa vigor benih masih tinggi sehingga mampu beradaptasi pada kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan.

Nilai perkecambahan dan kecepatan tumbuh propagulR. stylosa memiliki hubungan yang positif, yaitu nilai perkecambahan propagul mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya lama penyimpanan, begitupun kecepatan tumbuh propagul. Kecepatan tumbuh akan cenderung semakin menurun bersamaan dengan semakin bertambahnya lama waktu penyimpanan. Berdasarkan Gambar 5 dan 6, nilai perkecambahan dan kecepatan tumbuh pada propagul dengan lama penyimpanan selama 1 minggu menunjukkan nilai yang cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan nilai perkecambahan dan kecepatan tumbuh pada propagul dengan perlakuan lama penyimpanan lainnya. Menurut Sadjad (1980), benih yang lebih cepat tumbuh menjadi kecambah normal mampu menghadapi kondisi lapangan yang sub optimum.

Pada Gambar 5 dan 6, dapat dilihat bahwa perlakuan penyimpanan di ruangan AC cenderung lebih dapat mempertahankan nilai perkecambahan dan kecepatan tumbuh propagul. Hal ini dapat dikarenakan ruangan AC memiliki suhu yang lebih stabil dibandingkan suhu di ruang kamar. Seeber dan Agpoa (1978) dalam Schmidt (2002) menyatakan bahwa viabilitas dari banyak propagul dapat dipertahankan lebih lama, bila propagul disimpan pada suhu tetap dibandingkan suhu berfluktuasi.

Berdasarkan hasil uji Duncan (Tabel 5 dan 6), menunjukkan bahwa penggunaan media simpan berupa serbuk gergaji akan dapat menghambat nilai perkecambahan dan kecepatan tumbuh suatu propagul. Hal tersebut dapat dilihat pada propagul yang disimpan selama 4 minggu dalam media serbuk gergaji memiliki nilai perkecambahan dan kecepatan tumbuh yang lebih rendah dibandingkan dengan propagul yang disimpan selama 4 minggu dalam media sabut kelapa. Fenomena ini diduga karena pengaruh kadar air media simpan


(54)

serbuk gergaji (18,13%) yang lebih rendah dibandingkan dengan kadar air media simpan sabut kelapa (68,21%).

Berdasarkan hasil uji Duncan (Tabel 7), diketahui propagul tanpa perlakuan penyimpanan dan propagul yang disimpan selama 1 minggu cenderung memiliki nilai nisbah pucuk akar yang lebih tinggi dibandingkan propagul dengan perlakuan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa propagul R. stylosa yang diberi perlakuan dengan tanpa penyimpanan hingga penyimpanan selama 1 minggu relatif memiliki vigor yang lebih tinggi dibandingkan propagul dengan perlakuan lainnya. Dengan penyimpanan yang relatif singkat tersebut (1 minggu), kesiapan embrio pada saat disemaikan akan lebih tinggi dibandingkan propagul dengan penyimpanan lainnya. Menurut Sadjad (1980), benih yang lebih cepat tumbuh menjadi kecambah normal mampu menghadapi kondisi lapangan yang sub optimum.

Propagul yang disimpan dalam media serbuk gergaji memiliki nilai nisbah pucuk akar yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan propagul yang disimpan dalam media sabut kelapa. Hal ini disebabkan karena karakteristik media serbuk gergaji yang tidak sama dengan sabut kelapa, yaitu menurut Kijkar (1992) sabut kelapa memenuhi kriteria sebagai media perakaran karena berserat, mempunyai kemampuan menahan air, longgar, dan ringan. Sebaliknya serbuk gergaji dengan kelembaban yang rendah lebih dapat menahan kemunculan akar dan menghambat perkecambahan pada propagul ketika disimpan, sehingga memberikan nilai nisbah pucuk akar yang relatif lebih tinggi pada propagul setelah menjadi semai. Fenomena ini pun terlihat pada persentase berakar propagul yang disimpan pada media serbuk gergaji cenderung lebih rendah dibandingkan dengan propagul yang disimpan pada sabut kelapa.

Berdasarkan penelitian ini, diketahui bahwa kadar air, daya berkecambah, nilai perkecambahan, dan kecepatan tumbuh propagulR. stylosaakan cenderung menurun seiring dengan bertambahnya lama penyimpanan. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi vigor propagul mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya periode simpan. Justice dan Bass (1978) menyatakan bahwa vigor benih tertinggi tercapai pada saat benih masak secara fisiologis dan sejak itu benih perlahan-lahan kehilangan vigor dan akhirnya mati. Schmidt (2002) juga


(55)

menyatakan bahwa benih yang disimpan akan mengalami penurunan fisiologis secara alami atau penuaan, yang pada akhirnya dapat menyebabkan hilangnya viabilitas.

Berdasarkan hasil pengamatan dari penelitian ini, persentase berkecambah dan nisbah pucuk akar menunjukkan hasil yang lebih baik pada perlakuan penyimpanan di ruang AC. Karena ruang AC lebih dapat mempertahankan kondisi propagul sehingga tidak mengeluarkan akar, dan penyimpanan propagul di ruang AC memiliki nilai nisbah pucuk akar yang cenderung lebih besar walaupun tidak signifikan perbedaannya dibandingkan perlakuan penyimpanan propagul di ruang kamar. Karena propagul atau benih yang tidak berakar dan viabelketika dilakukan penyimpanan menunjukkan bahwa kegiatan penyimpanan yang dilakukan telah berhasil. Adapun media simpan yang baik dalam penelitian ini ialah media simpan berupa sabut kelapa. Hal ini disebabkan karena media sabut kelapa cenderung lebih dapat mempertahankan kadar air, daya berkecambah, nilai perkecambahan, dan kecepatan tumbuh propagul R. stylosa. Sabut kelapa juga memiliki sifat menahan air, longgar, ringan, mudah didapat, dan tidak mahal.

Pada hasil penelitian Anggraini (2000) tentang penyimpanan propagul R. apiculata pada ruang kamar dengan media serbuk gergaji mampu mempertahankan viabilitas benih sampai 4 minggu penyimpanan dengan daya berkecambah benih masih 100%. Sedangkan hasil penelitian Handayani (2003) tentang penyimpanan propagul B. gymnorrhiza pada ruang AC dengan media sabut kelapa mampu mempertahankan viabilitas benih sampai 4 minggu penyimpanan dengan daya berkecambah benih masih 100%. Dan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan penyimpanan propagul R. stylosadi ruang AC dalam media sabut kelapa memberikan hasil yang cenderung lebih baik secara keseluruhan dibandingkan perlakuan lainnya, dan mampu mempertahankan viabilitas propagul sampai 4 minggu penyimpanan dengan daya berkecambah propagul sebesar 68,89%. Hasil ini akan bermanfaat bagi kegiatan penyimpanan propagulR. stylosayang waktu berbuahnya tidak setiap saat.


(56)

(57)

(58)

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Pengaruh interaksi antara perlakuan lama penyimpanan, ruang simpan, dan media simpan menyebabkan perbedaan secara signifikan terhadap variabel daya berkecambah propagul R. stylosa. Pengaruh interaksi antara lama penyimpanan dan media simpan menyebabkan perbedaan secara signifikan terhadap daya berkecambah, nilai perkecambahan, kecepatan tumbuh propagul, dan nisbah pucuk akar semai R. stylosa. Adapun pengaruh interaksi antara ruang simpan dan media simpan menyebabkan perbedaan secara signifikan terhadap persen berakar propagul R. stylosa. Semakin lama waktu penyimpanan propagul, cenderung menyebabkan semakin menurunnya viabilitas propagul tersebut. Dalam hal ini, media simpan berupa sabut kelapa yang diletakkan di ruang AC dapat mempertahankan viabilitas propagulR. stylosasampai masa penyimpanan selama 4 minggu. 2. Hasil metode pendugaan viabilitas propagul R. stylosa dengan uji belah (Cutting Test) adalah relatif sama dengan hasil uji perkecambahan secara langsung dari propagul tersebut.

B. Saran

1. PropagulR. stylosasebaiknya disimpan di ruang AC dengan media simpan sabut kelapa untuk menjaga viabilitasnya.

2. Metode uji belah dapat digunakan untuk menduga viabilitas propagul R. stylosa.


(59)

DAFTAR PUSTAKA

Alfiani, R. 2003. Pendugaan Viabilitas Benih Jati (Tectona grandis L.f.) Berdasarkan Uji Belah (Cutting Test) dan Pengaruh Pengusangan terhadap Kemunduran Vigor [Skripsi]. Bogor: Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan. IPB.

Anggraini, Y. N. 2000. Pengaruh Media Simpan, Ruang Simpan, dan Lama Penyimpanan Propagul terhadap Viabilitas Benih Rhizophora apiculata [Skripsi]. Bogor: Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, IPB.

Anwar, C dan Subandiono, E. 1996. Pedoman Teknis Penanaman Mangrove. Bogor: Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan.

Baker, F. S., Helms, T. W., dan Daniel, T. W. 1995. Prinsip-Prinsip Silvikultur. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Bengen, D. G. 2000. Teknik Pengambilan Contoh dan Analisis Data Bio-fisik Sumberdaya Pesisir. Bogor: Pusat Kajian Pesisir Lautan, IPB.

Bengen, D.G. 2002. Pedoman-Pedoman Teknis Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove.Bogor: Pusat Kajian Pesisir Lautan, IPB.

Budiarti, T., Widajati, E., dan Qodir, A. 1993. Penggunaan Zat Pengatur Tumbuh Tanaman pada Beberapa Benih Rekalsitran untuk Meningkatkan Daya Simpan dan Vigor Bibit. Laboran Penelitian. LIPI. Tidak Dipublikasikan.

Byrd, H.W. 1983.Pedoman Teknologi Benih. Jakarta : PT Pembimbing Massa.

Czabator, J. 1962. Germination Value an Index Combining Speed and Completeness of Pine Seed Germination. Forest Science 8 : 386-396.

Darusman, A. 1973. Pemanfaatan Serbuk Gergaji untuk Pertanian. Jakarta: Bina Rimbaguna Perum Perhutani.

Ekoton. 1998. Beberapa Catatan Latar Belakang Gugus Pulau Pari. Dalam Pewarta Oceana. Tahun ke-3 (4 dan 5) : 16-20. Ed. Hutomo, M. LON-LIPI. Jakarta.

Haeruman, H.Js. 1972. Prosedur Rancangan Percobaan. Bogor : Bagian Perencanaan Hutan. Fakultas Kehutanan IPB.

Handayani, A. S. 2000. Pengaruh Lama Pengeringan terhadap Viabilitas Benih Rhizophora mucronata[Skripsi]. Bogor: Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, IPB.


(60)

Handayani, B. R. 2003. Pengaruh Media Simpan, Ruang Simpan, dan Lama Penyimpanan terhadap Viabilitas Propagul Bruguiera gymnorrhiza [Skripsi]. Bogor: Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, IPB.

Harrington, J. F. 1973. Seed Storage and Longevity. Dalam Kozlowski, T.T., Seed Biology, v. 3, hlm 145-245, illus. New York and London.

ISTA. 1996. International Rules for Seed Testing. Proc. Int. Seed Testing Association 31 (1). Wageningen.

Istomo. 1992. Tinjauan Ekologi Hutan Mangrove dan Pemanfaatannya di Indonesia. Bogor: Laboratorium Ekologi Hutan. Jurusan Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan IPB.

Justice, O. L. Dan Bass, L. N. 1978. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih. Jakarta: Rajawali Pers.

Justice, O. L. Dan Bass, L. N. 2002. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Kamil, J. 1982.Teknologi Benih I. Bandung : Universitas Andalas.

Kijkar, S. 1992. Planting Stock Production of Azadirachta spp. At the ASEAN-CANADA Forest Tree Centre. Thailand.

Kusmana, C. 1993. A Study on Mangrove Forest Management Based on Ecological Data in East-Sumatra, Indonesia. Disertation at Faculty of Agriculture, Kyoto University. Japan.

Kusmana, C. 1997. Ekologi dan Sumberdaya Ekosistem Mangrove. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB.

Kongsangchai, J. 1988. Forest Ecological Study of Mangrove Silviculture [Disertation]. Japan: Faculty of Agriculture, Kyoto University.

Kuswanto, H. 1997. Analisis Benih. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.

Leluop, M. 1955. Seed Testing. Food and Agriculture Organization of The United Nations. Rome, Italy.

Manan, S. 1976. Silvikultur. Proyek Peningkatan Pengembangan Perguruan Tinggi. Bogor. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Onrizal, Rugayah, Suhardjono. 2005. Flora Mangrove Berhabitus Pohon di Hutan Lindung Angke-Kapuk. Bogor..


(61)

Peter, K. L. Ng dan Sivatoshi, N. 2001. A Guide to Mangrove of Singapore. Raffles Museum of Biodiversity Research, The National University of Singapore & The Singapore Science Centre. Singapore.

Pinto, L. 1986. Mangrove of Srilanka. Colombo: Natural Resource, Energy, and Science Authority of Srilanka.

Sadjad, S. 1972. Kertas Meras untuk Uji Viabilitas Benih di Indonesia [Disertasi]. Bogor : Fakultas Pertanian, IPB.

Sadjad, S. 1975. Dasar-dasar Teknologi Benih. Capita Selecta. Departemen Agronomi IPB. Bogor.

Sadjad, S. 1980.Panduan Pembinaan Mutu Benih Tanaman di Indonesia. Bogor: IPB Press.

Sadjad, S. 1993. Dari Benih Kepada Benih. Jakarta : Penerbit PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Samingan, T. 1975. Rhizophoraceae. Bogor: Bagian Tumbuh-tumbuhan Fakultas Pertanian, IPB.

Schmidt, L. 2002. Penanganan Benih Tanaman Hutan Tropis dan Sub Tropis 2000. Jakarta: Departemen Kehutanan.

Steel, R. G dan Torrie, J. H. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika. Jakarta: PT Gramedia.

Sutopo, L. 2002.Teknologi Benih. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Widajati, E. 1986. Pengaruh Maleic Hydrazide dan Suhu Simpan terhadap Viabilitas Benih Cengkeh [Skripsi]. Bogor: Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, IPB.

Willan, R. L. 1984. A Guide to Forest Seed Handling. Danida Forest Seed Center. Dk. Humlebaek. Denmark.

Zanzibar, M. Nanang, H. Enok, R.K. Adang, M. Endang, I. Hasan, R dan Achmad, S. 2001. Pedoman Standarisasi Prosedur dan Kunci Interpretasi Uji Cepat Viabilitas Benih Tanaman Hutan (Acacia mangium, Gmelina arborea, Paraserianthes falcataria, Pinus merkusii, dan Swietenia macrophylla). Bogor: Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan.


(1)

58 Lampiran 12. Panjang Rata-rata, Diameter Rata-rata, dan Berat Rata-rata Propagul

Rhizophora stylosayang Digunakan dalam Penelitian

Lampiran 12.1. Panjang Rata-rata dan Diameter Rata-rata Propagul Rhizophora stylosayang Digunakan dalam Penelitian

Ulangan Panjang (cm) Diameter (mm)

1 41,24 11,76

2 31,73 10,47

3 32,50 10,26

4 33,79 10,63

5 36,14 10,84

6 33,24 9,21

7 34,02 10,90

8 31,40 10,42

9 31,19 9,83

10 31,07 9,76

Rata-rata 33,63 10,41

Lampiran 12.2. Berat Rata-rata Propagul Rhizophora stylosa yang Digunakan dalam Penelitian

Ulangan Berat 100 propagul (gr) Berat rata-rata Per propagul (gr)

1 2950 29,50

2 3230 32,30

3 2740 27,40

4 2750 27,50

5 2800 28,00

6 3050 30,50

7 3120 31,20

8 2650 26,50


(2)

59 Lampiran 13. Kadar Air Media Simpan PropagulRhizophora stylosa

Perlakuan Ulangan Lama Penyimpanan 0 Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu Serbuk Gergaji 1 18,25 2 17,56 3 18,59 Rata-rata 18,13 Sabut Kelapa 1 65,96 2 70,16 3 68,50 Rata-rata 68,21 AC Serbuk Gergaji

1 17,35 14,10 12,93 11,59

2 17,50 16,79 15,72 12,81

3 18,84 16,39 14,38 12,17

Rata-rata 17,90 15,76 14,34 12,19

AC Sabut Kelapa

1 29,33 23,08 21,94 21,11

2 33,33 32,54 27,40 24,16

3 31,40 30,51 26,75 25,93

Rata-rata 31,35 28,71 25,36 23,73

Kamar Serbuk Gergaji

1 29,29 25,61 19,89 15,55

2 22,73 21,10 17,80 14,10

3 25,19 24,51 18,48 15,71

Rata-rata 25,74 23,74 18,72 15,12

Kamar Sabut Kelapa

1 69,12 53,19 30,63 27,66

2 65,18 54,94 32,10 28,81

3 58,07 56,57 31,40 26,42


(3)

(4)

(5)

(6)