Teori Belajar KAJIAN TEORI

dalam berbagai aspek kehidupan. Sehingga tampak pada diri individu penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan kecakapan dasar. Melalui pembelajaran IPS diharapkan akan terjadi berbagai perubahan yang terjadi pada siswa sebagai proses dan hasil pembelajaran berupa kecakapan yang membekali siswa setelah mengikuti proses pembelajaran yaitu meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.

2.1.3. Teori Belajar

Dalam perancangan maupun pelaksanaan pembelajaran diperlukan teori pembelajaran yang menjadi dasar agar kompetensi yang diharapkan dapat tercapai secara maksimal. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Lapono, dkk 2008:3-34 yang menjelaskan bahwa teori belajar adalah adalah teori yang mendasari dalam pelaksanaan proses belajar agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai secara optimal. menyebutkan terdapat empat jenis teori belajar yang dikemukakan oleh para ahli yakni: 1 teori belajar behaviorisme; 2 teori belajar kognitivisme; 3 teori belajar konstruktivisme; 4 teori belajar humanisme. Adapun teori belajar yang menjadi dasar dalam penelitian sebagai berikut: a Teori kognitivisme Lapono 2008:3-7 menjelaskan bahwa teori belajar kognitivisme mengakui pentingnya faktor individu dalam belajar tanpa meremehkan faktor eksternal atau lingkungan. Dalam teori kognitivisme, belajar merupakan interaksi antara individu dan lingkungan, dan hal itu terjadi terus-menerus sepanjang hayatnya. Peserta didik memproses informasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Model ini menekankan pada bagaimana informasi diproses. b Teori konstruktivisme Rifai’i dan Anni 2009:137-140 menjelaskan bahwa belajar adalah menciptakan makna dan pengalaman. Otak menyaring input dari dunia luar untuk menghasilkan realitas dunia itu sendiri. Siswa membangun interpretasi personal terhadap dunia luar berdasarkan atas pengalaman individual dan interaksi. Faktor yang mempengaruhi belajar yaitu antarsiswa dan lingkungan saling berinteraksi untuk menciptakan makna, pentingnya konteks, isi, pengetahuan harus dipasangkan dengan situasi dimana pengetahuan itu terjadi, belajar terjadi dalam setting yang realistis, dan belajar harus terdiri dari aktivitas, konsep dan budaya. Tokoh yang berperan dalam teoori konstruktivisme adalah Jean Piaget dan vygotsky. Piaget dalam Burhanudin dan Wahyuni; 2012:123 menjelaskan tahap perkembangan individu yakni: 1. Tahap sensorimotor usia 0-2 tahun pada tahap ini, intelegensi anak lebih didasarkan pada tindakan inderawi anak terhadap lingkungannya, seperti melihat, meraba, menjamak, mendengar, membau dan lain-lain. 2. Tahap praoperasional usia 2 –7 tahun hal ini ditandai dengan anak mulai mempresentasikan dunia dengan kata dan gambar. 3. Tahap operasional konkrit usia 7-12 tahun pada tahap ini anak dapat berpikir secara logis mengenai peristiwa-peristiwa yang konkret dan mengklasifikasikan benda-benda ke dalam bentuk yang berbeda. 4. Tahap operasional formal usia 11-15 tahun pada tahap ini anak berpikir dengan cara lebih abstrak. Pembelajaran harus disusun dengan membangun model pembelajaran pengetahuan, meningkatkan kerjasama, dan mendesain lingkungan yang autentik. Dalam teori belajar ini peran guru adalah: 1 mengajar siswa bagaimana membangun makna; 2 memonitor dan selalu mempengaruhi bangunan mereka; 3 mengarahkan dan mendesain pengalaman bagi siswa sehingga autentik, konteks yang relevan yang dialami. Peranan guru hanya sebagai fasilitator atau pencipta kondisi belajar yang memungkinkan peserta didik secara aktif mencari informasi sendiri, mengasimilasi dan mengadaptasi informasi sendiri, dan mengkotruksinya menjadi pengetahuan yang baru berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki masing-masing. Dengan kata lain, dalam pembelajaran kontruktivisme peserta didik memegang peran kunci dalam mencapai kesuksesan belajarnya, sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator. Dalam penelitian ini, subyek penelitian yakni siswa kelas IVA SD Sampangan 02 berada dalam tahap operasional konkrit usia 7-12 tahun yakni anak dapat berpikir secara logis mengenai peristiwa-peristiwa yang konkret. dalam penelitian sesuai dengan tahap operasional konkrit siswa akan memproses informasi yanag diajarkan guru kemudian menghubungkan dengan pengetahuan baru dan pengetahuan yang telah ada sebelumnya, sehingga terbentuk pengalaman baru di dalam diri siswa. Siswa membangun interpretasi personal terhadap dunia luar berdasarkan atas pengalaman individual dan interaksi dalam lingkungan belajar. Oleh sebab itu teori ini sangat sesuai dalam penelitian peningkatan kualitas pembelajaran IPS di SDN Sampangan 02 Kota Semarang. c Teori Belajar Humanisme Burhanudin dan Wahyuni 2012:142 menjelaskan bahwa teori belajar humanisme memandang kegiatan belajar merupakan kegiatan yang melibatkan potensi psikis yang bersifat kognitif, afektif dan psikomotorik. Menurut pendidik humanisme, hendaknya guru lebih menekankan nilai kerja sama, saling membantu dan menguntungkan, kejujuran dan kreativitas untuk diaplikasikan dalam proses pembelajaran. Aktivitas siswa dalam pembelajaran ini yaitu mengarahkan dirinya sendiri, sekaligus memotivasi diri sendiri dalam belajar daripada sekadar menjadi penerima pasif dalam proses belajar. Dengan kata lain, pendekatan teori humanistik dalam pembelajaran menekankan pentingnya emosi atau perasaan, komunikasi yang terbuka dan nilai-nilai yang dimiliki oleh setiap siswa. Sehingga tujuan yang ingin dicapai dalam proses belajar itu tidak hanya dalam domain kognitif saja, tetapi juga bagaimana siswa menjadi individu yang bertanggung jawab, penuh perhatian terhadap lingkungan, mempunyai kedewasaan sosial dan spiritual. Berdasarkan paparan teori belajar, teori belajar yang digunakan dalam pembelajaran mendasari dan sangat penting dalam pelaksanaan proses belajar agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai secara optimal. Dalam pembelajaran IPS melalui model pembelajaran Quantum Teaching berbasis media flashcard, pembelajaran didasari teori belajar: 1 kognitivisme, 2 konstruktivisme dan 3 humanisme. Karena dalam pembelajaran IPS menggunakan model pembelajaran quantum teaching dengan media pembelajaran flashcard, siswa akan membangun sendiri pengetahuannya meaningful learning dan mengembangkan sikap positif dalam dirinya berupa tingkah laku. Pembelajaran yang dirancang guru dan dilaksanakan sedemikian rupa oleh terjadi suatu interaksi pembelajaran yang menyenangkan dan tujuan pembelajaran dari IPS dapat tercapai dengan optimal.

2.1.4. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial IPS

Dokumen yang terkait

IMPLEMENTASI MODEL QUANTUM TEACHING DENGAN MEDIA FLASHCARD UNTUK MENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS PADA SISWA KELAS VA SDN WATES 01 SEMARANG

0 16 346

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL QUANTUM TEACHING DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS V SDN KARANGANYAR 01 SEMARANG

0 20 251

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN Think Pair Share PADA SISWA KELAS VB SDN SAMPANGAN 02 KOTA SEMARANG

1 8 243

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL QUANTUM TEACHING DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS V SDN PUDAKPAYUNG 02 KOTA SEMARANG

0 16 294

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS IVA SDN WONOSARI 02 SEMARANG

0 18 265

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL PROBLEM SOLVING BERBASIS MULTIMEDIA PADA SISWA KELAS IVA SDN GISIKDRONO 03 KOTA SEMARANG

0 3 274

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL NUMBERED HEADS TOGETHER BERBANTUAN MEDIA KOMIK PADA SISWA KELAS IVA SDN SAMPANGAN 02 SEMARANG

0 6 363

Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS melalui model Example Non Example pada Siswa Kelas IVA SDN Karangayu 02 Kota Semarang

0 13 266

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL QUANTUM TEACHING BERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS IVA SDN TAMBAKAJI 04 KOTA SEMARANG

0 5 308

IMPLEMENTASI MODEL QUANTUM TEACHING DENGAN MEDIA FLASHCARD UNTUK MENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS PADA SISWA KELAS VA SDN WATES 01 SEMARANG.

0 0 346