Selain itu, dari hasil uji statistik terlihat bahwa dari 23 persamaan struktural hanya 4 persamaan yang terindikasi mempunyai masalah otokorelasi,
sedangkan 4 persamaan lainnya tidak dapat dipastikan apakah ada masalah otokorelasi atau tidak, persamaan selebihnya secara tegas dinyatakan tidak ada
masalah otokorelasi. Hasil identifikasi masalah otokorelasi dapat dilihat pada Lampiran 5. Dengan demikian maka model persamaan simultan yang dibangun
merupakan model yang baik. Model ini juga dipandang sangat memuaskan karena dari hasil analisis diketahui bahwa seluruh peubah eksogen dapat
menjelaskan perilaku peubah endogen dengan baik. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien determinasi atau nilai R
2
5.2. Kayu Bulat
, pada seluruh persamaan yang berkisar antara 70.57 hingga 99.59.
5.2.1. Luas Tebangan Hutan Alam
Luas tebangan hutan alam LUASA dalam produksi kayu bulat selain dipengaruhi secara nyata pada taraf nyata 5 oleh pengalaman tebangan pada
tahun sebelumnya LUASA
-1
Apabila terjadi kenaikan 1 atas total permintaan kayu bulat oleh industri pengolahan, maka dalam jangka pendek akan terjadi penambahan tebangan
0.22, sedangkan dalam jangka panjang kenaikannya bisa mencapai 0.88 Tabel 4. Adapun kenaikan harga kayu tersebut 1 akan meningkatkan luas
, juga sangat dipengaruhi oleh: 1 total permintaan kayu bulat hutan alam QDKB, 2 harga kayu itu sendiri RPKBA, dan 3
tingkat upah UPAH berpengaruh secara nyata pada taraf 10. Namun demikian, respon produsen dalam menyikapi perubahan ketiga peubah itu tidak
elastis, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
tebangan 0.14 pada jangka pendek dan 0.58 pada jangka panjang. Rendahnya respon tersebut inelastic dikarenakan adanya ketentuan mengenai jatah
maksimal luas tebangan per tahun. Penambahan luas tebangan yang mengakibatkan terlewatinya batas maksimal tahunan, akan dikenakan hukum
pidana karena dianggap telah melakukan tindakan illegal logging. Dengan demikian meskipun terjadi dorongan pasar berupa kenaikan permintaan dan
kenaikan harga, maka dorongan ini hanya direspon dengan penambahan luas tebangan sampai pada jatah tebangan yang telah ditentukan.
Tabel 4. Hasil Estimasi Persamaan Luas Tebangan Hutan Alam di Indonesia Tahun 2005
Peubah Koefisien
P-value Elastisitas
Jk Pendek Jk. Panjang
Total Permintaan Kayu Bulat QDKBA 0.007
0.0024 0.217
0.880 Harga kayu bulat alam RPKBA
44.966 0.0471
0.143 0.581
Dana reboisasi RDRBS -0.015
0.6038 -0.018
-0.073 Iuran hasil hutan riil RIHH
-0.187 0.1469
-0.068 -0.277
Upah riil UPAH -0.011
0.0691 -0.002
-0.007 Suku bunga INTR
-0.114 0.9539
-0.003 -0.013
Luas Tebangan HA sebelumnya 0.754
0.0001
Dari Tabel 4 juga terlihat bahwa respon negatif oleh kenaikan tingkat upah ternyata sangat kecil, dimana dengan kenaikan upah 1 hanya mengakibatkan
penurunan luas tebangan sebesar 0.002 pada jangka pendek, dan sebesar 0.007 pada jangka panjang. Hal ini mungkin disebabkan karena perluasan
tebangan akan mengakibatkan penambahan jaringan jalan sarad dan jalan angkutan kayu yang dalam biaya eksploitasi hutan merupakan komponen biaya
terbesar, yaitu antara 30-60 Ellias, 2008, sehingga pengaruh komponen upah per satuan luas tebangan menjadi kurang signifikan.
5.2.2. Luas Tebangan Hutan Tanaman