Cara untuk Menanamkan Toleransi

2.3.4. Cara untuk Menanamkan Toleransi

Toleransi seperti juga aspek moral lainya, adalah sesuatu yang dapat dipelajari. Pembelajaran yang paling efektif, seperti juga pada aspek moral lainya, adalah dengan: 2.3.4.1. Adanya contoh Toleransi yang ditunjukan oleh orang tua. Dalam kehidupan sehari-hari perbedaan itu pasti selalu ada, keputusan sederhanapun dapat melatih kita menerima dan menghargai perbedaan. Berbeda bukan berarti salah. 2.3.4.2 Pikirkan dan lakukan stategi penanaman nilai moral toleransi yang efektif a. Berpikir positif. Sebagai orang tua, banyak keuntungan yang akan didapat dengan berfikir positif. Dalam hubunganya dengan pembelajaran toleransi, cara orang tua berpikir positif dalam menyikapi segala sesuatu, akan menjadi pembelajaran yang efektif bagi anak. Dengan sendirinya pola pikir positif ini akan diseraanak selanjudnya menjadi bagian dari anak pula. Termasuk dalam berfikir positif adalah dengan memberi kesadaran pada anak bahwa tidak ada manusia yang sempurna, bahwa setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kesadaran ini diharapkan membuat anak sadar bahwa setiap manusia sama dan tidak pantas menyombongkan diri. 1 Beri pengalaman beragam pada anak. Semakin beragam pengalaman anak, semakin terasa kemampuan anak bertoleransi terhadap perbedaan, baik dari cara maupun materi yang dialami. Keragaman yang dihadapi oleh anak harus didampingi oleh orang dewasa, karena tanpa didampingi orang tua kemungkinan anak akan menjadi bingung dan tidak mengerti apa yang harus dilakukan. Tiadanya pengarahan dari orang dewasa juga menyebabkan anak terjerumus mempelajari nilai-nilai yang salah yang ia dapat dari lingkungan. 2 Kenalkan, ajarkan, dan buat anak dengan kelebihan. Hati-hati bahwa bukan artinya membuat anak menyombongkan nilai-nilai dalam dirinya, tetapi lebih pada upaya untuk menangkal bahaya kritik atau serangan lain berdasarkan kelemahan dirinya. Dengan mengetahui kelebihan dirinya, anak tahu, bahwa walau ada kekurangan, ia memiliki kelebihan. Dan ini dapat membuat percaya diri. Disisi lain, dengan mengetahui bahwa dirinya memilliki kelebihan dan kekurangan, anakpun mengerti bahwa orang lainpun mengetahui kekurangan dan kelebihan masing-masing. Dalam hal ini menjadi bekal anak dapat lebih bertoleransi pada orang lain Ibung, 2009: 183-187. Hal- hal yang dapat dilakukan untuk pengembangan Toleransi di sekolah antara lain adalah, latihan pengalaman secara nyata. Pengenalan sejak dini simbol- simbol keberagaman antar suku, kepercayaan, agama, budaya, mengenalkan perbedaan. Siswa nonmuslim boleh ikut ambil bagian dalam acara keagamaan Islam, misalnya dengan ikut mempersiapkan daging kurban, pengamanan solat Idul Adha dan Idul fitri. Siswa nonkristen boleh ikut berpartisipasi dalam pengamanan kegiatan natal, juga untuk agama- agama lainnya, bergantian saling membantu dan berpartisipasi. Mengajak peserta didik studi banding ke tempat- tempat ibadah yang berlainan agama. Membelajarkan agama jangan mengarah pada proses indoktrinasi, ideologi dan komitmen guru harus fleksibel. Pembelajaran seharusnya lebih inklusif. Sehingga ketika anak bersentuhan dengan sesuatu yang berbeda tidak lagi gagap Kehidupan akan membosankan jika semua teman mempunyai perilaku yang sama Suryani, 12: 2011.

2.4 Karakteristik Anak Usia Dini