Peran dan Pengelolaan Zakat Terhadap Kemiskinan

23 karena erat hubungannya dengan pelaksanaan pasal 34 UUD 1945 dan Menteri Keuangan.

2.5. Peran dan Pengelolaan Zakat Terhadap Kemiskinan

Zakat dianggap mampu dalam pengentasan kemiskinan, karena zakat merupakan sarana yang dilegalkan agama dalam pembentukan modal. Pembentukan modal semata-mata tidak hanya berasal dari pengolahan dan pemanfaatan sumber daya alam saja, tetapi melalui upaya penyisihan sebagian harta bagi yang mampu, yang wajib di bayarkan kepada pengelola zakat. Zakat di anggap akan mampu memaksimalkan kualitas SDM melalui pengadaan sarana dan prasarana bagi masyarakat, meningkatkan produktifitas, serta meningkatkan pendapatan masyarakat secara umum. Agar zakat dapat berfungsi secara optimal, maka zakat harus di kelola dan di atur pada kebijakan yang tepat, agar hasilnya tepat pada sasaran yaitu untuk mensejahterakan masyarakat umumnya kaum muslim, dan mampu mengurangi kemiskinan. Kebijakan pengelolaan zakatyang di teliti oleh penulis adalah Pengelolaan yang dilakukan oleh Badan Amil Zakat DaerahSumatera Utara BAZDASU, hal ini disebabkan karena pemusatan pengumpulan zakat dan pemberdayaan zakat banyak dilakukan oleh BAZDASU. BAZDASU adalah lembaga yang dibentuk oleh pemerintah tentang pengelolaan zakat. Sebagai lembaga pengelola zakat, eksistensinya begitu penting, tidak saja mempunyai tugas pokok mengumpulkan, menyalurkan dan mendayagunakan zakat sesuai dengaan ketentuan agama, tetapi lebih daripada itu BAZDASU dituntut juga menjadi lembaga yang benar-benar Universitas Sumatera Utara 24 berperan dalam mensejahterakan dan mengentaskan perekonomian umat Islam Sumatera Utara. BAZDASU dari tahun ke tahun senantiasa menggulirkan program kerja yang terarah dan terpadu dalam visi menjadi lembaga pengelola zakat yang amanah, professional dan transparan untuk meningkatkan kesejahteraan dan ekonomi umat dalam rangka membangun kepercayaan kepada masyarakat sehingga masyarakat Islam menyadari betapa pentingnya membayar ke BAZDASU. Penyaluran zakat oleh BAZDASU dilkukan secara konsumtif penyaluran tahunan pada problema kehidupan sosial yang terkait dengan kemiskinan, BAZDASU menyelesaikannya dengan mengutamakan tiga kategori, yaitu : 1. Miskin Harta, yakni fakir miskin, anak yatim miskin, muslim lanjut usia, orang sakit, ibn sabil dan gharim. 2. Miskin ilmu pengetahuan, BAZDASU memberikan beasiswa bagi tingkat Aliyah, Mahasiswa tingkat BA, MA dan Ph. D. 3. Miskin aqidah, BAZDASU memberikan bantuan pembangunan sarana ibadah seperti masjid, langgar dan musholla. Membantu da’i pedesaan untuk membina desa-desa dengan tugas pokok melaksanakan kewajiban sholat jum’at dan menjaga fardu khifayah, dan memberikan pengajian. Da’I juga bertugas mebantu kegiatan keagamaan para pemuda dan remaja Islam seperti organisasi masyarakat Islam, pesantren kilat dan sebagainya. Penyaluran zakat bisa bersifat konsumtif dan produktif. Penyaluran zakat konsumtif diberikan kepada : Universitas Sumatera Utara 25 1. Fakir miskin, seperti : Bantuan orang jompo, bantuan anak yatim miskin, bantuan untuk orang sakitcacat kurang mampu, bencana alam dan lainnya. 2. Shabilillah, sperti gaji honor, da’i, bantuan untuk masjidlanggar dan mushalla KabKota se-Sumatera Utara. Bantuan untuk pembinaan Tahfizul Qur’anQori, Qoriah, Kaligrafi al-Qur’an, TPA-TKA dan lainnya. 3. Ibnu Sabil, gharim dan muallaf. 4. Bantuan beasiswa, seperti Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, Aliyah, Mahasiswa BA, Pascasarjana MA dan Ph. D. 5. Bantuan pula disalurkan kepada kegiatan-kegiatan keagamaan. Bantuan biaya pula bagi pembinaan dan evaluasi BAZDASU, bantuan kegiatan bulan Ramadhan, bantuan penyuluhan dan pengembangan, seperti lokakarya produktif potensi penerbitan risalah dan info BAZDASU. Bantuan juga bagi pembentuk transport motivator, informasi, publikasi, dokumentasi dan komunikasi BAZDASU, kesejahteraan intensif pengurus dan pegawai dan lainnya. Zakat produktif disalurkan sebagai berikut : 1. Pinjaman modal usaha pedagang kecil dan pegawai yang kurang mampu. 2. Penambahan dana abadi BAZDASU di berbagai Bank Syariah. 3. Biaya klinik layanan kesehatan dhuafa BAZDASU. 4. Penambahan saham BAZDA Sumut pada Bank Syariah BPRS. Kebijakan penggunaan anggaran dan pembiayaan bagi sasaran tersebut, di tetapkan melalui musyawarah kerja BAZDASU. Setiap awal BAZDASU mesti Universitas Sumatera Utara 26 membuat laporan tahunan kepada pemerintah di Sumatera Utara, DRPD Sumatera Utara dan kepada muzakki. 2.6.Pengaruh Zakat Terhadap Kemiskinan Jika dilihat Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah umat muslimterbesar di dunia harus memiliki peran aktif dalam perwujudan kesejahteraan masyarakat dengan pengoptimalan potensi zakat. Potensi ini tentu sajadi anggap jelas mampu mewujudkan pengentasan kemiskinan, tetapi melalui pengelolaan dan mekanisme yang tepat danmempunyai hasil baik. Potensi Zakat yang bisa dikembangkan untuk mengentaskan kemiskinan adalah zakat yang memiliki sifat produktif. Zakat produktif adalah pemberian zakat yang dapat membuat para penerimanya menghasilkan sesuatu secara terus-menerus, dengan harta zakat yang telah diterimanya. Dengan kata lain zakat dimana harta atau dana zakat yang diberikan kepada para mustahik tidak dihabiskan akan tetapi dikembangkan dan digunakan untuk membantu usaha mereka, sehingga dengan usaha tersebut mereka dapat memenuhi kebutuhan hidup secara terus menerus. Pendayagunaan zakat produktif melalui cara atau usaha dalam mendatangkan hasil dan manfaat yang lebih besar serta lebih baik. Pendayagunaan zakat diharapkan dapat menghasilkan manfaat, sehingga zakat mendatangkan mafaat bagi yang menerimanya. Ada dua bentuk pendayagunaan dana zakat antara lain : Universitas Sumatera Utara 27 1. Bentuk sesaat, dalam hal ini berarti bahwa zakat hanya diberikan kepada seseorang satu kali atau sesaat saja. Dalam hal ini juga berarti bahwa penyaluran kepada mustahiq tidak disertai target terjadinya kemandirian ekonomi dalam diri mustahiq. Hal ini di karenakan mustahiq yang bersangkutan tidak mungkin lagi mandiri, seperti pada diri orang tua yang sudah jompo, orang cacat. Sifat bantuan sesaat ini idealnya adalah hibah. 2. Bentuk Pemberdayaan, merupakan penyaluran zakat yang disertai target merubah keadaan penerima dari kondisi kategori mustahiq menjadi kategori muzakki. Target ini adalah target besar yang tidak dapat dengan mudah dan dalam waktu yang singkat. Untuk itu, penyaluran zakat harus disertai dengan pemahaman yang utuh terhadap permasalahan yang ada pada penerima. Apabila permasalahannya adalah permasalahan kemiskinan, harus diketahui penyebab kemiskinan tersebut sehingga dapat dicari solusi yang tepat demi tercapainya target yang telah dicanangkan. Pemanfaatan zakat harta sangat targantung pada pengelolaannya. Apabila pengelolaannya baik, pemanfaatannya akan dirasakan oleh masyarakat. Pemanfaatan zakat ini, biasanya berbeda dari satu daerah ke daerah lain. Dari penelitian lapangan yang dilakukan diketahui bahwa pada umumnya bahwa penggunaan zakat harta diantaranya untuk pemberdayaan ekonomi mayarakat seperti; dipergunakan untuk usaha pertanian, peternakan dan usaha kecil lainnya. Universitas Sumatera Utara 28

2.7. Kemiskinan di Kota Medan