keterampilan kerja sama dan kolaboratif, dan juga keterampilan – keterampilan
tanya jawab.
2.2.4 Manfaat Metode Cooperative Learning
Penerapan metode cooperative learning terrnyata dapat memberikan manfaat yang besar apabila dilaksanakan secara terstruktur dan direncana dengan
baik, metode cooperative learning tidak hanya menitik beratkan pada kerja kelompoknya melainkan pada strukturnya. Adapun manfaat dari metode
cooperative learning menurut Saputra Rudyanto dalam Nurmawati, 2013: 33- 34 sebagai berikut:
1. Mampu mengembangkan aspek moralitas dan interaksi sosial peserta didik karena melalui metode cooperative learning, anak memperoleh kesempatan
yang lebih besar untuk berinteraksi dengan orang lain. 2. Mampu mempersiapkan siswa untuk belajar bagaimana caranya mendapatkan
berbagai pengetahuan dan informasi sendiri, baik dari guru, teman, bahan- bahan pelaaran ataupun sumber-sumber belajar lain.
3. Meningkatkan kemampuan siswa untuk dapat bekerja sama dengan orang lain dalam sebuah tim karena di era globalisasi, kemampuan individu bukanlah
yang terpenting dalam mencapai tujuan dan keberhasilan suatu usaha. 4. Membentuk anak menjadi pribadi yang terbuka dan menerima perbedaan
yang terjadi karena dalam cooperative learning, kerja sama yang dilakukan tidak mendapatkan perbedaan ras, agama ataupun status sosial.
5. Membiasakan anak untuk selalu aktif dapat kreatif dalam mengembangkan analisisnya.
Cooperative learning dapat mengembangkan dan meningkatkan kualitas hubungan interpersonal, hal ini terlihat dari beberapa manfaat dari cooperative
learning yang mencerminkan perilaku-perilaku dari hubungan interpersonal antara lain, melatih anak dalam berinteraksi dan bekerjasama dengan sesama teman,
memberi manfaat bagi anak tentang cara mendapatkan berbagai macam pengetahuan dan juga membiasakan anak untuk berfikir aktif dan kreatif,
membentuk anak menjadi pribadi yang terbuka dan menerima perbedaan yang terjadi.
2.2.5 Teknik
– Teknik dalam Metode Cooperative Learning
Walaupun prinsip dasar cooperative learning tidak berubah, terdapat beberapa teknik dari metode ini. Teknik-teknik ini antara lain :
1. Teknik Student Teams Achievement Division STAD Tipe ini dikembangkan Slavin, dan merupakan salah satu tipe kooperatif
yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna
mencapai prestasi yang maksimal. Pada proses pembelajarannya, belajar kooperatif tipe STAD melalui lima tahapan menurut Slavin dalam Trianto, 2013:
72 yang meliputi: a. Tahap penyajian materi : guru memulai dengan menyampaikan indikator yang
harus dicapai hari itu dan memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang materi yang akan dipelajari.
b. Tahap kegiatan kelompok : pada tahap ini setiap siswa diberi lembar tugas sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok siswa saling
berbagi tugas, saling membantu memberikan penyelesaian agar semua anggota kelompok dapat memahami materi yang dibahas, dan satu lembar
dikumpulkan sebagai hasil kerja kelompok, pada tahap ini guru berperan sebagai fasilitator dan motivator kegiatan tiap kelompok.
c. Tahap tes individual : yaitu untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar yang telah dicapai, diadakan tes secara individual, mengenai materi
yang telah dibahas. d. Tahap penghitungan skor perkembangan individu : dihitung berdasarkan skor
awal. Penghitungan perkembangan skor individu dimaksudkan agar siswa terpacu untuk memperoleh prestasi terbaik sesuai dengan kemampuannya.
e. Tahap pemberian penghargaan kelompok : perhitungan ini dilakukan dengan cara menjumlahkan masing
– masing perkembangan skor individu dan hasilnya dibagi sesuai jumlah anggota kelompok.
Trianto 2013: 73 menjelaskan dari tinjauan tentang pembelajaran kooperatif tipe STAD ini menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD
merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang cukup sederhana. Dikatakan demikian karena kegiatan pembelajaran yang dilakukan masih dekat kaitannya
dengan pembelajaran konvensional. Hal ini dapat dilihat pada fase 2 dari fase –
fase pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu adanya penyajian informasi atau materi pelajaran. Perbedaan model ini dengan model konvensional terletak pada
adanya pemberian penghargaan pada kelompok.
2. Teknik JIGSAW Metode Jigsaw pertama kali dikembangkan oleh Aronson dalam Huda,
2011: 120. Dalam metode Jigsaw, siswa ditempatkan dalam kelompok –
kelompok kecil yang terdiri 5 – 6 anggota. Setiap kelompok diberi informasi yang
membahas salah satu topik dari materi pelajaran mereka saat itu. Dari informasi yang diberikan pada setiap kelompok ini, masing
– masing anggota harus mempelajari bagian
– bagian yang berbeda dari informasi tersebut. Setelah mempelajari informasi tersebut dalam kelompoknya masing
– masing, setiap anggota yang mempelajari bagian
– bagian ini berkumpul dengan anggota
– anggota dari kelompok – kelompok lain yang juga menerima bagian – bagian materi yang sama. Jika anggota 1 dalam kelompok A mendapatkan tugas
mempelajari alur, maka ia harus berkumpul dengan siswa 2 dalam kelompok B dan siswa 3 dalam kelompok C begitu seterusnya yang juga mendapatkan tugas
mempelajari alur. Perkumpulan siswa yang memiliki bagian informasi yang sama ini dikenal dengan istilah “kelompok ahli” expert group. Dalam kelompok ahli
ini masing – masing siswa saling berdiskusi dan mencari cara terbaik bagaimana
menjelaskan bagian informasi itu kepada teman – teman satu kelompoknya yang
semula. Setelah diskusi selesai, semua siswa dalam kelompok ahli ini kembali ke kelompoknya yang semula, dan masing
– masing dari mereka mulai menjelaskan bagian informasi tersebut kepada teman
– teman satu kelompok Huda, 2011: 121.
Jadi, dalam metode cooperative learning teknik Jigsaw, siswa bekerja kelompok selama dua kali, yakni dalam kelompok mereka sendiri dan dalam
kelompok ahli. Setelah masing – masing anggota menjelaskan bagiannya masing
– masing kepada teman – teman satu kelompoknya, mereka mulai bersiap untuk diuji.
Metode cooperative learning teknik Jigsaw mempunyai karakteristik yaitu: mengembangkan rasa tanggung jawab, mengembangkan komunikasi
antarpribadi, mengembangkan rasa percaya diri, mengembangkan kemampuan menganalisis masalah, mengembangkan kerja sama dan mengembangkan sikap
suportif. Metode cooperative learning teknik Jigsaw Mempunyai keunggulan
yaitu: cocok untuk semua kelastingkatan, bisa digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, atau berbicara. Juga dapat digunakan dalam
beberapa mata pelajaran, belajar dalam suasana gotong-royong mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan
berkomunikasi. Berikut adalah ilustrasi pembelajaran Jigsaw menurut Arends
http:akhmadsudrajat.wordpress.com20080731cooperative-learning-teknik- JigsawModel20Pembelajaran20Kooperatif.html
,
akses 20 Mei 2013 :
Kelompok Asal
Kelompok Ahli Gambar 2.1 Ilustrasi kelompok Jigsaw
3. Teknik Numbered Head Together NHT NHT atau penomeran berfikir bersama merupakan teknik dari metode
cooperative learning yang dirancang untuk mempengarui pola interaksi siswa dan sebagai alternatif struktur kelas tradisional. NHT pertama kali dikembangkan oleh
Spenser Kagen dalam Trianto, 2013: 82 untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan pemahaman
mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Saat mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur empat fase sebagai NHT :
a. Fase 1 : Penomeran, dalam fase ini guru membagi siswa ke dalam kelompok tiga sampai lima siswa dan setiap anggota kelompok diberi nomor antara satu
sampai lima. b. Fase 2 : Mengajukan Pertanyaan, guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada
siswa. Pertanyaan dapat bervariasi, dapat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya.
c. Fase 3 : Berfikir Bersama, siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui
jawaban tim. d. Fase 4 : Menjawab, guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa
yang nomornya sesuai mengajungkan tangan dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.
Dari beberapa uraian teknik-teknik cooperative learning diatas dapat disimpulkan bahwa semua teknik-teknik diatas mempunyai tujuan yang hampir
sama antara satu dengan yang lainnya yaitu untuk meningkatkan prestasi secara akademik, meningkatkan hubungan dan interaksi antara sesama teman, dan untuk
melatih anak supaya lebih aktif, kretif dan mandiri.
2.2.6 Unsur Penting Metode Cooperative Learning