9 Untuk itu diperlukan metode pengujian viabilitas benih yang dapat menduga
secara akurat namun lebih cepat dibandingkan pengujian perkecambahan.
F. Uji Belah
Cutting Test
Menurut Willan 1984, uji belah merupakan salah satu uji viabilitas paling sederhana dengan cara melihat secara langsung dengan mata terhadap
benih yang telah dibelah, dibuka dengan pisau atau skalpel. Jika endosperma memiliki warna normal dengan embrio yang baik maka benih mempunyai
kemungkinan berkecambah. Pengujian cara ini kurang teliti bagi benih-benih jenis konifer dan benih-benih kecil lainnya karena menghasilkan angka perkecambahan
yang lebih tinggi dari keadaan sebenarnya. Menurut Leluop 1955, uji belah merupakan uji cepat yang biasanya
digunakan untuk menguji viabilitas benih dalam jumlah banyak. Tetapi uji ini cenderung kurang dapat dipercaya hasilnya karena terkadang hanya dengan
melihat penampilannya secara langsung, benih tersebut seperti hidup padahal bila dikecambahkan akan gagal berkecambah.
G. Kemunduran Benih
Menurut Sadjad 1980, kemunduran benih diartikan sebagai turunnya kualitas, sifat, atau viabilitas benih yang berakibat vigor rendah dan hasil
penanaman jelek. Justice dan Bass 1978 mengemukakan, bahwa kadar air merupakan faktor yang paling mempengaruhi kemunduran benih. Kemunduran
benih tersebut sejalan dengan meningkatnya kadar air. Kemunduran benih ditandai dengan gejala penurunan aktivitas enzim, kerusakan membran, perubahan
komposisi cadangan makanan, dan kerusakan genetik Roos 1986 dalam Budiarti 1993. Menurut Byrd 1983 kemunduran benih menimbulkan perubahan yang
menyeluruh pada benih baik fisik, fisiologis maupun kimiawi yang akhirnya mengarah pada kematian.
10
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca dan Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB serta Laboratorium Balai Penelitian Teknologi
Perbenihan BPTP Bogor, Kementerian Kehutanan. Penelitian ini berlangsung mulai bulan Juli 2010 sampai dengan bulan November 2010.
B. Bahan dan Alat Penelitian
Bahan-bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah propagul Rhizophora stylosa Griff. yang memiliki rata-rata ukuran panjang 33,63 cm dan
diameter 10,41 mm serta memiliki berat rata-rata 29,11 gram, serbuk gergaji, sabut kelapa, kardus, polybag ukuran 15 x 20 cm, pupuk cair, kompos, tanah,
pasir, pestisida, air tawar, dan garam dapur. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah AC, timbangan, oven,
higrometer, termometer, hand sprayer, kamera, kaliper, penggaris, gelas ukur, desikator, kertas merang, dan pisau.
C. Metode Analisis
Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap RAL faktorial 5 x 2 x 2 dengan tiga kali ulangan. Dengan demikian terdapat 60 satuan percobaan.
Untuk lebih jelasnya masing-masing faktor dapat diperinci sebagai berikut :
Faktor A Lama penyimpanan
terdiri dari : A
: 0 minggu langsung tanam A
1
: 1 minggu A
2
: 2 minggu A
3
: 3 minggu A
4
: 4 minggu
Faktor B Ruang simpan terdiri dari :
B
1
: Ruang AC T = 19 ºC - 20 ºC, RH = 60 - 61 B
2
: Ruang kamar T = 26 ºC – 28 ºC, RH = 80 - 85