defisiensi asam folat, defisiensi vitamin B12, defisiensi vitamin A yang akut dan kronis, infeksi dari parasit, kelainan kongenital atau diperoleh yang dapat
mempengaruhi sintesis Hb, produksi sel darah merah atau sel darah merah yang masih hidup, dapat menyebabkan anemia.
Menurut WHO, kadar Hb 13,0 grdl pada laki-laki, kadar Hb 12,0 grdl pada wanita dewasa yang tidak hamil, kadar Hb 11,0 grdl, kadar Hb 12,0 grdl
pada anak umur 6-14 tahun, dan kadar Hb 11,0 grdl dinyatakan sebagai anemia. Di Indonesia pada umumnya memakai kriteria sendiri untuk memudahkan klinisi
untuk melakukan work up anemia. Kadar Hb 10,0 grdl, hematrokrit 30 dan kadar Eritrosit 2,8 juta
��
3
adalah kriteria umum di klinik atau rumah sakit di Indonesia Bakta, 2012.
2.3.1 Klasifikasi Anemia
Berdasarkan derajat anemia, WHO dan NCI National Cancer Institution mengklasifikasikan anemia menjadi empat kelompok, seperti yang tertera pada
tabel 2.1. dibawah ini.
Tabel 2.1. Derajat Anemia Derajat
WHO NCI
Derajat 0 nilai normal ≥11.0 gdl
Perempuan : 12.0 – 16.0 gdl
Laki-laki : 14.0 – 18.0 gdl
Derajar 1 ringan 9.5 – 10.9 gdl
10.0 gdl – nilai normal Derajat 2 sedang
8.0 – 9.4 gdl 8.0 – 10.0 gdl
Derajat 3 berat 6.5 – 7.9 gdl
6.5 – 7.9 gdl Derajat 4 mengancam
jiwa 6.5 gdl
6.5 gdl
Menurut Longo dkk dalam buku Harrison’s edisi 18, klasifikasi fungsional dari anemia dibagi menjadi tiga kategori besar, yaitu :
1. Gangguan produksi sumsum tulang hypoproliferation 2. Gangguan pematangan sel darah merah ineffective erythropoesis
3. Penurunan usia sel darah merah blood loss hemolysis
Universitas Sumatera Utara
2.3.2. Gejala Klinis Anemia
Variasi gejala klinis dari anemia sangat bervariasi, tetapi secara umum dapat dibagi menjadi tiga bagian besar. Pertama gejala umum anemia atau
sindrom anemia anemic syndrome. Sindrom anemia adalah gejala-gejala yang timbul pada seluruh jenis anemia pada kadar Hb sudah menurun sampai pada
suatu titik tertentu. Gejala-gejala ini timbul akibat hipoksia sampai anoksia suaru organ dan telah terjadi mekanisme kompensasi tubuh terhadapat penurunan kadar
Hb. Gejala tersebut dikelompokkan menurut masing-masing organ tubuh, antara lain :
1. Sistem kardiovaskular: lesu, cepat lelah, palpitasi, sesak diwaktu bekerja, takikardi, angina pektoris, dan gagal jantung.
2. Sistem saraf: pusing, sakit kepala, telinga berdenging, kelemahan otot, gelisah, lesu, perasaan dingin pada ekstemitas.
3. Sistem urogenital: libido menurun dan gangguan menstruasi 4. Epitel: elastisitas kulit menurun, rambut tipis dan halus, warna yang
pucat pada kulit dan mukosa. Kedua, gejala dari masing – masing anemia, yaitu :
1. Anemia defisiensi besi: kuku berbentuk seperti sendok makan koilonikia, rapuh, dan tipis dengan garis menonjol pada
permukaannya yang terasa kasar disebabkan oleh karena sirkulasi kapiler menurun, lidah terasa perih dan berwarna merah, seperti
terbakar akibat atrofi, kulit suduk mulut terasa perih dan kering akibat perubahan epitel Kowalak et al., 2012.
2. Anemia defisiensi asam folat: lidah memerah buffy tongue, glotitis, anoreksia, keluhan mudah lupa, mual, dan ikterus ringan. Anemia
defisiensi asam folat tidak menyebabkan defisit neurologi atau gangguan neurologi kecuali jika keadaan ini disertai dengan defisiensi
vitamin B12 seperti pada anemia pernisiosa Kowalak et al., 2012. 3. Anemia hemolitik: ikterus dan hepatosplenomegali
4. Anemia aplastik: ekimosis, petekie, dan perdarahan, khususnya dari membran mukosa, seperti mukosa hidung, mukosa gusi, mukosa
Universitas Sumatera Utara
rektum, mukosa vagina, atau ke dalam retina atau sistem saraf pusat yang disebabkan oleh trombositopenia, infeksi, nyeri tenggorokan
tanpa adanya inflamasi yang khas, yang dikarenakan neutropenia defisiensi neutrofil Kowalak et al., 2012.
Ketiga, penyakit dasar yang menyebabkan timbulnya anemia. Misalnya, infeksi cacing tambang yang berat yang memiliki gejala pembesaan kelenjar
parotis dan telapak tangan berwarna kuning yang dapat menyebabkan anemia defisiensi besi. Kanker kolon yang dapat menimbulkan perubahan sifat defekasi
change of bowel habit, feses dapat bercampur dengan darah atau lendir Bakta, 2012.
2.3.3. Prinsip Terapi Anemia