PENERAPAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS III SDN WINONGO TIRTONIRMOLO, BANTUL, YOGYAKARTA.

(1)

i

PENERAPAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW UNTUKMENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS

III SDN WINONGO TIRTONIRMOLO BANTUL TAHUN AJARAN 2014/2015

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas IlmuPendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

guna Memperoleh Gelar Sarjana

Oleh Lusi Safiana NIM 11108249014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v MOTTO

“ Man jaddah wajadah, selama kita bersungguh-sungguh, maka kita akan memetik buah yang manis dan jangan pernah takut menghadapi tantangan, terkadang kegagalan bisa menjadi langkah awal kesuksesan jika masih mau mencoba,segala keputusan hanya ditangan kita sendiri, ingat ! percaya diri insha Allah kita mampu


(6)

vi

PERSEMBAHAN Karya tulis skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Pertama sekali saya ucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya saya masih diberikan kesehatan, rizki, dan keselamatan sehingga saya dapat menyelesaikan sekripsi ini dengan baik.

2. Untuk Ayah Ahamin dan Ibu Rusima tercinta. 3. Agama, Nusa, dan Bangsa.


(7)

vii

PENERAPAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS

III SDN WINONGO TIRTONIRMOLO, BANTUL, YOGYAKARTA.

Oleh LusiSafiana 11108249002

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPS dengan menggunakan metode cooperative learning tipe jigsaw kelas III SD Negeri Tirtonirmolo, Bantul Yogyakarta.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) model Kemmisdan Mc. Taggart. Penelitian ini dilaksanakan pada semester II tahunajaran 2014/2015 dalam dua siklus setiap siklus ada dua pertemuan. Setiap pertemuan terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian ini siswa kelas III SDN Winongo yang berumlah 20 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes, observasi,dan catatan lapangan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi dan tes. Teknik analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa hasil belajar IPS siswa kelas III SD Negeri Winongo Tirtonirmolo, Bantul Yogyakarta meningkat setelah diterapkan metode cooperative learning tipe jigsaw. Hasil belajar yang diproleh siswa dari pra tindakan, siklus I, ke siklus II berturut-turut adalah 61,55, 66,9, 83,25. Jumlah siswa yang belum mencapai KKM dari pra tindakan, siklus I, ke siklus II berturu-turut sebesar (40%), (70%), (90). Hasil belajar pada siklus II meningkat setelah refleksi siklus I dilakukan perbaikkan pada siklus II. Pada siklus II guru melakukan kegiatan apersepsi, membimbing siswa dalam berdiskusi, memotivasi siswa agar berani dalam mengemukakan pendapatnya dan memberikan tindak lanjut berupa tugas rumah.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah atas SWT atas segala limpahan berkat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi yang berjudul “Penerapan Metode Cooperatif Learning Type Jigsaw Untuk Meningkatkan HasilBelajar IPS Pada SiswaKelas III SD Negeri Winongo Tirtonirmolo, Bantul Yogyakarta”.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi sebagai persyaratan guna memproleh gelar Sarjana Pendidikan. Tentu tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak mungkin berhasil disusun. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk menuntun ilmu dikampus FIP Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan berbagai kemudahan.

3. Terimakasih kepada Ibu Hidayati, M. Hum, pembimbing skripsi yang dengan kesabaran penuh perhatian dan tempat bercerita setiap masalah yang berhubungan dengan peneliti telah membimbing peneliti sampai penulisan skripsi ini terselesaikan dengan baik.

4. Sumaryatun M. Pd. Kepala Sekolah Winongo Tirtonirmolo yang telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian.


(9)

ix

5. Ibu Pujimilaningsi, S E. wali kelas III Winongo Tirtonirmolo yang telah memberikan bimbingan dan saran yang bermanfaat.

6. Seluruh staf dan Siswa Kelas III SD Winongo Tirtonirmolo yang telah bersedia sebagai subjek dalam penelitian.

7. Terimakasih kepada Ayah saya tercinta Ahamin dan Ibundasaya Rusima tercinta yang selalu memberikan doa dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi.

8. Bapak dan Ibu Asrama yang selalu memberikan bimbingan dan dukungan.

9. Terimakasih untuk paman tercinta Ardiansyah dan Amir Hamzah, Zakaria, Karim, Rahim, yang telah banyak memberikan bantuan dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.

10.Terimakasih untuk Abang dan Kakak penulis Muhammad Rizal, Mariani, Juliar, dan Yulisa yang selalu mendoa kan peneliti untuk tetap semangat dalam menempu segala tantangan di perkuliahan.

11.Sahabat PPGT 2011 dan adik-adik PPGT 2012 yang selalu memberikan motivasi dalam penulisan skripsi ini.

12.Kepada Urbanus dan Trifena Keke Kojong, Maria Nainggolan, Sangkani Dewi, Sufance Anaci Niab, Maria Yohanesti Gola Nuhan, Siti Fajaria Golu, Elsa Monita, Sesiliya kendari Niron, Nova Srimulyani, Yuri Karmila, Lelis Marita, Rusiana, Otriana, Dian Sulastri Betan, Marlin, Rini,Febrika, dan Yublina Kuanaben yang selalu memberikan perhatian dan


(10)

(11)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN ... ii

PERNYATAAN ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Batasan Masalah... 8

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian tentang Pembelajran IPS di SD ... 10

B. Kajian tentang Hasil Belajar ... 15

C. Kajian Metode Cooperatif Learning Tipe Jigsaw ... 27

D. Kajian tentang Karakteristik Anak SD ... 37


(12)

xii

F. Hipotesis Tindakan... 43

G. Definisi Oprasional Variabel ... 43

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 45

B. Desain Penelitian ... 46

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 49

D. Subjek dan Objek Penelitian ... 49

E. Teknik Pengumpulan Data ... 50

F. Instrument Penelitian ... 51

G. Teknik Analisis Data ... 54

H. Kriteria Ketuntasan ... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 56

1. Deskripsi Lokasi penelitian ... 56

2. Deskripsi Subyek penelitian ... 58

3. Deskripsi Data Awal Siswa Pra Siklus ... 59

4. Hasil Observasi Siklus I ... 60

5. Refleksi Siklus I ... 74

6. Hasil Observasi Siklus II ... 78

7. Refleksi Tindakan Siklus II ... 88

B. Pembahasan ... 92

C. Keterbatasan ... 95

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 96

B. Saran ... 97

DAFTAR PUSTAKA ... 98


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.Nilai Rata-rata Ujian Tengah Semester 1 Kelas III Winongo

Tahun Ajaran 2014/2015 ... 3

Tabel 2.SK dan KD IPS Kelas III SD ... 1

Tabel 3.Kisi-kisi Lembar Observasi Guru dalam Menerapkan Metode Cooperative Learning Type Jigsaw pada pembelajaran IPS ... 53

Tabel 4.Kisi-kisi Lembar Observasi Siswa Pada Pembelajaran IPS dengan Metode Cooperative Learning Type Jigsaw ... 53

Tabel 5.Kisi-kisi soal Tes Siklus 1 Mata Pelajaran IPS Kelas III Semester II ... 54

Tabel 6.Jumlah Siswa Kelas III SDN WinongoTahunajaran 2014/2015 ... 58

Tabel 7.Data jumlah siswa awal Prasiklus ... 60

Tabel 8.Rincian waktu pelaksanaan penelitin di kelas III semester II SDN Winongo tahun ajaran 2014/2015 ... 60

Tabel 9.Data belajar hasil siklus I ... 72

Tabel 10.Daftar nilai perbandingan hasil belajar pra siklus dan siklus I ... 73

Tabel 11.Perbandingan hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I pertemuan I dengan siklus I pertemuan II ... 77

Tabel 12.Refleksi aktivitas Guru dansiswa ... 78

Tabel 13. Data hasil belajar siklus II ... 86


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar1.Contoh Dalam Jigsaw... 35

Gambar2.PTK Model Kemmis & MC. Targgart ... 47

Gambar3.Guru Menjelaskan Tugas Setiap Kelompok... 64

Gambar4.Kelompok Ahli Mempresentasikan Hasil Kelompok ... 65

Gambar5.Siswa Memberikan Komentar Kepada Kelompok Presentasi... 65

Gambar6.Siswa Mengerjakan Evaluasi ... 66

Gambar7.Guru Memberi Materi Pelajaran ... 68

Gambar8.Guru Menjelaskan Tugas Tiap Kelompok ... 69

Gambar9.Kelompok Ahli Mendiskusikan Sub Bab Kekelompok Baru ... 70

Gambar10.Siswa Mengajar Teman Satu Tim ... 70

Gambar11. Tim Ahli Mempresentasikan Hasil DiskusiKelompok ... 71

Gambar12. Siswa Bertanya Mengenai Materi yang belum dipahami... 71

Gambar13. Siswa Mengerjakan Evaluasi ... 71

Gambar14.Diagram Hasil Belajar SiklusI... 73

Gambar15. Guru Membagi Pokok Bahasan Kepada Tiap Kelompok ... 80

Gambar 16.Siswa Melakukan Diskusi Kelompok ... 81

Gambar 17.Siswa Mempresentasikan Hasil Diskusi Kelompok... 81

Gambar 18.Bertanya Tentang Materi yang belum dipahami ... 82

Gambar 19.Siswa Mengerjakan Evaluasi ... 83

Gambar 20. Diagram Hasil Belajar Siklus II ... 86


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampira1. Perangkat Pembelajaran ... 101

Lampiran2. Instrumen Penelitian ... 109

Lampiran3. Hasil Penelitian ... 111


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Ilmu pengetahuan sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial dan humaniora, yaitu: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya.Tujuan pendidikan IPS secara umum pada tingkat SD untuk membekali peserta didik dalam bidang pengetahuan sosial. Sedangkan secara khusus salah satu tujuan pendidikan IPS di SD adalah untuk mengembangkan pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai dengan perkembangan kehidupan, masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi (Ahmad Susanto, 2014: 31).

Pembelajaran IPS yang terjadi di SD berusaha membantu siswa dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi, sehingga akan menjadikannya semakin mengerti dan memahami lingkungan sosial masyarakatnya. Cleaf (Ahmad Susanto 2014: 35). IPS dibelajarkan di SDN Winongo, dimaksudkan agar siswa menjadi manusia dan warga negara yang baik, seperti yang diharapkan oleh dirinya, orang tua, masyarakat dan agama.

Wina Sanjaya (2013: 52) mengemukakan bahwa guru adalah komponen yang sangat menentukan dalam implementasi suatu strategi pembelajaran. Keberhasilan implementasi suatu strategi pembelajaran akan tergantung pada kepiawaian guru dalam menggunakan metode, teknik, dan taktik pembelajaran. Diyakini, setiap guru akan memiliki pengalaman, pengetahuan, kemampuan, gaya, dan bahkan pandangan yang


(17)

2

berbeda dalam mengajar. Guru dalam proses pembelajaran memegang peran yang sangat penting. Peran guru, apalagi untuk siswa pada usia pendidikan dasar, sebab siswa adalah organisme yang sedang berkembang yang memerlukan bimbingan dan bantuan orang dewasa.

Dalam proses pembelajaran, guru tidak hanya berperan sebagai model atau teladan bagi siswa yang diajarnya, tetapi juga sebagai pengelola pembelajaran. Dengan demikian, efektivitas proses pembelajaran terletak dipundak guru. Oleh karenanya, keberhasilan suatu proses pembelajaran sangat ditentukan oleh kualitas atau kemampuan guru.

Sudjana (2000: 35) mengemukakan bahwa kualitas pendidikan dapat diketahui dari dua hal, yaitu : kualitas proses dan produk. Suatu pendidikan berlangsung secara efektif dan peserta didik mengalami proses pembelajaran dikatakan berkualitas apabila Proses Belajar Mengajar dapat bermakna. Sedangkan, pendidikan disebut berkualitas produk apabila peserta didik menunjukkan tingkat penguasaan yang tinggi terhadap tugas-tugas belajar sesuai dengan sasaran dan tujuan pendidikan. Hal ini dapat dilihat pada hasil belajar yang dinyatakan dalam proses akademik.

Dari hasil pengamatan dan pengalaman peneliti dalam melakukan observasi, serta hasil wawancara dengan guru kelas 3 di SD Negeri Winongo Tirtonirmolo, Bantul Yogyakarta, diperoleh fakta-fakta berikut ini bahwa nilai IPS siswa yang paling rendah dengan nilairata-rata 61,25 sebanyak 12 siswa dari jumlah 20 siswa kelas 3, siswa yang telah


(18)

3

mencapai KKM sebanyak 8 siswa, sedangkan KKM yang di tetapkan di sekolah dengan nilai 65.Sebagian besar siswa tidak menyukai mata pelajaran IPS karena metode yang digunakan kurang bervariasi dan metode yang digunakan kurang menarik perhatian siswa dalam mengikuti pelajaran IPS sehingga cenderung membosankan bagi siswa. Hal ini dapat membuat siswa kurang memahami materi IPS yang sebenarnya.

Hasil belajar IPS dari tahun ke tahun mengalami penurunan dan berada dalam peringkat terendah jika dibandingkan dengan mata pelajaran lain. Perbandingan tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 1.Nilai Ujian Rata-Rata Ujian Tengah Semester 1 Kelas III Winongo Tahun Ajaran 2013 s/d 2014

No Mata Pelajaran Rata-rata

1. Bahasa Indonesia 75, 25

2. Matematika 65, 55

3. PKn 68, 57

4. IPA 72, 78

5. IPS 61, 25

Sumber : Dokumentasi Guru

Berdasarkan hasil belajar IPS siswa pada ujian tengah semerter tahun ajaran 2013 s/d 2014 di Sekolah Dasar Negeri Winongo nilai rata-rata pelajaran IPS lebih rendah dibandingkan dengan mata pelajaran yang lainnya. Hal ini dikarenakan saat guru menerangkan, siswa mencari kesibukan yang lain. Siswa belum mampu mengemukakan idenya, walaupun ada siswa yang aktif hanya sebagian dari mereka. Sedangkan yang lainnya tidak menunjukkan keantusiasan terhadap materi pelajaran IPS.


(19)

4

Kurangnya tingkat motivasi belajar akan berpengaruh terhadap hasil belajar dalam mata pelajaran IPS di karenakan akibat timbul adanya rasa bosan dan jenuh. Akibatnya adalah tidak ada minat dan motivasi peserta didik untuk belajar. Dalam hal ini sudahtentu peran guru sangat penting. Guru melakukan usaha-usaha untuk dapat menumbuhkan dan memberikan motivasi agar anak didiknya melakukan aktivitas belajar dengan baik. Hasil belajar akan menjadi optimal, kalau ada motivasi. Kegagalan belajar peserta didik jangan dipermasalahkan dari pihak siswa saja, sebab mungkin saja guru belum berhasil dalam memberikan motivasi yang mampu membangkitkan semangat dan kegiatan peserta didik untuk berbuat/belajar.Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa. Peranan motivasi adalah menumbuhkan semangat dan merasa senang di saat belajar.

Siswa kurang aktif dalam pembelajaran IPS karena di saat proses pembelajaran yang di lakukan oleh guru mementingkan menghafal bahkan dalam pencapaian materi biasanya guru menggunakan metode ceramah, yang dalam pelaksanaanya siswa hanya duduk, mencatat dan mendengarkan apa yang disampaikan guru dan sedikit peluang bagi siswa untuk bertanya. Dengan demikian suasana dalam belajar menjadi tidak kondusif sehingga siswa menjadi pasif. Peningkatan belajar siswa ini diperlukan guru kreatif yang dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan di sukai oleh peserta didik.


(20)

5

Guru belum menerapkan metode cooperatve learning tipe jigsaw dalam pembelajaran karena guru masih menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk menjadi kreatif dan inovatif dalam merancang metode-metode pembelajaran yang mampu membuat siswa aktif. Tujuannya agar metode pembelajaran yang dipilih dapat mencapai hasil yang hendak dicapai.

Ditambah lagi lingkungan sekolah yang bising, dan tidak nyaman karena SD Negeri Winongo berada dipinggir jalan sehingga suasana tersebut mengganggu konsentrasi belajar siswa. Kepasifan siswa dalam belajar merupakan pertanda tidak baik dalam proses pembelajaran, sehingga siswa menjadi malas belajar dan malas berpikir.

Model pembelajaran Cooperative LearningTypeJigsawsangat diperlukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS.Dalam hal ini peneliti memilih model pembelajaran ini yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi antara siswa untuk saling bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar dan diarahkan oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Miftahul Huda (2013: 204) mengemukakan bahwa model pembelajaran Cooperative Learning dengan TypeJigsaw perlu dipahami guru terlebih dahulu agar dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif


(21)

6

dalam meningkatkan hasil pembelajaran.Untuk itu peran guru dalam pembelajaran perlu ditingkatkan. Metode cooperative learning type jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar IPS karena dapat mengembangkan kerja tim atau kerja sama dalam menyelesaikan tugas siswa secara berkelompok. Cooperative Learning sebagai fasilitator, moderator, organisator, dan mediator. Kondisi ini membuat peran dan fungsi siswa terlihat dengan keterlibatan semua siswa akan dapat memberikan suasana aktif dan pembelajaran terkesan demokratis, dan masing-masing siswa punya peran dan akan memberikan pengalaman belajarnya kepada siswa lain.

Kelebihan dari tipe jigsaw adalah dapat meningkatkan motivasi belajar dan bisa digunakan dalam pelajaran membaca, menulis, mendengarkan, berbicara, dan cocok untuk semua kelas/tingkatan.Metode cooperative tipe jigsaw dapat mengajarkan bagaimana bekerjasama dalam kelompok serta dapat menerimah perbedaan individu.Melalui metode cooperative learning type jigsaw dapat membentuk karakteristik anak SD dengan meningkatkan keterampilan berkomunikasi, kerjasama antar teman dan membentuk tingkah laku serta kebiasaan yang baik.

Roger, dkk (1992:29) menyatakan bahwa pembelajaran cooperatif learning merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus di dasarkan pada perubahan informasi secara sosial di antara kelompok-kelompok pembelajar yang di dalamnya setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya


(22)

7

sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain.

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan program pendidikan pada tingkat pendidikan dasar dan menegah yang banyak diperhatikan.Oleh karena itu, untuk melatih agar anak memiliki kecakapan-kecakapan terhadap materi perlu diadakan latihan-latihan melalui penerapan metode cooperatif learningtipejigsaw. Metode ini digunakan dengan tujuan agar peserta didik tidak merasa bosan, jemu dan jenuh, serta hasil belajar peserta didik meningkat terutama pada pokok bahasan masalah sosial.

Dengan dasar pemikiran di atas maka peneliti terdorong mengadakan penelitian dengan judul “Penerapan Metode Cooperatif

LearningType Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Pada Siswa

Kelas III SD Negeri Winongo Tirtonirmolo, Bantul Yogyakarta. B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang telah tergambar permasalah yang timbul dalam penelitian ini, masalah yang mungkin timbul adalah :

1. Hasil belajar IPS siswa rendah dibanding dengan mata pelajaran lain. 2. Kurangnya motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran IPS.

3. Siswa kurang aktif dalam pembelajaran IPS, karena pembelajaran masih berpusat pada guru( teacher centered ).

4. Guru belum menerapkan penggunaan metode Cooperative Learning Tipe Jigsaw dalam pembelajaran IPS kelas III di SD.


(23)

8 C. Batasan Masalah

Suatu penelitian tanpa ketidakjelasan pembatasan dan fokus masalah yang akan diteliti menyebabkan penelitian tidak terarah. Agar penelitian ini mencapai sasaran, peneliti membatasi masalah yang hendak diteliti. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya prestasi belajar IPS pada siswa kelas III SD Negeri Winongo dan kurang bervariasinya metode yang dilakukan dalam proses pembelajaran.

D. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana upaya peningkatan hasil belajar IPS dengan menggunakan metode cooperative learning type jigsawpada siswa kelas III SD Negeri Winongo Tirtonirmolo, Bantul Yogyakarta”.

E. Tujuan Penelitian

1. Memperbaiki proses pembelajaran IPS dengan menggunakan pembelajaran cooperative learning type jigsaw.

2. Meningkatkan hasil belajar IPS dengan menggunakan pembelajaran cooperative learning type jigsaw.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini dapat dikemukakan dari segi : 1. Siswa

Bagi siswa untuk meningkatkan pemahaman terhadap konsep IPS dan membuat pembelajaran menjadi bermakna serta hasil belajar meningkat.


(24)

9 2. Guru

Bagi guru melakukan refleksi dan memperbaiki proses pembelajaran menjadi siswa aktif dan kreatif serta didiskusikan kepada guru lain. 3. Bagi peneliti

Sebagai bahan masukkan bagi peneliti selanjutnya, khususnya prodi PGSD FIP Universitas Negeri Yogyakarta tentang penggunaan metode-metode pembelajaran.

4. Lembaga

Sebagai bahan masukan bagi kepala sekolah untuk mengarahkan para guru menggunakan metode inovatif kreatif dalam pembelajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.


(25)

10 BAB II KAJIAN TEORI

A. Kajian tentang Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar 1. Pengertian IPS

Sapriya (2014: 11) IPS merupakan suatu ilmu yang mengkaji masalah-masalah sosial yang berkembang dalam kehidupan masyarakat.Jadi IPS adalah ilmu yang mempelajari masalah-masalah sosial.

Ahmad Susanto (2014: 6) mengemukakan bahwa IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial dan humaniora, yaitu sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hokum, dan budaya. Ilmu pengetahuan sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu sosial di atas.

Sapriya (2014: 20) mengemukakan bahwa IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTS/SMPLB.Pada jenjang SD mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi.Melalui mata pelajaran IPS siswa diharapkan dapat memahami sejumlah konsep dan melatih sikap, nilai, moral, dan keterampilannya berdasarkan konsep yang telah dimilikinya.

Ahmad Susanto (2014: 22) mengemukakan bahwa sifat IPS sama dengan studi sosial, yaitu praktis, interdisipliner, dan di ajarkan mulai dari


(26)

11

pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. IPS yang diajarkan pada pendidikan dasar menjadi pengantar mempelajari IPS/studi sosial maupun ilmu sosial.

Depdiknas (Ahmad Susanto 2014: 22) Kurikulum Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Sekolah Dasar tahun 2006 yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 22 tahun 2006 tanggal 23 Mei 2006, mempunyai karakteristik tersendiri karena kurikulum IPS yang mulai berlaku tahun ajaran 2006 itu tidak menganut istilah pokok bahasan, namun cukup simpel,yakni Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Hal ini jauh lebih sederhana dibandingkan dengan kurikulum sebelumnya dan jam pelajaran relatif lebih sedikit per minggunya. Kesemuanya ini memberikan peluang yang luas bagi guru sebagai pengembang kurikulum untuk berkreasi dalam pengembangan kurikulum yang mengacu pada pembelajaran IPS.

Kurikulum Pendidikan IPS SD tahun 2006 bersifat memberi rambu-rambu untuk kedalaman dan keluasan materi dalam mencapai kompetensi dasar yang diharapkan, di sini aspirasi setempat (muatan lokal) dapat dituangkan dalam proses pembelajaran IPS Terpadu.

Mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar berfungsi untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi dimasyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri


(27)

12

maupun yang menimpa masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program pelajaran IPS di sekolah diorganisasikan secara baik.

2. Tujuan dari Mata Pelajaran IPS

Ahmad Susanto (2014: 10) mengemukakan bahwa tujuan utama IPS adalah untuk membentuk dan mengembangkan pribadi warga Negara yang baik.Dengan demikian, tujuan pendidikan IPS adalah mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menguasai disiplin ilmu-ilmu sosial untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih tinggi.

Ahmad Susanto(2014: 15) mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran IPS dapat dikelompokkan kedalam enam komponen, yaitu: a. Memberikan pengetahuan tentang pengalaman manusia dalam

bermasyarakat pada masa lalu, sekarang, dan yang akan dating.

b. Mengembangkan keterampilan untuk mencari dan mengolah informasi.

c. Mengembangkan nilai sikap demokrasi dalam bermasyarakat.

d. Menyediakan kesempatan siswa untuk berperan serta dalam kehidupan sosial.

e. Ditujukan pada pembekalan pengetahuan, pengembangan berpikir kritis, melatih kebebasan keterampilan dan kebiasaan.

f. Ditujukan kepada peserta didik untuk mampu memahami hal yang bersifat konkret, realistis dalam kehidupan sosial.


(28)

13

Ahmad Susanto (2014: 13) mengemukakan tujuan pendidikan IPS pada tingkat Sekolah Dasar: (1) pengembangan kemampuan berpikir siswa, (2) pengembangan nilai dan etika, dan (3) pengembangan tanggung jawab dan partisipasi sosial. Tujuan di atas mengisyaratkan betapa pentingnya pendidikan IPS diberikan di jenjang Sekolah Dasar, sehingga diharapkan siswa dapat menjadi warga negara yang baik dan cerdas dalam kehidupan sosial masyarakat. Di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat.

Mulyono Tjokrodikaryo (1980 : 77) IPS bertujuan untuk mengajarkan macam-macam pengetahuan, sikap, keterampilan, apresiasi, pengertian dan sebagainnya, tidak untuk dihafal akan tetapi agar dapat digunakan atau ditransfer dalam kehidupan anak sehari-hari. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk pengembangan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Berdasarkan spesifikasi pengertian dan tujuan IPS di jenjang Sekolah Dasar tersebut, tampaklah bidang studi IPS merupakan bidang studi yang sangat penting. Untuk mencapai tujuan yang amat strategis tersebut tentu diperlukan upaya inovatif berupa media pembelajaran agar mempermudah proses pembelajaran di sekolah.

Dari berbagai definisi tentang pelajaran IPS maka dapat disimpulkan bahwa IPS merupakan salah satu disiplin ilmu yang


(29)

14

mengkaji secara keseluruhan masalah-masalah sosial yang ada pada masyarakat.

3. Ruang Lingkup Mata Pelajaran IPS

Secara umum pengertian IPS merujuk pada kajian yang memusatkan perhatiannya pada aktivitas kehidupan manusia.Berbagai dimensi manusia dalam kehidupan sosial merupakan fokus kajian dari IPS. Aktivitas manusia dari dimensi waktu yang meliputi masa lalu, sekarang, dan masa yang akan datang. Aktivitas manusia yang berkaitan dalam hubungan dan interaksinya dengan aspek keruangan atau geografis.

Sedangkan Secara khusus materi pelajaran IPS pada jenjang sekolah dasar menganut pendekatan terpadu yang mana materi pelajaran dikembangkan tidak mengacu pada disiplin ilmu yang terpisah melainkan mengacu pada aspek kehidupan nyata (factual/real) peserta didik sesuai dengan karakteristik usia. Dalam dokumen permendiknas (2006) dikemukakan bahwa IPS mengakaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial.Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi.

Sapriya (2014: 196) bahwa standar kompetensi dan kompetensi dasar pada jenjang sekolah dasar dikembangkan pada semester 2 sebagai berikut.


(30)

15

Tabel 2. SK dan KD IPS Kelas 3 SD

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

2.Memahami jenis

pekerjaan dan penggunaan uang

2.1 Mengenal jenis-jenis pekerjaan 2.2 Memahami pentingnya semangat

kerja

2.3 Memahami kegiatan jual beli dilingkungan rumah dan sekolah

2.4 Mengenal sejarah uang

Dari paparan standar kompetensi dan kompetensi dasar diatas pada penelitian ini, peneliti mengambil standar kompetensi dan kompetensi dasar sebagai berikut.

Tabel 3. SK dan KD yang Digunakan

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

2. Memahami jenis pekerjaan dan penggunaan uang.

2.3 Memahami kegiatan jual beli di lingkungan rumah dan sekolah.

B. Kajian tentang Hasil Belajar 1. Pengertian Hasil Belajar

Hamalik (2010: 7) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah prestasi belajar yang dicapai siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar dengan membawa suatu perubahan dan pembentukan tingkah laku seseorang. Hasil belajar harus bermakna bagi siswa itu sendiri dalam menimbulkan prakarsa dan kreatifitas, artinya tidak terbatas pada prolehan nilai dari suatu bidang studi, tetapi membentuk sikap yang diproleh dari belajar yang diikutinya dan untuk selanjutnya menjadi bekal dasar


(31)

16

pengalaman belajar berikutnya dan menjadi bekal bagi siswa sebagai individu dan masyarakat.

Purwanto (2014: 44) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan dua kata yang membentuknya, yaitu hasil dan belajar. Hasil merupakan suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan perubahannya input secara fungsional. Sedangnkan belajar merupakan perolehan yang di dapat karena adanya kegiatan mengubah bahan menjadi barang jadi.

Ahmad Susanto (2014: 1) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku yang berupa pengetahuan atau pemahaman, keterampilan, dan sikap yang diperoleh peserta didik selama berlangsungnya proses belajar mengajar atau yang lazim disebut dengan pembelajaran. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam peroses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan peserta didik dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar atau pembelajaran.

Nana Sudjana (2014: 22) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimilki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik. Oleh sebab itu, perlu adanya penilaian hasil belajar. Penilaian hasil belajar


(32)

17

adalah upaya memberi nilai terhadap kegiatan belejar-mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam mencapai tujuan-tujuan pengajaran.

Dari pengertian dan pendapat di atas maka hasil belajar dapat diartikan sebagai kumpulan-kumpulan pengetahuan yang diproleh siswa setelah melalui tahap-tahap proses belajar di sekolah di mana hasil belajar tersebut dapat dilihat dari tingkat perkembangan pengetahuan, pemahaman dan ingatan siswa terhadap materi belajar yang telah di pelajarinya. Serta hasil belajar tersebut dapat dilihat dari hasil tes yang dilakukan oleh guru.

Arif Sadiman dkk (2014: 2) mengemukakan bahwa belajar adalah sutu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga keliang lahat nanti. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif).

Evelin Siregar dkk (2010: 4-55) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan kepribadian atau suatu pengertian. Belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu pada dirinya sendiri mendengar dan mengikuti aturan.


(33)

18

Sugihartono dkk (2007: 74) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil intraksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Belajar ada 2 macam penegertian. Pertama, belajar sebagai proses memperoleh pengetahuan dan kedua, belajar sebagai perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat.

Eveline Siregar, dkk (2011: 4) mengemukakan bahwa belajar adalah sebuah proses yang kompleks yang di dalamnya terkandung beberapa aspek. Aspek-aspek tersebuat adalah:

a. bertambahnya jumlah pengetahuan

b. adanya kemampuan mengingat dan memproduksi c. ada penerapan pengetahuan

d. menyimpulkan makna

e. menafsirkan dan mengaitkannya dengan realitas, dan f. adanya perubahan sebagai pribadi.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan kemampuan bereaksi yang relatif permanen atau menetap karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya.


(34)

19

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Sugihartono, dkk (2007: 76) mengemukakan bahwa faktor yang mempengaruhi hasil belajar ada dua, yaitu: 1) faktor internal dan 2) faktor eksternal.

a. Faktor Internal

Faktor intrenal adalah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang yang dapat mempengaruhi prestasi belajarnya. Faktor intrenal meliputi: faktor jasmaniah dan faktor psikologis. Faktor jasmaniah meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh, sedangkan faktor psikologis meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kelahan.

1) Faktor Jasmani a) Kesehatan

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Dalam proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan tidak di jaga. Seperti halnya sering tidak semangat, sering ngantuk disaat belajar, pusing dan lain-lain. Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah menjaga kesehatan, dimulai dari pola hidup yang sehat seperti: beribah yang rajin olah raga teratur, makan teratur, istirahat secukupnya, dan tidur tepat waktu.


(35)

20

Cacat tubuh adalah suatu kondisi individu mengalami kelainan mental tingkah laku akibat bawaan atau penyakit). Siswa ini hendaknya belajar pada pendidikan khusus (SLB) agar siswa ini lebih aktif dalam belajar.

2) Faktor Psikologis a) Intelegensi

Intelegensi atau tingkat kecerdasan dasar seseorang akan berperngaruh besar terhadap keberhasilan belajar seseorang. Siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil dari pada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah. Intelegensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional serta tercermin dari tindakan yang terarah pada penyesuaian diri terhadap lingkungan dan pemecahan masalah yang timbul dari siswa. b) Perhatian

Perhatian adalah pemusatan energi psikis (pikiran dan perasaan) terhadap suatu objek. Makin terpusat perhatian pada pelajaran, proses belajar makin baik. Perhatian erat sekali kaitanya dengan motivasi, bahkan tidak dapat dipisahkan. Oleh karena itu guru harus selalu berusaha suapaya perhatian siswa terpusat pada pelajaran.


(36)

21

Minat adalah suatu proses pengembangan dalam mencampurkan seluruh kemampuan yang ada untuk mengarahkan individu kepada suatu kegiatan yang diminatinya. Apabila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa maka siswa tidak akan belajar dengan serius. d) Bakat

Bakat adalah kemampuan dasar seseorang untuk belajar dalam tempo yang relatif pendek dibandingkan dengan orang lain. Namun hasilnya justru lebih baik dan bakat merupakan potensi yang dimiliki oleh seseorang sebagai bawaan sejak lahir.

e) Motif

Motif merupakan dorongan dalam diri siswa yang timbul dikarenakan adanya kebutuhan-kebutuhan yang ingin dipenuhi oleh siswa tersebut.

f) Kematangan

Kematangan adalah suatu proses pertumbuhan yang ditentukan oleh proses pembawaan. Kematangan adalah suatu tingakat/fase dalam pertumbuhan seseorang, di mana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Misalnya dengan kakinya anak sudah siap untuk berjalan, tangan dengan jari-jarinya sudah siap untuk menulis, denagn


(37)

22

otaknya sudah siap untuk menulis dan lai-lain. Untuk itu diperlukan latihan-latihan dan pelajaran.

g) Kelelahan

Kelelahan ada dua macam kelalahan jasmani dan rohani (bersifat psikis) antara lain: kelelahan jasmani adalah terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecendrungan untuk membaringkan tubuh. Sehingga darah kurang lancar pada bagian-bagian tertentu. Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. Kelelahan rohani dapat terjadi terus menerus memikirkan masalah yang dianggap berat tanpa istirahat, mengahadapi hal-hal yang selalu konstan tanpa ada variasi, dan mengerjakan sesuatu karena terpaksa dan tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatiannya. Kelelahan ini sangat terasa pada bagian kepala denagn pusing-pusing sehingga sulit untuk berkonsentrasi, seolah-olah otak kehabisan daya untuk berkerja.

b. Faktor Eksternal

Sugihartono, dkk (2007: 76) Mengemukakan bahwa faktor eksternal merupakan faktor di luar individu. Faktor eksternal berpengaruh dalam belajar meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.


(38)

23 1) Faktor keluarga

Faktor keluarga meliputi: cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, dan keadaan ekonomi keluarga.

a) Cara orang tua mendidik

Cara orang tua mendidik anak-anaknya akan berpengaruh terhadap belajarnya. Orang tua yang kurang/tidak memperhatikan pendidikan anaknya, misalnya mereka acuh tak acuh terhadap belajar anaknya, tidak memperhatikan sama sekali akan kepentingan-kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan anaknya dalam belajar, dapat menyebabkan anak kurang berhasil dalam belajarnya.

b) Relasi antar anggota keluarga

Relasi antaranggota keluarga yang terpenting adalah relasi orang tua dengan anaknya. Selain itu relasi anak dengan saudaranya atau dengan anggota keluarga yang lain pun turut mempengaruhi belajar anak. Demi kelancaran belajar serta keberhasilan anak perlu diusahakan relasi yang baik di dalam keluarga anak tersebut.Hubungan yang baik adalah hubungan yang penuh dengan pengertian dan kasih sayang.

c) Suasana rumah

Suasana rumah adalah situasi atau kejadian-kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga di mana anak berada dan


(39)

24

belajar. Rumah yang tegang, ribut dan sering terjadi cekcok akan menyebabkan anak menjadi bosan di rumah, suka keluar rumah, akibatnya belajarnya menjadi kacau. Agar anak dapat belajar dengan baik perlu diciptakan suasana rumah yang tenang dan tentram. Di dalam rumah yang tentram anak akan dapat belajar dengan baik.

d) Keadaan ekonomi keluarga

Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak.Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokok seperti makan dan pakaian juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, buku, pensil dan lain-lainnya.Fasilitas belajar ini hanya dapat dipenuhi jika keluarga memiliki cukup uang.

2) Faktor sekolah, meliputi: a) Metode mengajar

Metode mengajar adalah cara yang harus dilalui di dalam mengajar. Dalam megajar, cara-cara mengajar dan serta cara belajar haruslah setepat-tepatnya dan seefisien serta seefektif kurikulummungkin. Guru harus berani mencoba metode-metode baru yang dapat membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajardan menungkatkan motivasi belajar siswa.


(40)

25 b) Kurikulum

Kurikulum adalah sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa.Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran tersebut.Jelaslah bahwa bahan pelajaran itu mempengaruhi belajar siswa.

c) Relasi guru dengan siswa

Guru yang kurang mendekati siswa dan kurang bijaksana tidak akan melihat bahwa di dalam kelas ada grup yang saling bersaing secara tidak sehat. Jiwa kelas tidak terbina bahkan hubungan masing-masing siswa tidak tampak.Oleh karena itu perlu diciptakan suasana yang menunjang timbulnya relasi yang baik antar siswa, agar dapat memberikan pengaruh positif terhadap belajar siswa.

d) Tugas rumah

Waktu belajar bagi siswa selain disekolah juga di rumah. Tetapi guru hendaknya tidak memberikan tugas rumah terlalu banyak karena ada kegiatan lain selain belajar yang juga harus dikerjakan anak-anak.

3) Faktor masyarakat, meliputi: a) Teman bergaul

Pengaruh dari teman bergaul siswa lebih cepat masuk kedalam jiwanya daripada yang kita duga. Teman bergaul yang


(41)

26

baik akan berpengaruh baik terhadap diri siswa. Begitu juga sebaliknya, teman bergaul yang jelek pasti mempengaruhi yang bersifat jelek pula.Agar siswa dapat belajar dengan baik maka perlu diusahakan agar mereka memiliki teman bergaul yang baik.Selain itu juga diperlukan pembinaan dan pengawasan dari orang tua dan pendidik.

b) Media masa

Yang termasukmedia masa antara lain bioskop, radio, TV dan surat kabar. Mass media bisa memberikan pengaruh yang baik terhadap siswa dan belajarnya .Tetapi mass media juga bisa memberikan pengaruh yang buruk terhadap siswa.Oleh sebab itu siswa perlu mendapat bimbingan dan kontrol yang cukup bijaksana dari orang tua dan pendidik baik di dalam keluarga, sekolah dan masyarakat.

c) Bentuk kehidupan masyarakat

Lingkungan di sekitar siswa juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak terpelajar, penjudi dan orang-orang yang memiliki kebiasaan tidak baik akan berpengaruh buruk terhadap siswa yang ada disitu. Sebaliknya jika lingkungan anak adalah orang-orang terpelajar yang baik maka hal tersebut akan mendorong siswa untuk berbuat baik. Dengan demikian perlu diusahakan lingkungan yang baik agar dapat memberi pengaruh yang


(42)

27

positif terhadap siswa sehingga siswa dapat belajar dengan sebaik-baiknya.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan perilaku pengetahuan, pemahaman, dan sikap yang diproleh peserta didik dalam proses pembelajaran.

C. Kajian Metode Cooperatif Learning Tipe Jigsaw 1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Robert Slavin (2005: 4-5) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran serta untuk meningkatkan pencapaian prestasi para siswa, dan juga akibat-akibat positif lainnya yang dapat mengembangkan hubungan antarkelompok, penerimaan terhadap teman sekelas yang lemah dalam bidang akademik, dan meningkatkan rasa harga diri.

Alasan lain adalah tumbuhnya kesadaran bahwa para siswa perlu belajar untuk berpikir, menyelesaikan masalah dan mengintegrasikan serta mengaplikasikan kemampuan dan pengetahuan mereka, dan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan sarana yang sangat baik untuk mencapai hal-hal semacam itu.

Tukiran Taniredja dkk (2012: 55-57) mengemukakan bahwa pembelajaran cooperative learning adalah suatu model pembelajaran di


(43)

28

mana dalam sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar. Pembelajaran kooperatif merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Pembelajran kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara berkelompok. Tetapi belajar kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat interdepedensi efektif di antara anggota kelompok.

Pada dasarnya cooperatif learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih di mana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh ketelibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Jadi cooperative learning juga dapat diartikan sebagai suatu struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan di antara sesama anggota kelompok.

Tukiran Taniredja dkk (2012: 60-57) mengemukakan bahwa Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam satu kelas dijadikan kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang untuk memahami konsep yang difasilitasi oleh guru. Model pembelajaran kooperatif adalah model


(44)

29

pembelajaran dengan setting kelompok-kelompok kecil sebagai wadah siswa bekerja sama dan memcahkan suatu masalah melalui intraksi sosial dengan teman sebayanya, memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang bersamaan dan ia menjadi nara sumber bagi teman yang lain. Jadi pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerja sama di antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Robert Slavin (2008: 4) mengemukakan bahwa ada 6 tipologi pembelajaran kooperatif, yaitu:

a. Tujuan kelompok, bahwa kebanyakan metode pembelajaran kooperatif menggunakan beberapa bentuk tujuan kelompok. Dalam metode pembelajaran tim siswa, ini bisa berupa sertifikat atau rekognisi lainnya yang diberikan kepada tim yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan sebelumnya.

b. Tanggung jawab individu, yang dilaksanakan dengan dua cara. pertama dengan menjumlah skor kelompok atau nilai rata-rata individu atau penilaian lainya, seperti dalam model pembelajaran siswa. Kedua, merupakan spesialisasi tugas. Cara kedua ini siswa diberi tanggung jawab khusus untuk sebagian tugas kelompok.

c. Kesempatan sukses yang sama, yang merupakan karakteristik unik metode pembelajaran tim siswa, yakni penggunaan skor yang memastikan semua siswa mendapatkan kesempatan yang sama untuk berkontribusi dalam timnya.


(45)

30

d. Kompetisi tim, sebagai sarana untuk motivasi siswa untuk bekerja sama dengan anggota timnya.

e. Spesialisasi tugas, tugas untuk melaksanakan sub tugas terhadap masing-masing anggota kelompok.

f. Adaptasi terhadap kebutuhan kelompok, metode ini akan mempercepat langkah kelompok.

2. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif

Mihtahulhuda (2014: 87-88) ciri-ciri model kooperatif, yaitu : a. Belajar bersama teman

b. Belajarbersama teman.

c. Selama proses belajar terjadi tatap muka antar teman. d. Salin mendengarkan pendapat di antara anggota kelompok. e. Belajar dari teman sendiri dalam kelompok.

f. Belajar dalam kelompok kecil.

g. Produktif berbicara atau saling mengemukakan pendapat. h. Keputusan tergantung pada mahasiswa sendiri.

i. Mahasiswa aktif.

3. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Richard dkk (2008: 5-6) mengemukakan tujuan pembelajaran kooperatif sebagai berikut:

a. Meningkatkan hasil akademik, dengan meningkatkan kenerja siswa dalam tugas tugas akademiknya. Siswa yang lebih mampu akan menjadi


(46)

31

nara sumber bagi siswa yang kurang mampu, yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama.

b. Pembelajaran kooperatif memberi peluang agar siswa dapat menerima teman- temanya yang mempunyai berbagai perbedaan latar belajar. Perbedaan tersebut antara lain perbedaan suku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat sosial.

c. Untuk mengembangkan keterampilan siswa dalam bidang studi IPS dengan materi mengenal jual beli dan mengenal jenis-jeis pasar. Dari keterampilan tersebut, maka diharapkan siswa dapat: berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.

Jadi tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya.

4. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif

Roger dan David johson ( 2002: 31-32) mengemukakan bahwa unsur-unsur pemebelajaran cooperative learning, antara lain:

a. Saling ketergantungan positif

Setiap anggota ditugaskan membaca bagian yang berlainan. Semua anggota lalu berkumpul dan bertukar informasi. Dengan cara ini, mau tidak mau setiap anggota merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar yang lain bisa berhasil.


(47)

32 b. Tanggung jawab perseorangan

Setiap anggota kelompok harus bertanggung jawab terhadap tugasnya masing-masing sehingga tugas selanjutnya dapat dilaksanakan dengan tepat.

c. Tatap muka

Dalam pembelajaran kooperatif setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan intraksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan.

d. Komunikasi antar anggota

Keberhasilan suatu kelompok bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. Proses ini merupakan proses sangat bermanfaat dan perlu di tempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa.

e. Evaluasi proses kelompok

Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.


(48)

33

5. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw a. Pengertian Metode Jigsaw

Miftahul Huda (2014: 120) mengemukakan bahwa dalam metode jigsaw, siswa kelompok selama dua kali, yakni dalam kelompok mereka sendiri dan dalam kelompok ahli. Setelah masing-masing anggota menjelaskan bagiannya masing-masing kepada teman-teman satu kelompoknya. Istilah metode bersal dari bahasa Yunani ”Metodos”. Kata ini terdiri dari dua suku kata yaitu ”Metha” yang berarti melalui atau melewati dan ”Hodos” jalan atau cara. Jadi metode adalah suatu jalan yang dilalui untuk mencapai suatu tujuan.

Paul Eggen & Don Kauchak (2012: 139) mengemukakan bahwa Jigsaw learning adalah sebuah teknik yang dipakai secara luas yang memiliki kesamaan dengan teknis (pertukaran dari kelompok ke kelompok lain). Jadi model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang secara heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada kelompok yang lain.

Miftahul Huda (2014: 121) bahwa tujuan dari metode jigsaw tersebut adalah mengembangkan kerja tim, keterampilan


(49)

34

belajar kooperatif, dan mengusai pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh apabila mereka mencoba mempelajari materi sendirian dan menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya.

b.Ciri-ciri Jigsaw

Zainal Aqib (2013: 21) ciri-ciri jigsaw antara lain:

1. Setiap anggota tim terdiri 4-6 orang yang disebut kelompok asal. 2. Kelompok asal tersebut dibagi lagi menjadi kelompok ahli. 3. Kelompok ahli dari masing-masing kelompok asal berdiskusi

sesuai keahliannya.

4. Kelompok ahli kembali ke kelompok asal untuk saling bertukar informasi.

c. Langkah-langkah Jigsaw

Zainal Aqib (2014: 21) langkah-langkah tersebut antara lain:

1. Siswa dikelompokan ke dalam 4 anggota tim.

2. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda. 3. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan. 4. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari

bagian/subbab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan subbab mereka.

5. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang subbab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sunguh-sunguh.


(50)

35

6. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi. 7. Guru memberikan evaluasi.

d. Contoh dalam Tim Jigsaw

Zainal Aqip (2013: 21) Kelompok asal yang beranggotakan lima orang secara heterogen.

Gambar 1. Contoh dalam Jigsaw

A B C D E

Areson dkk, (2014: 21) berikut ini adalah langkah-langkahnya, antara lain :

1) Siswa dibagi menjadi 5 kelompok terdiri dari 5-6 siswa (berkode ABCDE).

2) Setiap anggota dalam setiap kelompok diberi nomor misalnya, A1, A2, A3, A4 dan A5.

3) Siswa mendiskusikan perintah sesuai materi masing-masing kelompok.

4) Setiap siswa dalam kelompok harus memahami poin.

1E 2E 3E 4E 5E 1D 2D 3D 4D 5D 1C 2C 3C 4C 5C 1B 2B 3B

4B 5B 1A 2A 3A

4A 5A

5A 5B 5C 5D 5D 2A 2B 2C

2D 2E

4A 4B 4C 4D 4E 3A 3B 3C

3D 3E 1A 1B 1C 1D


(51)

36

5) Topik-topik atau tugas-tugas diberikan, dan setiap individu diberikan tugas atau topik tertentu. Contoh: semua anggota bernomor 1 mempelajari tugas A.

6) Topik tersebut dipelajari dan didiskusikan bersama anggota dari kelompok-kelompok lain.

7) Lalu setiap siswa kembali ke kelompok asalnya dan kepada anggota kelompok harus menyampaikan topik-topik yang telah mereka pelajari/ memberikan pengetahuan hasil diskusi dari masing-masing kelompok yang telah mereka pelajari.

8) Selanjutnya guru memberikan tes/kuis kepada siswa. 9) Selanjutnya guru memproses hasil hasil penilaiannya.

e. Kelebihan pembelajaran cooperative type jigsaw

Kelebihan pembelajaran kooperatif tipe jisaw antara lain: 1) Cocok untuk semua kelas/tingkatan.

2) Siswa diajarkan bagaimana bekerjasama dalam kelompok. 3) Siswa yang lemah dapat terbantu dalam menyelesaikan masalah.

4) Penerimaan terhadap perbedaan individu lebih besar. 5) Pemahaman materi lebih mendalam.

6) Meningkatkan motivasi belajar.

7) Bisa digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, atau berbicara. Juga dapat digunakan dalam beberapa mata pelajaran.


(52)

37

8) Belajar dalam suasana gotong-royong mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.

9) Menerapkan bimbingan sesama teman.

10)Dapat mengembangkan kemampuan akademis siswa. D. Kajian tentang Karakteristik Anak SD

Menurut Piaget, (M. Dalyono 2005: 96) mengemukakan bahwa tahap perkembangan intelektual antara umur 6/7 tahun s/d 12/13 tahun fungsi ingatan imajinasi dan pikiran pada anak mulai berkembang. Perkembangan intelektual ini biasanya dimulai pada masa anak siap memasuki sekolah dasar. Dengan berkembangnya fungsi pikiran anak, maka anak sudah dapat menerima pendidikan dan pengajaran.

Menurut Piaget, (Asri Budiningsi 2003: 35) mengemukakan bahwa perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik. Artinya proses yang didasarkan atas mekanisnme biologis yaitu perkembangan sistem syaraf. Dengan makin bertambahnya umur seseorang, maka makin komplekslah susunan sel syarafnya dan makin meningkat pula kemampuannya.

Menurut Piaget, (M. Dalyono 2005: 97-98) mengemukakan bahwa masa siap bersekolah. Ciri pribadi anak masa ini antara lain:

1) kritis dan realistis.


(53)

38

3) ada perhatian terhadap hal-hal yang praktis dan konkret dalam kehidupan sehari-hari.

4) mulai timbul minat terhadap bidang-bidang pelajaran tertentu.

5) sampai umur 11 tahun, anak suka minta bantuan kepada orang dewasa dalam menyelesaikan tugas-tugas belajarnya.

6) setelah umur 11 tahun, anak mulai ingin bekerja sendiri dalam menyelesaikan tugas-tugas belajar. Mendambakan angka-angka rapor yang tinggi tanpa memikirkan tingkat prestasi belajarnya, dan

7) anak suka berkelompok dan memilih teman-teman sebaya dalam bermain dan belajar.Ada beberapa karakteristik anak di usia Sekolah Dasar yang perlu diketahui para guru agar lebih mengetahui keadaan peserta didik khususnya di Sekolah Dasar.

Wina Sanjaya (2012: 278) mengemukakan bahwa dalam proses pembelajaran di sekolah, baik secara disadari maupun tidak, guru dapat menanamkan sikap tertentu kepada siswa melalui proses pembiasaan. Salah satu karakteristik anak didik yang sedang berkembang adalah keinginannya untuk melakukan peniruan. Hal yang ditiru itu adalah perilaku-perilaku yang diperagakan atau didemonstrasikan oleh orang yang menjadi idolanya. Perinsip peniruan ini yang dimaksud dengan modelling. Modelling adalah proses peniruan anak terhadap orang lain yang menjadi idolanya atau orang yang dihormati. Karakter merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak, budi pekerti, watak, tabiat seseorang untuk


(54)

39

ditumbuhkembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan orang itu. Jadi pentingnya diberikan pendidikan karakter kepada anak didik agar proses pengarahan dan bimbingan terhadap peserta didik agar memiliki nilai dan berperilaku yang baik untuk menjadi manusia seutuhnya.

M. Dalyono (2005: 78) Berikut ini adalah bentuk-bentuk karakteristik siswa Sekolah Dasar (SD), yaitu.

a) Senang bermain

Kenyataan apa yang saya teliti siswa-siswi di Sekolah Dasar terutama yang masih berada di kelas-kelas rendah pada umumnya masih suka bermain,

b)Senang bergerak

Siswa Sekolah Dasar sangat berbeda dengan orang dewasa yang bisa duduk dan diam mendengarkan ceramah dan berjam-jam sementara siswa SD sangat aktif bergerak dan hanya bisa bisa duduk dengan tenang sekitar 30 menit saja.

c) Senang bekerja dalam kelompok

Artinya sebagai seorang manusia, anak-anak juga mempunyai insting sebagi mahkluk sosial yang bersosialisasi dengan orang lain terutama dengan teman sebayanya, terkadang mereka membentuk suatu kelompok tertentu untuk bermain.


(55)

40

Anak Sekolah Dasar memasuki tahap operasional konkret. Siswa berusaha menghubungkan konsep-konsep yang sebelumnya telah dikuasai dengan konsep-konsep yang baru dipelajari. Suatu konsep juga akan cepat dikuasai anak apabila mereka dilibatkan langsung melalui praktik dari apa yang diajarkan oleh guru.

e) Senang meniru

Sebagai guru harus menjaga tindakan, sikap, berbicara sopan, cara berpakaian yang sopan dan rapi sehingga siswa mengambil atau mencontoh perilaku yang baik sesuai apa yang dilihat secara langsung. Karena guru menjadi pusat perhatian siswa.

f) Senang diperhatikan

Di dalam suatu interaksi sosial anak biasanya mencari perhatian teman atau gurunya siswa senang apabila orang lain memperhatikannya. Disini peran guru untuk mengarahkan perasaan anak di saat proses tanya jawab.

E. Kerangka Berpikir

Berdasarkan hasil belajar IPS siswa pada ujian tengah semerter 1 tahun ajaran 2013 s/d 2014 di Sekolah Dasar Negeri Winongo nilai rata-rata pelajaran IPS lebih rendah dibandingkan dengan mata pelajaran yang lainnya. Hal ini dikarenakan di saat guru menerangkan siswa mencari kesibukan yang lain. Dalam hal ini tentu peran guru sangat penting dalam meningkatkan hasil belajar IPS karena guru melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah akibatnya siswa


(56)

41

merasa bosan dan jenuh. Oleh karena itu guru sebaiknya perlu memperhatikan hal-hal seperti: mengurangi ceramah, memberikan tugas yang berbeda kepada peserta didik, tidak ragu untuk berhubungan dengan peserta didik.

Permasalahan pembelajaran IPS diatas maka, peneliti mencoba untuk menerapkan metode cooperative learning type jigsaw untuk meningkatkan hasil belajar IPS pada kelas 3 SD Negeri Winongo. Model pembelajaran cooperative learning type jigsaw ini sangat diperlukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS, karena model pembelajaran ini menekankan adanya aktivitas dan interaksi antara siswa untuk bekerjasama dalam kelompok kecil untuk memaksimalkan kondisi belajar dan di arahkan oleh guru agar tercapai tujuan belajar yang diharapkan.

Metodecooperative learningtypejigsaw terlebih dahulu harus dipahami oleh guru sebelum melaksanakan aktivitas belajar, agar pembelajaran dapat berjalan dengan efektif untuk dapat meningkatkan hasil pembelajaran. Dengan penggunaan metode cooperative learningtypejigsaw maka dapat membentuk karakteristik siswa dengan cara meningkatkan keterampilan berkomunikasi, kerja sama, dan membentuk tingkah laku serta kebiasaan yang baik.

Pembelajaran cooperativetypejigsaw sesuai dengan karakteristis siswa SD dari umur 7-12 tahun adalah siswa yang belum bisa berpikir abstrak dan senang bermain secara berkelompok. Dengan menggunakan


(57)

42

metode kooperatif tipe jigsaw siswa belajar secara berkelompok dengan teman satu kelompoknya untuk berdiskusi baik kelompok ahli maupun dikelompok asal. Oleh karena itu, penerapan metode cooperative learning type jigsaw diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar IPS.

F. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, tindakan dalam penelitian ini bahwa penerapan metode kooperatif learning type jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas III SD Negeri Winongo Tirtonirmolo, bantul Yogyakarta.

G. Definisi Operasional Variabel

1. Metode cooperative learning type jigsaw

Metode pembelajaran yang mengutamakan kerja sama di antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran cooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam satu kelas dijadikan kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang untuk memahami konsep yang difasilitasi oleh guru. Metode pembelajaran cooperatifve learning type jigsaw adalah suatu metode pembelajaran di mana siswa belajar secara berkelompok dengan karakteristik yang heterogen dengan setting kelompok-kelompok kecil sebagai wadah siswa bekerja sama dan memcahkan suatu masalah melalui intraksi sosial dengan teman sebayanya, memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang bersamaan dan ia menjadi nara sumber bagi teman


(58)

43

yang lain. Dalam jigsaw bertanggung jawab untuk memahami materi dan dapat menyampaikan kembali kepada teman satu kelompoknya. 2. Hasil belajar

Hasil belajar adalah sebagai kumpulan-kumpulan pengetahuan yang diperoleh siswa setelah melalui tahap-tahap proses belajar di sekolah di mana hasil belajar tersebut dapat dilihat dari tingkat perkembangan pengetahuan, pemahaman dan ingatan siswa terhadap materi belajar yang telah dipelajarinya. Serta hasil belajar tersebut dapat dilihat dari hasil tes yang dilakukan oleh guru.

3. IPS

IPS adalah mata pelajaran yang mengkaji berbagai masalah-masalah sosial, peristiwa fakta yang berkembang dalam kehidupan masyarakat. Materi yang disampaikan dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas III SDN Winongo mengenal jual beli dan mengenal jenis-jenis pasar. 4. Siswa Sekolah dasar

Siswa SD adalah siswa yang berusia 7-12 tahun, tahap operasional konkret di mana anak mulai mampu mengenal sesuatu, pikiran pada anak mulai berkembang. Anak sudah dapat bernalar secara konkret, senang belajar dan senang bermain secara berkelompok.


(59)

44 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalahPenelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini di susun untuk memecahkan suatu masalah, diujikan dalam situasi sebenarnya, serta melakukan perubahan yang berfungsi sebagai peningkatan. Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru dikelasnya sendiri dengan cara (1) merencanakan, (2) melaksanakan, (3) merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipasi, dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. (Wijaya Kusumah dkk, 2011: 9).

Melalui penelitian tindakan kelas guru akan selalu berupaya meningkatkan kemampuannya dalam pengelolaan proses pembelajaran. Penelitian sebagai pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut.

Guru dan peneliti bersama-sama menyiapkan materi yang berkaitan dengan pelajaran IPS, menyusun RPP, menyiapkan media yang sesuai dengan materi, membuat lembar observasi untuk mengamati proses pembelajaran, menyiapkan lembar tes berupa soal yang diberikan kepada siswa. Apabila masih terdapat masalah dalam proses tindakan yang dilakukan oleh guru dan


(60)

45

peneliti, maka selanjutnya akan dilakukan perbaikan pada tindakan berikutnya.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research). Desain penelitian digunakan untuk mendapatkan gambaran yang jelas dimana keempat aspek, yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi harus dipahami. Seluruh tahapan yang dilakukan dalam PTK ini, merupakan tindakan yang membentuk siklus. Dalam peneliti ini peneliti menggunakan model Kemmis dan Mc Taggart (2002: 84) prosedur penelitiannya secara jelas dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

4 Keterangan:

1 Siklus I: 1. Perencanaan

3-2 2, 3. Tindakan dan Pengamatan 4. Refleksi

4

1 3,2

Gambar 2. Penelitian Tindakan Kelas model Kemmis & MC. Targgart


(61)

46 1. Siklus I

a. Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan merupakan tahap awal dari Penelitian Tindakan Kelas yang akan menjadi pedoman dari tahapan PTK selanjutnya, sehingga tahapan ini harus dilakukan dengan tepat sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Secara lebih rinci langkah-langkahnya sebagai berikut. 1) Menemukan masalah penelitian yang ada dilapangan. Pada tahap ini

dilakukan melalui diskusi dengan guru kelas

2) Merencanakan langkah-langkah pembelajaran IPS pada siklus 1 dengan menggunakan metode cooperative learning type jigsaw.

3) Merancang instrumen sebagai pedoman observasi dalam pelaksanaan pembelajaran.

b. Melaksanakan pembelajaran IPS dengan menggunakan metode cooperative learning tipe jigsaw.

1) Tahap Tindakan/ Pelaksanaan

Pada proses tindakan, dilakukan pemecahan masalah sebagaimana yang telah direncanakan. Pada tahap tindakan ini lebih fokus pada perencanaan yang dilihat sebagai rasional dari segala tindakan, akan tetapi perencanaan itu fleksibel dan terbuka terhadap perubahan dalam pelaksanaanya.

2) Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan upaya mengamati pelaksanaan tindakan. Observasi terhadap proses tindakan yang sedang


(62)

47

dilaksanakan untuk mendokumentasi pengaruh tindakan yang dilaksanakan berorientasi kemasa yang akan datang dan memberikan dasar bagi kegiatan refleksi. Pada tahap ini yang mengobservasi adalah peneliti sebagai pengajar,kegiatan yang diamati meliputi aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran. Observasi ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian tindakan dengan rencana yang telah disusun dan guna mengetahui sejauh mana pelaksanaan tindakan dapat menghasilkan perubahan sesuai dengan yang dikehendaki.

3) Refleksi

Refleksi merupakan tahap untuk mengaji dan memproses data yang didapat saat melakukan observasi. Pada penelitian ini kegiatan reflesi dilakukan dalam 3 tahap yaitu: tahap penemuan masalah, merancang tindakan dan tahap pelaksanaan. Refleksi digunakan untuk perbaikan tindakan. Hasil tes dan observasi yang diberikan pada siklus I, digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan.Apabila Pada siklus I ini masih banyak siswa yang mengalami kesulitan belajar, maka tindakan selanjutnya pada siklus II.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini di lakukan di SD Negeri Winongo Bantul Yogyakarta. Waktu penelitian ini akan dilaksanakan selama 1 semester atau 6 bulan tahun ajaran 2014/2015.


(63)

48 D. Subjek dan Objek Penelitian

Subyek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas 3 SD Negeri Winogo manulife Bantul tahun ajaran 2014/2015 berjumlah 20 siswa. Dengan rincian 8 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Penentuan kelas diambil berdasarkan hasil pengamatan terhadap kelas yang akan diteliti, yaitu kelas 3 SD dan hasil rujukan dari guru pamong. Obyek penelitian ini adalah penerapan metode cooperatif learningtypejigsaw untuk meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas 3 SD Negeri Winongo Tirtonirmolo Bantul Yogyakarta.

E. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena bertujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi data yang ditetapkan.

Adapun penjelasan tentang metode pengumpulan data dalam Penelitian Tindakan Kelas sebagai berikut :

1. Observasi

Daryanto (2011: 80) mengemukakan observasi adalah pengamatan dan pencatatan suatu obyek yang difokuskan pada perilaku tertentu. Kegiatan observasi di lakukan untuk mengamati semua yang terjadi di dalam kelas saat terjadi tindakan dengan mencatat hal-hal yang terjadi secara teliti mulai dari hal yang terkecil. Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi. Aspek yang di amati dalam penelitian ini adalah


(64)

49

aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan metode cooperative learning tipe jigsaw. Lembar observasi ini berisi pertanyaan yang berhubungan dengan pengenalan topik kepada siswa, pengelompokan siswa, diskusi serta review (mengulang). Pada penelitian ini, alat observasi yang dipakai adalah check list, berisi daftar variabel yang akan dikumpulkan datanya, kemudian peneliti tinggal memberikan tanda apabila ada variabel yang muncul.

2. Tes

Kunandar (2012: 186) mengemukakan bahwa tes adalah sejumlah pertanyaan yang disampaikan pada seseorang atau sejumlah orang untuk mengungkapkan keadaan atau tingkat perkembangan salah satu atau beberapa aspek psikologis di dalam dirinya. Tes ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada peningkatan terhadap hasil belajar siswa setelah proses pembelajaran menggunakan metode cooperative learing tipe jigsaw.

3. Catatan Lapangan

Catatan lapangan merupakan catatan tertulis mengenai apa yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka mengumpulkan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif. Selain itu catatan penelitian merupakan buku jurnal harian yang ditulis peneliti secara bebas, buku ini mencatat seluruh kegiatan pembelajaran serta sikap siswa dari awal sampai akhir pembelajaran.


(65)

50

Penelitian ini menggunakan beberapa instrumen untuk mengumpulkan data-data yang valid. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Lembar Observasi

Dalam penelitian ini, aspek yang diamati adalah hasil belajar siswa dalam proses pembelajran dengan menggunakan metode coopertive leaning tipe jigsaw. Dalam lembar observasi ini berisikan pernyataan-pernyataan yang berhubungan dengan hasil belajar siswa pada pelajaran IPS dengan menggunakan metode cooperative learning tipe jigsaw. Pada penelitian ini peneliti menggunakan check list, yang berisikan daftar variabel yang akan dikumpulkan datanya, setelah itu peneliti akan memberikan tanda apabila ada variabel yang muncul. Berikut ini adalah kisi-kisi lembar observasi hasil b elajar siswa menggunakan metode coopertive learning type jigsaw pada pelajaran IPS.

Tabel 3. Kisi-kisi Lembar Observasi Guru Dalam Menerapkan Metode Cooperative Learnig Type Jigsaw Pada Pelajaran IPS

No Aspek yang diamati Item Jumlah

1. Kegiatan awal pembelajaran 1, 2, 3, 4, 5, 6 6 2. Kegiatan inti pembelajaran 7, 8, 9, 10, 11,

12

6


(66)

51

Tabel 4. Kisi-kisi Lembar Observasi Siswa Pada Pembelajaran IPS dengan Metode Cooperative Learning Type Jigsaw

No Indikator Sub indicator Item Jumlah

1. Aktivitas belajar siswa menggunakan metode cooperative learning tipe jigsaw

1. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran IPS 2. Respon siswa terhadap

materi

3. Kerja sama siswa dalam kelompok

1, 2, 3 3

2. Perasaan senang 4. Senang dengan pelajaran IPS

5. Senang dengan pembelajaran

menggunakan metode cooperative learning type jigsaw

6. Senang dengan guru pelajaran IPS

1, 2, 3 3

3. Keterlibatan siswa 7. Siswa bertanya 8. Siswa menjawab

pertanyaan

9. Rajin mengerjakan tugas sekolah

1, 2, 3 3

2. Lembar Tes

Penelitian ini menggunakan tes sebagai instrumen penelitian. Tes hasil belajar siswa disusun dalam bentuk pilihan berganda. Tes disusun berdasarkan materi yang diajarkan kepada siswa. Tes ini bertujuan untuk mengetahui apakah hasil belajar meningkat setelah proses pembelajaran menggunakan metode cooperative learning type jigsaw. Kisi-kisi soal dapat dilihat pada tabel berikut ini.


(67)

52

Tabel 5. Kisi-kisi soal Tes Siklus 1 Mata Pelajaran IPS kelas 3 semester 2 No Kompetensi

Dasar

Materi Pokok

Indikator No. Soal

1 Memahami kegiatan jual beli di lingkungan rumah dan sekolah Kegiatan jual beli

1. Menjelaskan kegiatan jual beli di lingkungan rumah dan sekolah

1,4,5,8,11.

2. Menjelaskan tempat terjadinya kegiatan jual beli.

2,6,7,13, 14.

3. Menyebukan contoh-contoh jual beli

3,9,10,12, 15.

Jumlah 15

Keterangan : C1 : Mengetahui C2 : Memahami C3 : Menerapkan G.Teknik Analisis Data

Teknikanalisis data, yaitu suatu cara yang digunakan untuk mengubah data agar menjadi suatu fakta dapat ditarik kesimpulan atas dasar fakta tersebut. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Data observasi yang diproleh dihitung kemudian dideskripsikan (Zainal aqip dkk, 2009: 40).

Teknik analisis data yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Analisis deskriptif kualitatif untuk menganalisis hasil observasi selama proses pembelajaran sedangkan analisis deskriptif kuantitatif untuk menganalisis hasil tes.


(68)

53 a. penilaian tugas dan tes

peneliti menjumlahkan nilai yang diproleh siswa, selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa kelas tersebut sehingga diproleh nilai rata-rata. Nilai rata-rata ini mengggunakan rumus:

x = � �

Keterangan : x : nilai rata-rata � : jumlah semua nilai siswa � : jumlah siswa

Data kuantitatif berasal dari hasil tes yang diadakan setiap siklusnya. Tes ini dilakukan setiap siklus kemudian diadakan perbandingan persentase nilai siswa sebelum dan setelah pembelajaran dengan tindakan. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar, digunakan rumus sebagai berikut:

x =

jumlah semua nilai siswa x 100

jumlah siswa

H.Kriteria Ketuntasan

Penelitiantindakan kelas ini dikatakan berhasil apabila setiap individu atau tiap siswa kelas III mengalami peningkatan hasil belajar IPS pada tiap siklusnya, seorang siswa dikatakan berhasil jika siswa tersebut mendapatkan nilai sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) kelas III SD Negeri Winongo Tirtonirmolo Bantul yaitu 65. Penelitian akan dikatakan berhasil jika semua siswa 75 % telah memproleh/ mencapai KKM≥ 65.


(69)

54 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas III SD Winongo yang terletak di jalan Bantul Km 6,0 Tirtonirmolo, Kasihan Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Ada pun sarana dan prasarana yang ada di sekolah tersebut adalah sebagai berikut :

a. Kondisi Fisik

Pada saat ini SD Winongo memiliki 6 ruang kelas, yaitu dari kelas I sampai kelas VI, 1 ruangan komputer, 1 ruangan perpustakaan, ruang kepala sekolah, ruang dan kantor guru, ruang Ibadah, Kantin, UKS, ruang dapur, dan ruang WC (toilet). Fasilitas yang lain yang dimililki oleh SD Winongo mendukung proses pembelajaran adalah media yang berupa peta, globe, alat peraga IPA, alat peraga matematika, gambar Presiden, Wakil Presiden, dan lambang Garuda Pancasila.

b. Kondisi Non Fisik

Kondisi non fisik yang dimaksud dalam penelitina ini adalah SDM(Sumber Daya Manusia), terdiri dari : kepala sekolah, guru, TU, komite sekolah, maupun peserta didik atau siswa. Dalam proses


(70)

55

belajar mengajar pendidik atau guru merupakan faktor yang sangat penting dan berpengaruh dalam keberhasilan siswa.

c. Kondisi Guru

Sekolah Dasar Winongo Tirtonirmolo memilki 6 guru kelas, seorangkepala sekolah, seorang guru Penjaskes, seorang guru Agama, seorang petugas perpustakaan, seorang penjaga sekolah dan petugas administrasi. Guru yang berstatus PNS ada 5 orang, yang berstatus guru honorarium ada 7 orang. Sedangkan tenaga pendidik lainnya seperti seorang guru tari, seorang guru pramuka, seorang guru TPA dikategorikan sebagai guru kontrak.

Guru di SDN Winongo pada umumnya sudah menempuh pendidikan S1. Hal ini dapat dilihat dari fakta yang ada yakni terdapat 9 guru yang sudah menempuh S1, 2 guru yang menempuh D3 dan 2 lulusan SMA sebagai tenaga administrasi.

d. Kondisi Siswa

Jumlah siswa SD Winongo Tirtonirmolo adalah158 siswa. Pada umumnya mereka berasal dari dusun Glondong, Kasihan, Bantul dan sebagian yang berasal dari luar Bantul. Mata pencaharian orang tua siswa sangat beragam antara lain guru, PNS, Petani, buruh dan wiraswasta namun umumnya adalah petani. Keadaan ekonomi keluarga juga sangat beragam.


(71)

56 e. Kondisi Lingkungan

Lingkungan SD Winongo Tirtonirmolo terletak di pinggir jalan raya dan kondisi belajar mengajar bisa dikatakan kurang strategis karena sangat mengganggu konsetrasi siswa dalam belajar salah satunya kebisingan suara-suara kendaraan. Tempat tinggal siswa sebagian besar jauh dari lokasi sekolah. Siswa datang ke sekolah mayoritas naik sepeda dengan melewati jalan raya. Sekolah yang berlokasi dekat pinggir jalan agak jauh di pemukiman masyarakat ini berada dalam lingkungan yang kurang nyaman dan kurang kondusif untuk proses pembelajaran serta kondisi udara yang kurang bersih, karena banyak debu-debu dan volusi udara masuk di lingkungan sekolah disebabkan oleh banyaknya kendaraan yang melintasi jalan tersebut. Namun akses untuk menuju sekolah ini cukup mudah dan dapat dijangkau dengan kendaraan bermotor atau pun sepeda.

2. Deskripsi Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas III SD Winongo Tirtonirmolo tahun ajaran 2014-2015 yang berjumlah 20 siswa dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 6. Jumlah Siswa Kelas III SD Winongo Tirtonirmolo Tahun ajaran 2014-2015

No Jenis Kelamin F Persentase 1 Laki-laki 10 50 % 2 Perempuan 10 50 %


(72)

57

Berdasarkan hasil observasi di kelas, terlihat bahwa siswa terutama siswa laki-laki membuat keributan dan suka mengganggu teman-temannya dan tidak memperhatikan saat proses pembelajaran berlangsung. Hal ini dikarenakan gurunya kurang tegas dan kurang mengkontrol kelas. Menurut peneliti siswa- siswa kelas III memiliki kemampuan akademik yang beragam. Ada yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Sebahagian besar siswa kelas III memliki kemampuan akademik sedang.

Berdasarkan hal tersebut siswa kelas III dipilih sebagai subyek penelitian karena sesuai dengan pembelajaran dengan metode kooperative learning type jigsaw.

3. Deskripsi Data Awal Siswa Pra Siklus

Data awal yang dianggap peneliti sebagai pedoman awal untuk melakukan penelitian yaitu menggunakan hasil tes semester 1. Data tersebut nantinya akan digunakan sebagai patokan awal sebelum melakukan penelitian/ tindakan. Penelitian ini di mulai dengan observasi dan tes dengan guru kelas III. Berdasarkan observasi dan tes, permasalahan yang terjadi didalam kelas tersebut diantaranya adalah guru belum menggunakan media pembelajaran secara optimal serta belum menggunakan metode cooperative learning type jigsw. Hal tersebut menyebabkan siswa kurang aktif dan antusias dalam proses pembelajaran dan cenderung siswa pasif dalam proses pembelajaran. Hal di atas menyebabkan hasil belajar IPS siswa kurang optimal. Berdasarkan hasil pengamatan maka perlu diadakan suatu tindakan untuk mengatasi


(1)

132

tradisional dan mana yang pasar modern?” siswa memberikan jawaban bermacam-macam jawaban dengan menunjuk gambar yang di tunjukkan oleh guru. Dengan berbagai jawaban siswa sebagian ada yang benar dan ada yang salah, namun guru meluruskan jawaban siswa dan menunjukkan bahwa ini adalah gambar pasar tradisional dan ini adalah gambar pasar modern, nah kalau begitu ada yang tau tidak apa pengertian pasar?.Siswa memberikan jawaban terhadap pertanyaan bu guru,dan masing-masing

siswa mengancungkan tangannya untuk menjawab, “saya bu guru,” ya apa? “pasar itu pembelinya banyak, dan banyak sayu-sayuran nya” ya,

benar jawab bu guru, ada yang lain? Saya Bu, ya apa nak,” pasar itu adalah tempat bertemunya penjual dan pembelibenar sekali, bu guru memberikan motivasi berupa tepuk tangan terhadap siswa yang sudah berani menjawab. Kemudian guru memberikan penjelasan terkait dengan jenis-jenis pasar, dan pengertian pasar itu sendiri. Guru bertanya terakit dengan materi yang sudah di pelajari, dan memberikan penguatan. Guru memberikan kuis, dan soal evaluasi.

e) Penutup (5 menit)

Guru menutup proses kegiatan pembelajaran dan memberikan tindakan berupa PR, guru bersama siswa menutup kegiatan belajar dengan berdoa bersama.


(2)

133


(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang diajarkan melalui pembelajaran kooperatif teknik stad dan teknik jigsaw: kuasi eksperimen di SMP attaqwa 06 Bekasi

0 4 76

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS V A SDN 1 METRO UTARA

0 11 34

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw pada pelajaran IPS kelas IV dalam materi sumber daya alam di MI Annuriyah Depok

0 21 128

PENERAPAN METODE COOPERATIVE SCRIPT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS.

0 0 31

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA.

0 1 36

PENERAPAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE PAIRED STORYTELLING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA Penerapan Metode Cooperative Learning Tipe Paired Storytelling Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V SD Negeri 3 Patihan Sidoharjo Sragen Pada

2 1 23

“EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PERSIAPAN PENGOLAHAN PADA SISWA KELAS X SMK NEGERI 4 YOGYAKARTA".

0 0 130

PENGGUNAAN COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW DALAM MENINGKATKAN INTERAKSI EDUKATIF DAN HASIL BELAJAR IPS

0 0 10

BAB II KAJIAN TEORI - PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS III PADA MATA PELAJARAN IPS DI SDN KELAPA DUA 06 PAGI JAKARTA

0 0 9

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS III PADA MATA PELAJARAN IPS DI SDN KELAPA DUA 06 PAGI JAKARTA

0 10 13