Studi Penawaran dan Permintaan Kayu Bulat di Beberapa Negara

jangka panjang juga diramalkan akan ada penurunan produksi kayu lapis tropika karena adanya kesulitan bahan baku. Secara spesifik untuk situasi global penawaran dan permintaan kayu bulat diteliti oleh Multi-Client Studies pada tahun 1998. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengevaluasi kembali asumsi-asumsi dasar dalam analisis penawaran dan permintaan kayu bulat dunia. Penelitian ini ditujukan juga untuk meramalkan situasi permintaan dan penawaran kayu bulat dunia periode 1997-2030. Disamping itu, penelitian ini juga dimaksudkan untuk membuat ramalan baru mengenai perdagangan, investasi, dan kecenderungan harga kayu bulat dan produk-produk turunannya. Penelitian ini menyingkapkan kekeliruan ramalan studi-studi yang sebelumnya. Bila pada awal tahun 1990 beberapa studi memproyeksikan adanya defisit kayu bulat pada millenium ketiga karena eksploitasi hutan ditengarai telah melebihi batas-batas kelestarian. Namun demikian, sejak 1995 dunia dibanjiri dengan pasokan kayu yang cukup banyak yang diperoleh melalui eksploitasi yang relatif murah, sehingga harganya kurang bagus. Saat ini penawaran kayu bulat dunia diperkuat dengan perluasan hutan tanaman dan peningkatan produktivitas hutan. Permintaan kayu bulat oleh negara-negara Asia terpengaruh oleh restrukturisasi perekonomian negara-negara tersebut, serta melambatnya laju pertumbuhan perekonomian dunia.

2.3. Studi Penawaran dan Permintaan Kayu Bulat di Beberapa Negara

Berbagai studi dan penelitian yang terkait dengan penawaran supply dan permintaan demand kayu bulat telah dilakukan di beberapa negara, baik yang dihubungkan pada satu produk kayu olahan tertentu maupun pada berbagai produk sebagaimana dilakukan pada penelitian ini. Dari sisi metodologi, studi tersebut diantaranya menggunakan ekonometrika untuk menganalisis perilaku penawaran dan permintaan kayu bulat. Studi penawaran dan permintaan kayu bulat yang dilakukan di Amerika Serikat, diarahkan untuk mengetahui situasi sumberdaya sampai dengan tahun 2050, terutama untuk: memproyeksikan ketersediaan kayu dan faktor-faktor yang terkait dengan itu, estimasi berbagai kemungkinan perubahan penggunaan hutan dan sumberdaya hutan, melihat berbagai implikasi kebijakan dari proyeksi dan estimasi sumberdaya tersebut, dan mencari opsi-opsi logis untuk memenuhi kebutuhan kayu domestik. Studi tersebut menyimpulkan bahwa sampai dengan tahun 2050 akan ada surplus ketersediaan kayu lunak di negara-negara bagian Selatan, sedangkan untuk negara-negara di bagian utara akan cenderung akan mengalami penurun produksi kayu keras Haynes, 2000. Secara keseluruhan wilayah, proyeksi ketersediaan atau penawaran kayu bulat untuk Amerika Serikat akan cukup untuk memenuhi konsumsi atau permintaan domestik negara ini pada 50 tahun ke depan. Dengan demikian tidak perlu dilakukan kebijakan untuk mengimpor atau membatasi permintaan dengan menaikkan harga kayu. Meskipun demikian, skenario ini hanya akan menjadi kenyataan apabila: negara-negara di bagian Selatan meneruskan upaya penanaman kayu lunak, disertai dengan kenaikan intensitas manajemen hutan tersebut, secara nasional harus ada pengurangan permintaan kayu keras secara tepat moderat, dan penelitian dan pengembangan untuk meningkatkan upaya pemulian pohon tree improvement dan meningkatkan efisiensi input kayu bulat pada industri pengolahan kayu, termasuk pulp harus terus dilanjutkan. Skenario ini juga memberikan beberapa implikasi manajemen, diantaranya negara-negara di bagian Barat tidak perlu meningkatkan kapasitas produksi industri pulp panel kayu kayu lapis dan lain-lain. Di Taiwan studi penawaran dan permintaan kayu dilakukan oleh Chang dan Jen pada 1986-an dengan merinci komoditi itu kedalam dua sektor, yaitu sektor kayu untuk kertas dan kayu utuh solid wood. Sektor solid wood kemudian dirinci lagi menjadi industri produk-produk solid wood, dan pasar kayu keras dan kayu lunak. Melalui teori dualitas duality theory fungsi-fungsi biaya dan keuntungan yang terkait dengan fungsi produksi Cobb-Douglas digunakan untuk menurunkan fungsi output supply dan fungsi permintaan factor input. Fungsi-fungsi ini kemudian digunakan untuk membangun model ekonometrik non-linier. Dari analisis ini diketahui bahwa sektor kertas Taiwan tidak mempunyai skala ekonomi. Oleh karena itu biaya produksi per ton tidak akan menurun mengikuti kenaikan produksi. Harga kertas tidak mempunyai pengaruh yang nyata kepada biaya produksinya. Baik konsumsi maupun impor kertas bersifat elastik terhadap pendapatan income elastic namun tidak elastik terhadap harga price inelastic . Untuk sektor industri solid wood, diramalkan sudah tidak lagi mengalami kenaikan yang pesat pada ekspor kayu furniture, oleh karena itu rencana investasi pada sektor ini harus dipertimbangkan dengan cermat. Kayu lapis mempunyai skala ekonomi yang signifikan, dimana dengan pengurangan kapasitas industri secara gradual maka akan terjadi diferensiasi harga yang tinggi antara kayu lapis produksi dalam negeri dengan kayu lapis impor. Adapun untuk pasar kayu lunak dan kayu keras, produksinya tidak elastik terhadap harga price inelastic . Dengan kebijakan kehutanan yang baru, maka produksi kayu lunak akan berkurang 15, sedangkan produksi kayu keras akan berkurang 25. Di Soviet, penelitian mengenai penawaran dan permintaan kayu bulat dimaksudkan untuk melihat kemampuan Soviet, khususnya Northern European Russia and Siberia memenuhi kebutuhan kayu domestik dan melayani pasar dunia Barr, 1978. Secara lebih spesisik penelitian tersebut dilakukan untuk melihat: 1 pengaruh permintaan pasar kayu domestik dan internasional terhadap kinerja produksi dan penawaran kayu bulat di 87 wilayah Soviet, 2 Faktor-faktor yang menjamin keberlanjutan penawaran kayu bulat untuk wilayah masing-masing, dan 3 memperoleh perkiraan biaya produksi dan harga kayu yang tepat di tiap wilayah. Penelitian yang dilakukan oleh Barr ini menghasilkan kesimpulan bahwa dengan rencana pembangunan jangka menegah 15 tahun yang saat itu diberlakukan, sumberdaya yang ada mempunyai potensi untuk tetap bisa memenuhi kebutuhan kayu domestik, sekaligus masih mempunyai peran yang besar pada pasar kayu internasional, bila efesiensi pemanfaatan dan pengolahan kayu ditingkatkan melalui penyempurnaan teknologi. Di Jerman penelitian-penelitian serupa telah dilaksanakan sejak tahun 1970 di negara ini, namun tidak terselenggara secara kontinu dan belum menggunakan pendekatan ekonometrika, meskipun metode itu telah banyak dikembangkan di negara-negara di Amerika Utara dan Skandinavia. Pada tahun 1980 – 1985 ekonometrik digunakan oleh Mantau 1988 untuk melihat perilaku ekonomi pada industri kertas, dengan mengamati 6 peubah dan menghasilkan kesimpulan-kesimpulan yang memuaskan bagi kalangan usaha untuk bernegosiasi harga. Mantau 1996 membangun model ekonometrik pertama untuk pasar papan kayu gergajian Jerman. Model yang dibangun digunakan untuk simulasi ex-post untuk melihat fluktuasi nilai mata uang. Rintisan ini kemudian diteruskan oleh beberapa peneliti, antara lain Bergen dan Moog yang pada tahun 1988 melakukan kajian dengan menggunakan one demand one supply equation untuk melihat elastisitas penawaran kayu bulat jenis Spruce. Model pasar kayu bulat yang paling maju kemudian dibangun oleh Flinkmann dan Baudin. Model ini didasarkan pada spesifikasi 9 sektor pengguna akhir end users dan 7 sektor input untuk konstruksi, dan 5 pasar lainnya. Konsumsi kayu diturunkan dari koefisien teknis, dan peramalan dilakukan melalui proses autoregresif. Ronnila 1997 dalam makalahnya yang berjudul Consequences of structural changes in roundwood and forest product markets Solber dan Maiseyev, 1997 menguraikan perkembangan model-model yang digunakan untuk manganalisis penawaran dan permintaan produk-produk hasil hutan kayu Finlandia. Terkait dengan faktor tenaga kerja, penelitian yang dilakukan oleh Ronnila untuk Finlandia menemukan fakta bahwa koefisien jumlah tenaga di sektor lain yang secara tidak langsung tergantung kepada sektor kehutanan adalah 0.74, ternyata pada beberapa penelitian terakhir telah diusulkan agar koefisien tersebut disesuaikan menjadi 0.52. Faktor tenaga kerja pada fenomena penawaran dan permintaan kayu bulat juga diteliti di Portugis. Dalam penelitian ini Borges 1990 menyatakan bahwa pembangunan ekonomi Portugis sampai dengan tahun 1970 sangat tergantung kepada faktor tenaga kerja yang murah, serta hubungan perdagangan negara ini dengan negara-negara bekas koloninya di Afrika. Namun saat ini semuanya telah berubah setelah Portugis bergabung dalam Uni Eropa. Meskipun kehutanan mempunyai peran ekonomi yang sangat tinggi, selama ini penelitian dan studi ekonomi kehutanan di negara ini masih bersifat deskriptif, sekedar melakukan inventarisasi data tanpa disertai dengan pemodelan. Ekonomi kehutanan belum pernah diteliti dengan menggunakan pendekatan ekonometrika. Penelitian yang agak canggih sophisticated yang pernah dilakukan adalah dalam rangka memproyeksikan tingkat pertumbuhan dan mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan perubahan struktural di sektor kehutanan dengan menggunakan pendekatan struktur pasar Schwarzebauer, 1966. Adapun penelitian-penelitian ekonomi kehutanan lainnya difokuskan pada decision support system lebih banyak dikonsentrasikan pada pengembangan teknik-teknik operation research. Ketersediaan data dan statistik merupakan penghambat utama mengapa pendekatan ekonometrika belum digunakan dalam penelitian-penelitian ekonomi kehutanan di negara ini. Data yang ada sangat tersebar di berbagai lembaga serta dalam format yang tidak konsisten, dan ini sangat menyulitkan dalam melakukan analisis perubahan struktural sektor kehutanan, terutama pada produksi kayu bulat.

2.4. Studi Penawaran dan Permintaan Kayu Bulat Indonesia