Turunnya Kekuatan Pembuktian Akta Notaris Berdasarkan UUJN No. 2 Tahun 2014

aspek formal dinilai sebagai suatu tindakan melanggar hukum dan hal ini dilakukan dengan mengajukan gugatan terhadap Notaris tersebut. Pengingkaran terhadap aspek formal ini harus dilakukan oleh penghadap sendiri, bukan oleh Notaris atau pihak lainnya. Aspek materil dari akta Notaris, segala hal yang tertuang harus dinilai benar sebagai pernyataan atau keterangan Notaris dalam akta relaas dan harus dinilai sebagai pernyataan atau keterangan para pihak dalam akta partij pihak. Hal apa saja yang harus ada secara materil dalam akta harus mempunyai batasan tertentu. Menentukan batasan seperti itu tergantung dari apa yang dilihat dan didengar oleh Notaris atau yang dinyatakan, diterangkan oleh para pihak di hadapan Notaris. Dengan demikian, secara materil akta Notaris tidak mempunyai kekuatan eksekusi dan batal demi hukum dengan putusan pengadilan, jika dalam akta Notaris: 44 1. Memuat lebih dari 1 satu perbuatan atau tindakan hukum. 2. Materi akta bertentangan dengan hukum yang mengatur perbuatan atau tindakan hukum tersebut.

C. Turunnya Kekuatan Pembuktian Akta Notaris Berdasarkan UUJN No. 2 Tahun 2014

Akta Notaris yang mempunyai kekuatan pembuktian sebagai di bawah tangan dan akta Notaris menjadi batal demi hukum adalah dua istilah yang berbeda. Untuk menentukan akta Notaris yang mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta di bawah tangan dapat dilihat dan ditentukan dari : 44 Wawancara dengan Yosephina Hotma Vera, NotarisPPAT Kota Batam, tanggal 16 Oktober 2014. Universitas Sumatera Utara 1. Isi dalam pasal-pasal tertentu yang menegaskan secara langsung jika Notaris melakukan pelanggaran, maka akta yang bersangkutan termasuk akta yang mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta di bawah tangan. 2. Jika tidak disebutkan dengan tegas dalam pasal yang bersangkutan sebagai akta yang mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta di bawah tangan, maka pasal lainnya yang dikategorikan melanggar menurut Pasal 84 UUJN, termasuk ke dalam akta batal demi hukum. Pasal 1869 BW menentukan batasan akta Notaris yang mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta di bawah tangan dapat terjadi jika tidak memenuhi ketentuan karena : 1. Tidak berwenangnya pejabat umum yang bersangkutan, atau 2. Tidak mampunya pejabat umum yang bersangkutan, atau 3. Cacat dalam bentuknya. Ketentuan-ketentuan tersebut di bawah ini dicantumkan secara tegas dalam pasal- pasal tertentu dalam UUJN yang menyebutkan jika dilanggar oleh Notaris, sehingga akta Notaris mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta di bawah tangan, yaitu : 1. Melanggar ketentuan Pasal 16 ayat 1 huruf m, yaitu tidak membacakan akta di hadapan penghadap dengan dihadiri oleh paling sedikit 2 dua orang saksi, atau 4 empat orang saksi khusus untuk pembuatan Akta Wasiat di bawah tangan, dan ditandatangani pada saat itu juga oleh penghadap, saksi, dan Notaris. Universitas Sumatera Utara 2. Melanggar ketentuan Pasal 16 ayat 7 dan ayat 8, yaitu jika Notaris pada akhir akta tidak mencantumkan kalimat bahwa para penghadap menghendaki agar akta tidak dibacakan karena penghadap membaca sendiri, mengetahui, dan memahami isi akta. 3. Melanggar ketentuan Pasal 41 dengan menunjuk kepada Pasal 38, Pasal 39 dan Pasal 40, yaitu tidak dipenuhi ketentuan-ketentuan : a. Pasal 38 bahwa : 1 Setiap akta Notaris terdiri atas : a. awal akta atau kepala akta; b. badan akta; dan c. akhir atau penutup akta. 2 Awal akta atau kepala akta memuat : a. judul akta; b. nomor akta; c. jam, hari, tanggal, bulan, dan tahun; dan d. nama lengkap dan tempat kedudukan Notaris. 3 Badan akta memuat : a. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, kewarganegaraan, pekerjaan, jabatan, kedudukan, tempat tinggal para penghadap danatau orang yang mereka wakili; b. keterangan mengenai kedudukan bertindak penghadap; c. isi akta yang merupakan kehendak dan keinginan dari pihak yang berkepentingan; dan d. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, serta pekerjaan, jabatan, kedudukan, dan tempat tinggal dari tiap-tiap saksi pengenal. 4 Akhir atau penutup akta memuat: a. uraian tentang pembacaan akta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat 1 huruf I atau Pasal 16 ayat 7; b. uraian tentang penandatanganan dan tempat penandatanganan atau penerjemahan akta apabila ada; c. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, jabatan, kedudukan, dan tempat tinggal dari tiap-tiap saksi akta; dan d. uraian tentang tidak adanya perubahan yang terjadi dalam pembuatan akta atau uraian tentang adanya perubahan yang dapat berupa penambahan, pencoretan, atau penggantian. 5 Akta Notaris Pengganti, Notaris Pengganti Khusus, dan Pejabat Sementara Notaris, selain memuat ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 2, ayat 3, dan ayat 4, juga memuat nomor dan tanggal penetapan pengangkatan, serta pejabat yang mengangkatnya. Universitas Sumatera Utara Pasal 39 bahwa : 1 Penghadap harus memenuhi syarat sebagai berikut : a. paling rendah berumur 18 delapan belas tahun atau telah menikah b. cakap melakukan perbuatan hukum. 2 Penghadap harus dikenal oleh Notaris atau diperkenalkan kepadanya oleh 2 dua orang saksi pengenal yang berumur paling sedikit 18 tahun atau telah menikah dan cakap melakukan perbuatan hukum atau diperkenalkan oleh 2 dua penghadap lainnya. 3 Pengenalan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dinyatakan secara tegas dalam akta. Pasal 40 bahwa : 1 Setiap Akta yang dibacakan oleh Notaris dihadiri paling sedikit 2 dua orang saksi, kecuali peraturan perundang-undangan menentukan lain. 2 Saksi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 harus memenuhi syarat sebagai berikut: a. paling rendah berumur 18 delapan belas tahun atau sebelumnya telah menikah. b. cakap melakukan perbuatan hukum; c. mengerti bahasa yang digunakan dalam Akta; d. dapat membubuhkan tanda tangan dan paraf; dan e. tidak mempunyai hubungan perkawinan atau hubungan darah dalam garis lurus ke atas atau ke bawah tanpa pembatasan derajat dan garis ke samping sampai dengan derajat ketiga dengan Notaris atau para pihak. 3 Saksi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 harus dikenal oleh Notaris atau diperkenalkan kepada Notaris atau diterangkan tentang identitas dan kewenangannya kepada Notaris oleh penghadap. 4 Pengenalan atau pernyataan tentang identitas dan kewenangan saksi dinyatakan secara tegas dalam akta 4. Melanggar ketentuan Pasal 44, bahwa : 1 Segera setelah Akta dibacakan, Akta tersebut ditandatangani oleh setiap penghadap, saksi, dan Notaris, kecuali apabila ada penghadap yang tidak dapat membubuhkan tanda tangan dengan menyebutkan alasannya. 2 Alasan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dinyatakan secara tegas pada akhir Akta. 3 Akta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat 3 ditandatangani oleh penghadap, Notaris, saksi, dan penerjemah resmi. 4 Pembacaan, penerjemahan atau penjelasan, dan penandatanganan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 3 serta dalam Pasal 43 ayat 3 dinyatakan secara tegas pada akhir Akta. Universitas Sumatera Utara 5 Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, ayat 2, ayat 3, dan ayat 4 mengakibatkan suatu Akta hanya mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta di bawah tangan dan dapat menjadi alasan bagi pihak yang menderita kerugian untuk menuntut penggantian biaya, ganti rugi, dan bung a kepada Notaris.” 5. Melanggar ketentuan Pasal 48, bahwa : 1 Isi Akta dilarang untuk diubah dengan: a. diganti; b. ditambah; c. dicoret; d. disisipkan; e. dihapus; danatau f. ditulis tindih. 2 Perubahan isi Akta sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d dapat dilakukan dan sah jika perubahan tersebut diparaf atau diberi tanda pengesahan lain oleh penghadap, saksi, dan Notaris. 3 Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 mengakibatkan suatu Akta hanya mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta di bawah tangan dan dapat menjadi alasan bagi pihak yang menderita kerugian untuk menuntut penggantian biaya, ganti rugi, dan bunga kepada Notaris.” 6. Melanggar ketentuan Pasal 49, bahwa : 1 Setiap perubahan atas Akta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 ayat 2 dibuat di sisi kiri Akta. 2 Dalam hal suatu perubahan tidak dapat dibuat di sisi kiri Akta, perubahan tersebut dibuat pada akhir Akta, sebelum penutup Akta, dengan menunjuk bagian yang diubah atau dengan menyisipkan lembar tambahan. 3 Perubahan yang dilakukan tanpa menunjuk bagian yang diubah mengakibatkan perubahan tersebut batal. 4 Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 mengakibatkan suatu Akta hanya mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta di bawah tangan dan dapat menjadi alasan bagi pihak yang menderita kerugian untuk menuntut penggantian biaya, ganti rugi, dan bung a kepada Notaris.” 7. Melanggar ketentuan Pasal 50, bahwa : 1 Jika dalam Akta perlu dilakukan pencoretan kata, huruf, atau angka, pencoretan dilakukan sedemikian rupa sehingga tetap dapat dibaca sesuai dengan yang tercantum semula, dan jumlah kata, huruf, atau angka yang dicoret dinyatakan pada sisi kiri Akta. Universitas Sumatera Utara 2 Pencoretan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dinyatakan sah setelah diparaf atau diberi tanda pengesahan lain oleh penghadap, saksi, dan Notaris. 3 Dalam hal terjadi perubahan lain terhadap pencoretan sebagaimana dimaksud pada ayat 2, perubahan itu dilakukan pada sisi kiri Akta sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat 2. 4 Pada penutup setiap Akta dinyatakan tentang ada atau tidak adanya perubahan atas pencoretan. 5 5 Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, ayat 2, ayat 3, dan ayat 4, serta dalam Pasal 38 ayat 4 huruf d tidak dipenuhi, Akta tersebut hanya mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta di bawah tangan dan dapat menjadi alasan bagi pihak yang menderita kerugian untuk menuntut penggantian biaya, ganti rugi, dan bunga kepada Notaris.” 8. Melanggar ketentuan Pasal 51, bahwa : 1 Notaris berwenang untuk membetulkan kesalahan tulis danatau kesalahan ketik yang terdapat pada Minuta Akta yang telah ditandatangani. 2 Pembetulan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan di hadapan penghadap, saksi, dan Notaris yang dituangkan dalam berita acara dan memberikan catatan tentang hal tersebut pada Minuta Akta asli dengan menyebutkan tanggal dan nomor Akta berita acara pembetulan. 3 Salinan Akta berita acara sebagaimana dimaksud pada ayat 2 wajib disampaikan kepada para pihak. 4 Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 mengakibatkan suatu Akta hanya mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta di bawah tangan dan dapat menjadi alasan bagi pihak yang menderita kerugian untuk menuntut penggantian biaya, ganti rugi, dan bunga kepada Notaris.” 9. Melanggar ketentuan Pasal 52, bahwa : 1 Notaris tidak diperkenankan membuat akta untuk diri sendiri, istrisuami, atau orang lain yang mempunyai hubungan kekeluargaan dengan Notaris baik karena perkawinan maupun hubungan darah dalam garis keturunan lurus ke bawah danatau ke atas tanpa pembatasan derajat, serta dalam garis ke samping sampai dengan derajat ketiga, serta menjadi pihak untuk diri sendiri, maupun dalam suatu . kedudukan ataupun dengan perantaraan kuasa. 2 Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 tidak berlaku, apabila orang tersebut pada ayat 1 kecuali Notaris sendiri, menjadi penghadap dalam penjualan di muka umum, sepanjang penjualan itu dapat dilakukan di hadapan Notaris, persewaan umum, atau pemborongan umum, atau menjadi anggota rapat yang risalahnya dibuat oleh Notaris. 3 Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 berakibat akta hanya mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta di bawah tangan apabila akta itu ditandatangani oleh penghadap, tanpa mengurangi kewajiban Notaris yang Universitas Sumatera Utara membuat akta itu untuk membayar biaya, ganti rugi, dan Bunga kepada yang bersangkutan. Dalam pasal-pasal tersebut tidak ditegaskan akta yang dikualifikasikan sebagai akta yang mempunyai kekuatan pembuktian di bawah tangan dan akta yang batal demi hukum dapat diminta ganti kerugian kepada Notaris berupa penggantian biaya, ganti rugi dan bunga. Hal ini dapat ditafsirkan akta Notaris yang terdegradasinya mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta di bawah tangan dan akta Notaris yang batal demi hukum keduanya dapat dituntut penggantian biaya, ganti rugi dan bunga, hanya ada satu pasal, yaitu Pasal 52 ayat 3 UUJN yang menegaskan, bahwa akibat akta yang mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta di bawah tangan, Notaris wajib membayar biaya, ganti rugi dan bunga. Sanksi akta Notaris mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta di bawah tangan dan akta menjadi batal demi hukum merupakan sanksi eksternal, yaitu sanksi terhadap Notaris dalam melaksanakan tugas jabatannya tidak melakukan serangkaian tindakan yang wajib dilakukan terhadap atau untuk kepentingan para pihak yang menghadap Notaris dan pihak lainnya yang mengakibatkan kepentingan para pihak tidak terlindungi. Sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata bahwa suatu perjanjian harus memenuhi syarat sahnya perjanjian yaitu : 1. Adanya kata sepakat di antara dua pihak atau lebih; 2. Cakap dalam bertindak; 3. Adanya suatu hal tertentu; 4. Adanya suatu sebab yang halal. Universitas Sumatera Utara Apabila perjanjian tersebut melanggar syarat objektif yaitu suatu hal tertentu dan suatu sebab yang halal maka perjanjian tersebut batal demi hukum. Sedangkan apabila perjanjian tersebut melanggar syarat subjektif yaitu kata sepakat dan cakap dalam bertindak maka perjanjian tersebut dapat dibatalkan. Adapun faktor-faktor yang dapat menyebabkan suatu akta menjadi batal atau dapat dibatalkan adalah sebagai berikut : 1. Ketidakcakapan dan Ketidakwenangan Dalam Bertindak. Secara umum dibedakan antara kewenangan bertindak dan kecakapan bertindak. Sejak seorang anak lahir, malahan anak dalam kandungan dianggap sebagai telah dilahirkan berkedudukan sebagai subjek hukum dan sebab itu pula memiliki kewenangan hukum Pasal 1 ayat 2 KUHPerdata. Kewenangan bertindak dari subjek hukum untuk melakukan tindakan hukum dapat dibatasi oleh atau melalui hukum. Setiap orang dianggap cakap melakukan tindakan hukum, tetapi kebebasan ini dibatasi pula oleh daya kerja hukum objektif. Dikatakan mereka yang tidak mempunyai kecakapan bertindak atau tidak cakap adalah orang yang secara umum tidak dapat melakukan tindakan hukum. Bagi mereka yang di bawah umur batasan tertentu dikaitkan dengan ukuran kuantitas, yaitu usia. Sebagai penghadap untuk pembuatan akta Notaris harus memenuhi syarat paling sedikit berumur 18 tahun Pasal 39 ayat 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014. 45 Mereka yang tidak mempunyai kewenangan bertindak atau tidak berwenang adalah orang yang tidak diperbolehkan untuk melakukan tindakan hukum tertentu. 45 Herlien Budiono, Op. Cit, hal. 368. Universitas Sumatera Utara Notaris termasuk para saksi yang dengan perantaraannya telah dibuat akta wasiat dari pewaris tidak boleh menikmati sedikit pun dari apa yang pada mereka dengan wasiat itu telah dihibahkannya Pasal 907 KUHPerdata. Ini berarti bahwa Notaris tersebut boleh saja mendapat hibah wasiat dari orang lain asal bukan dari klien yang membuat wasiat di hadapannya tersebut. 46 2. Cacat Dalam Kehendak KUHPerdata Pasal 1322 – Pasal 1328 KUHPerdata menetapkan secara limitatif adanya cacat kehendak, yakni kekhilafankesesatan dwaling, penipuan bedrog, dan paksaan dwang. 47 a. Kekeliruan dan Penipuan Dikatakan penipuan apabila seseorang dengan sengaja dengan kehendak dan pengetahuan memunculkan kesesatan pada orang lain. Penipuan dikatakan terjadi tidak saja bilamana suatu fakta tertentu dengan sengaja tidak diungkapkan atau disembunyikan, tetapi juga suatu informasi keliru dengan sengaja diberikan ataupun terjadi dengan tipu daya lain. Di dalam praktik penipuan dan kekhilafan menunjukkan perkaitan yang erat, tetapi ada pula sejumlah perbedaan. b. Ancaman Ancaman terjadi bilamana seseorang menggerakkan orang lain untuk melakukan suatu tindakan hukum, yakni dengan melawan hukum, mengancam, dan menimbulkan kerugian pada diri orang tersebut atau kebendaan miliknya atau terhadap pihak ketiga. 46 Ibid. hal. 370. 47 Ibid, hal. 372-374. Universitas Sumatera Utara Ancaman tersebut sedemikian menimbulkan ketakutan sehingga kehendak seseorang terbentuk secara cacat. Kehendak betul telah dinyatakan, tetapi kehendak tersebut muncul sebagai akibat adanya ancaman. c. Penyalahgunaan Keadaan Penyalahgunaan keadaan adalah keadaan tergeraknya seseorang karena suatu keadaan khusus untuk melakukan tindakan hukum dan pihak lawan menyalahgunakan hal ini. Keadaan khusus ini terjadi karena keadaan memaksadarurat, keadaan kejiwaan tidak normal, atau kurang pengalaman. 3. Bertentangan dengan Undang-Undang Larangan yang ditetapkan undang-undang berkenaan dengan perjanjian akan berkaitan dengan tiga aspek dari perbuatan hukum yang dimaksud, yakni : a Pelaksanaan dari tindakan hukum. b Substansi dari tindakan hukum. c Maksud dan tujuan tindakan hukum tersebut. Suatu perjanjian yang dibuat pada saat tidak adanya larangan mengenai perbuatan hukum tersebut, tetapi ternyata di kemudian hari ada ketentuan undang-undang yang melarangnya, maka perjanjian tersebut tidak batal demi hukum, tetapi menjadi dapat dibatalkan atau mungkin masih dapat dilaksanakan setelah adanya izin tertentu. Penentuan apakah suatu perjanjian adalah batal demi hukum karena bertentangan dengan undang- undang adalah pada waktu perjanjian tersebut dibuat. Universitas Sumatera Utara 4. Bertentangan dengan Ketertiban Umum dan Kesusilaan Baik Pada umumnya perbuatan hukum dianggap bertentangan dengan ketertiban umum jika perbuatan tersebut melanggar atau bertentangan dengan asas-asas pokok fundamental dari tatanan masyarakat, sedangkan perbuatan hukum dianggap bertentangan dengan kesusilaan baik jika perbuatan tersebut melanggar atau bertentangan dengan norma kesusilaan dari suatu masyarakat. Universitas Sumatera Utara BAB III MEKANISME PENERAPAN SANKSI TERHADAP NOTARIS ATAS TURUNNYA KEKUATAN PEMBUKTIAN AKTA NOTARIS A. Pengawasan dan Sanksi Notaris Pengawasan terhadap Notaris bertujuan agar para Notaris semaksimal mungkin memenuhi persyaratan-persyaratan yang ditetapkan undang-undang demi pengamanan dari kepentingan masyarakat umum. Notaris diangkat bukan untuk kepentingan sendiri, akan tetapi untuk kepentingan masyarakat yang dilayaninya, untuk itu oleh undang-undang diberikan kepercayaan yang begitu besar dan secara umum dapat dikatakan bahwa setiap pemberian kepercayaan terhadap seseorang meletakkan tanggungjawab di atas bahunya, baik berdasarkan hukum maupun berdasarkan moral. Pengawasan Notaris diharapkan oleh pembentuk UUJN sebagai lembaga pembinaan agar para Notaris dalam menjalankan jabatannya dapat lebih meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat. Mengingat peranan dan kewenangan Notaris sangat penting bagi lalu lintas kehidupan masyarakat, maka perilaku dan perbuatan Notaris dalam menjalankan jabatan profesinya, rentan terhadap penyalahgunaan yang dapat merugikan masyarakat, sehingga lembaga pembinaan dan pengawasan terhadap Notaris perlu diefektifkan. Ketentuan yang mengatur Majelis Pengawas dalam UUJN, merupakan salah satu upaya untuk mengantisipasi kelemahan dan kekurangan dalam sistem pengawasan terhadap Notaris, Universitas Sumatera Utara sehingga diharapkan dalam menjalankan profesi jabatannya, Notaris dapat meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat. 48 Pengawasan baik preventif dan represif diperlukan bagi pelaksanaan tugas Notaris sebagai pejabat umum. 49 Sejak berlakunya UUJN, maka Badan Peradilan tidak lagi melakukan pengawasan, dan penjatuhan sanksi terhadap Notaris, tugas tersebut dilakukan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dengan Membentuk Majelis Pengawas Notaris. Majelis Pengawas merupakan suatu badan yang mempunyai kewenangan dan kewajiban untuk melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap Notaris Pasal 1 ayat 6 UUJN juncto Pasal 1 angka 1 Permenkum Nomor M.02.PR.08.10 Tahun 2004. Pengawasan terhadap Notaris yang dilakukan oleh Majelis Pengawas Notaris menurut ketentuan dalam Pasal 1 angka 5 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M.02.PR.08.10 Tahun 2004 tentang Tata Cara Pengangkatan Anggota, Susunan Organisasi, Tata Kerja dan Tata Cara Pemeriksaan Majelis Pengawas Notaris adalah kegiatan yang bersifat preventif dan kuratif termasuk kegiatan pembinaan yang dilakukan oleh Majelis Pengawas terhadap Notaris. 50 Bersifat preventif mengandung makna suatu proses pembinaan, sedangkan bersifat kuratif mengandung makna melakukan penjatuhan sanksi terhadap Notaris dalam 48 Indonesia. Pedoman Pelaksanaan Tugas Majelis Pengawas Notaris, KepMenKumHam No. M.39-PW.07.10 Tahun 2004. Latar Belakang, Alinea Kedua. 49 Ibid., hal.11. 50 Indonesia, Tata Cara Pengangkatan Anggota, Susunan Organisasi, Tata Kerja dan Tata Cara Pemeriksaan Majelis Pengawas Notaris, PerMenKumHam No. .02.PR.08.10 Tahun 2004, Pasal 1, Angka 5. Universitas Sumatera Utara pelaksanaan jabatannya apabila terbukti melakukan pelanggaran terhadap Undang-Undang Jabatan Notaris dan Kode Etik Notaris. Dalam tugas pengawasan Majelis Pengawas Notaris sebagaimana diatur dalam Pasal 67 UUJN, menyatakan bahwa: 1 Pengawasan atas Notaris dilakukan oleh Menteri. 2 Dalam melaksanakan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 Menteri membentuk Majelis Pengawas. 3 Majelis Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat 2 berjumlah 9 sembilan orang, terdiri atas unsur: a. Pemerintah sebanyak 3 tiga orang; b. Organisasi Notaris sebanyak 3 tiga orang; dan c. ahli atau akademisi sebanyak 3 tiga orang. 4 Dalam hal suatu daerah tidak terdapat unsur instansi pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat 3 huruf a, keanggotaan dalam Majelis Pengawas diisi dari unsur lain yang ditunjuk oleh Menteri. 5 Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi perilaku Notaris dan pelaksanaan jabatan Notaris. 6 Ketentuan mengenai pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat 5 berlaku bagi Notaris Pengganti dan Pejabat Sementara Notaris.” Berkenaan dengan ketentuan dalam Pasal 67 ayat 3 UUJN, perpaduan unsur dalam keanggotaan Majelis Pengawas diharapkan dapat memberikan sinergi pengawasan dan pemeriksaan yang objektif, sehingga setiap pengawasan dilakukan berdasarkan aturan Universitas Sumatera Utara hukum yang berlaku, dan para Notaris dalam menjalankan jabatannya tidak menyimpang dari UUJN karena diawasi secara internal dan eksternal. 51 Dalam melakukan tugas pengawasan terhadap Notaris sebagian kewenangan diberikan kepada Organisasi Profesi Notaris sebagaimana dimaksud dalam Bab X tentang Organisasi Notaris, Pasal 82 dan 83 UUJN. Organisasi dimaksud adalah Ikatan Notaris Indonesia selanjutnya disebut INI merupakan perkumpulan organisasi bagi para Notaris yang telah berdiri sejak tanggal 1 Juli 1908 dan telah diakui sebagai badan hukum Rechtpersoon berdasarkan Gouvernements Besluit Penetapan Pemerintah tanggal 5 September 1908 Nomor 9. INI merupakan satu-satunya wadah pemersatu bagi semua dan setiap orang yang memangku dan menjalankan tugas jabatan sebagai pejabat umum di Indonesia, sebagaimana telah mendapat pengesahan dari Pemerintah berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia pada tanggal 23 Januari 1995 Nomor C2-1022.HT.01.06. Tahun 1995, dan telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal 7 April 1995 Nomor 28 Tambahan Nomor 1P-1995, oleh karena itu INI merupakan organisasi Notaris sebagaimana dimaksud dalam UUJN. Kode Etik Notaris dapat dikategorikan sebagai kode etik profesi karena memenuhi kriteria profesi, yaitu : 1 Meliputi bidang tertentu saja spesialisasi; 2 Berdasarkan keahlian dan ketrampilan khusus; 51 Habib Adjie, Op Cit, hal. 131. Universitas Sumatera Utara 3 Bersifat tetap atau terus-menerus; 4 Lebih mendahulukan pelayanan dari pada imbalan pendapatan; 5 Bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan masyarakat; 6 Terkelompok dalam suatu organisasi. 52 Kode etik profesi merupakan produk etika terapan karena dihasilkan berdasarkan penerapan pemikiran etis atas suatu profesi dan merupakan norma yang ditetapkan dan diterima oleh kelompok profesi, yang mengarah atau memberi petunjuk kepada anggotanya bagaimana seharusnya berbuat dan sekaligus menjamin mutu moral dari profesi tersebut di mata masyarakat. Pada dasarnya kode etik profesi selalu dirumuskan secara tertulis, karena menurut Sumaryono kode etik profesi berfungsi sebagai : 53 1 sebagai sarana kontrol sosial; 2 sebagai pencegah campur tangan pihak lain; 3 sebagai pencegahan kesalah pahaman dan konflik Kode etik profesi merupakan kriteria prinsip profesional yang telah ditentukan, sehingga dapat diketahui dengan pasti kewajiban profesional anggota lama, anggota baru maupun calon anggota dalam kelompok profesi. Dengan demikian dapat dicegah kemungkinan terjadi konflik kepentingan antara sesama anggota kelompok profesi, atau antara anggota kelompok profesi dan masyarakat. 52 Roesnastiti Prayitno, Op. Cit, hal. 35. 53 E. Sumaryono, Etika Profesi Hukum, Norma-norma Bagi Penegak Hukum, Yogyakarta : Kanisius, 1995, hal. 40. Universitas Sumatera Utara Kode etik profesi telah menentukan standarisasi kewajiban profesional anggota kelompok profesi, sehingga pemerintah ataupun masyarakat tidak perlu lagi campur tangan untuk menentukan bagaimana seharusnya anggota kelompok profesi melaksanakan kewajiban profesionalnya. Kode etik profesi pada dasarnya merupakan norma perilaku yang sudah dianggap benar dan tentunya akan lebih efektif apabila dirumuskan sedemikan baiknya, sehingga memuaskan pihak-pihak yang berkepentingan. Kode etik profesi merupakan wujud dari perilaku yang dianggap benar menurut pendapat umum karena berdasarkan pertimbangan kepentingan profesi yang bersangkutan. Dengan demikian kode etik profesi dapat mencegah kesalah pahaman dan konflik serta mencerminkan moral dan nama baik dari anggota kelompok profesi itu sendiri. Hal tersebut sebagaimana ternyata pada uraian dalam Kode Etik Notaris Ikatan Notaris Indonesia yakni : 1 etika kepribadian notaris; 2 etika melakukan tugas dan jabatan; 3 etika pelayanan terhadap klien; 4 etika hubungan sesama rekan notaris, dan 5 etika pengawasan terhadap notaris. 54 54 Roesnastiti Prayitno, Op Cit., hal. 58. Universitas Sumatera Utara

B. Tugas, Wewenang dan Kewajiban Majelis Pengawas

Dokumen yang terkait

ANALISIS YURIDIS TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN NOTARIS DALAM PEMBUATAN AKTA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS.

0 1 109

TINJAUAN YURIDIS TENTANG KEBATALAN DAN PEMBATALAN AKTA NOTARIS DALAM PRESPEKTIF UNDANG - UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS.

0 0 13

Analisis Yuridis Tentang Mal Administrasi Kantor Notaris Ditinjau Berdasarkan Pasal 16 Undang undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris

0 0 14

Analisis Yuridis Tentang Mal Administrasi Kantor Notaris Ditinjau Berdasarkan Pasal 16 Undang undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris

0 0 2

Analisis Yuridis Tentang Mal Administrasi Kantor Notaris Ditinjau Berdasarkan Pasal 16 Undang undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris

0 1 31

BAB II KEDUDUKAN HUKUM ATAS BATASAN TURUNNYA KEKUATAN PEMBUKTIAN AKTA NOTARIS BERDASARKAN UUJN NO. 2 TAHUN 2014 A. Karakter Yuridis Akta Notaris - Analisis Yuridis Atas Turunnya Kekuatan Pembuktian Akta Notaris Menurut Undang-Undang Jabatan Notaris Nomor

0 1 30

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Yuridis Atas Turunnya Kekuatan Pembuktian Akta Notaris Menurut Undang-Undang Jabatan Notaris Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris

0 0 21

Analisis Yuridis Atas Turunnya Kekuatan Pembuktian Akta Notaris Menurut Undang-Undang Jabatan Notaris Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris

0 0 14

ANALISIS YURIDIS TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN NOTARIS DALAM PEMBUATAN AKTA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS

1 6 58

TANGGUNGJAWAB NOTARIS ATAS PEMBUATAN AKTA PARTIJ BERDASARKAN KETERANGAN PALSU MENURUT UNDANG-UNDANG JABATAN NOTARIS SKRIPSI

0 0 12