2.6. Nilai APGAR pada Bayi Baru Lahir
Pada tahun 1952, dr.Virginia Apgar merancang serangkaian penilaian cepat untuk menilai keadaan klinis pada bayi baru lahir pada usia 1 dan 5 menit,
maka dari itu penilaian ini disebut Nilai APGAR skor APGAR yang berasal dari nama penemunya. Penilaian ini memiliki 5 komponen, yaitu frekuensi jantung,
usaha pernafasan, tonus otot, refleks terhadap rangsangan, dan warna kulit. Menurut APGAR, frekuensi jantung dan usaha pernafasan adalah komponen
terpenting pada sistem penilaian ini lalu diikuti dengan refleks terhadap rangsangan, tonus otot dan warna kulit.
Nilai APGAR digunakan untuk menilai dan mengevaluasi bayi baru lahir, selain itu nilai APGAR digunakan untuk mengestimasi kemungkinan ketahanan
hidup bayi. Nilai APGAR tidak digunakan untuk memprediksi gangguan sistem saraf atau asfiksia bayi baru lahir tetapi dapat memprediksi palsi serebral dan
menilai keberhasilan resusitasi. Nelson dan Ellenberg menemukan risiko kerusakan motorik yang berhubungan dengan nilai APGAR yang rendah dalam
waktu lama pada bayi cukup bulan Rubarth, 2012; Li, 2013. Pada tahun 1962, Butterfield dan Covey membuat akronim dari nilai
APGAR. Hal ini dilakukan untuk mempermudah klinisi mengingat komponen dari nilai APGAR. A adalah appaerance warna kulit, P adalah pulse frekuansi
jantung, G adalah Grimace refleks rangsangan, A adalah Activity tonus otot, R adalah respiration usaha pernafasan.
Frekuensi jantung bayi baru lahir dapat dirasakan pada umbilikal bayi. Posisi jari pada bagian bawah potongan umbilikal bayi dekat dengan kulit.
Penilaian dapat dilakukan selama 6 detik untuk mendapatkan hasil yang lebih cepat. Bayi baru lahir yang tidak ada frekuensi jantung diberi nilai 0, frekuensi
jantung 100 diberi nilai 1 dan frekuensi jantung 100 diberi nilai 2. Usaha pernafasan bayi dilihat apakah bayi memerlukan bantuan
pernafasan atau tidak. Bayi baru lahir yang apnea diberi nilai 0 , bayi baru lahir yang hipoventilasi diberi nilai 1, dan bayi baru lahir yang dapat bernafas normal
tanpa peningkatan usaha pernafasan diberi nilai 2. Pada refleks rangsangan apabila bayi baru lahir tidak memberi respon diberi nilai 0, bayi merespon dengan
Universitas Sumatera Utara
merintih atau sedikit gerakan diberi nilai 1, dan bayi yang langsung nangis diberi nilai 2.
Kemudian yang di nilai adalah tonus otot, penilaiaan ini mudah dilihat. Hipotonia dapat disebabkan oleh iskemia pada organ non vital. Hipoksia dan
iskemia menyebabkan kekurangan ATP untuk aktifitas otot. Pada bayi baru lahir yang tidak ada tonus otot diberi nilai 0, ekstermitas bayi sedikit fleksi di beri nilai
1, dan apabila gerakan bayi aktif maka diberi nilai 2. Berdasarkan nilai APGAR, nilai 2 diberi apabila seluruh bayi berwana merah jambu, tetapi kebanyakan bayi
sedikit sianosis pada menit pertama. Saturasi oksigen meningkat dari 60 menjadi 90 dalam waktu 5 menit. Nilai 1 diberi pada bayi yang akrosianosis,
yaitu sianosis pada ekstremitasnya. Akrosianosis biasanya terjadi pada 24 jam pertama, setelah dihangatkan dan perfusi ke jaringan baik, makan akrosianosis
mulai tidak tampak Rubarth, 2012. Untuk komponen-komponen penilaian APGAR pada bayi baru lahir dapat di lihat pada tabel 2.4.
Tabel 2.4. Komponen Nilai APGAR
Nilai 1
2 Frekuensi jantung
Tidak ada 100x menit
100x menit Usaha pernafasan
Tidak ada Lambat
Menangis kuat Tonus otot
Tidak ada Ekstremitas sedikit
fleksi Gerakan Aktif
Refleks rangsangan
Tidak bereaksi Gerakan sedikit
Reaksi melawan
Warna kulit Seluruh tubuh
birupucat Tubuh kemerahan,
ekstremitas biru Seluruh tubuh
kemerahan
Tiap komponen tersebut dijumlahkan, apabila nilainya 7 , menunjukkan keadaan bayi baik. Jika nilai APGAR masih 7 atau bayi memerlukan resusitasi,
maka penilaian ini diteruskan setiap 5 menit sampai normal atau sampai 20 menit. Pengelompokan hasil perhitungan nilai APGAR dapat dilihat pada tabel 2.5.
dibawah ini.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.5. Hasil Penjumlahan Nilai APGAR Hasil
Status Intervensi
8 – 10 Normal
Tidak membutuhkan intervensi 4 – 7
Sedang Membutuhkan tindakan resusitasi
0 – 3 Berat
Membutuhkan resusitasi segera
Banyak faktor yang berhubungan dengan nilai APGAR yaitu, trauma lahir, kelainan bawaan, infeksi, hipoksia, kelahiran prematur, dan penggunaan obat-
obatan. Nilai APGAR pada menit pertama umumnya berhubungan dengan pH pada darah tali pusat dan gawat janin selama persalinan. Bayi dengan nilai
APGAR 0-4 menunjukkan bahwa pH darah rendah oleh karena tekanan parsial karbon dioksida yang tinggi. Pada payi prematur dengan nilai APGAR yang
rendah belum tentu indikasi gawat janin yang berat Cloherty et al., 2008. Nilai APGAR yang digunakan sebagai respon resusitasi berbeda dengan
nilai APGAR pada bayi baru lahir yang bernafas secara spontan. Bayi dengan nilai APGAR yang rendah pada menit pertama namum merespon baik dengan
resusitasi memiliki prognosis yang baik. Bayi dengan nilai APGAR rendah dan tidak merespon baik dengan resusitasi selama 10 menit memiliki prognosis yang
buruk, bayi tersebut memiliki risiko palsi serebral yang meningkat seiring dengan semakin lamanya nilai APGAR yang rendah Suradi, 2012.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini tertera pada gambar 3.1. dibawah ini:
Keterangan:
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Kehamilan normal Volume darah meningkat
Kadar Hb ibu
Non Anemia Anemia
1. Derajat ringan
2. Derajat sedang
3. Derajat berat
Nilai APGAR Bayi Baru Lahir
1. Diet 2. Penyakit
hematologi bawaan
Usia kehamilan Kelahiran gameli
Riwayat Penyakit ibu Hipertensi diinduksi
kehamilan Kelainan plasenta
yang diteliti Variabel Independen
Variabel Dependen
Universitas Sumatera Utara