Persiapan Alat Pengolahan Tanah Liat Campuran Lumpur Lapindo dan Abu Gunung Merapi

saringan 60 mesh, kanvas tebal, timbangan, serta kompor dan wajan. Semua peralatan tersebut digunakan pada proses pengolahan dilakukan. Berikuti ini adalah fungsi dari alat yang digunakan untuk teknik kering ini. a Palu kayu atau ganden, merupakan alat yang digunakan untuk proses penumbukkan lumpur Lapindo menjadi butiran-butiran halus. b Ember, dalam hal ini digunakan untuk menampung bongkahan lumpur Lapindo, abu gunung Merapi, hasil saringan bongkahan lumpur Lapindo dan abu gunung Merapi, tempat air, dan tempat pencampuran antara lumpur Lapindo dengan abu gunung Merapi. c Saringan 60 mesh, digunakan untuk menyaring lumpur Lapindo dan abu gunung Merapi. Pertimbangan pemilihan ukuran ini adalah terkait dengan hasil penyaringan, yaitu benar-benar lumpur Lapindo dan abu gunung Merapi tanpa kotoran seperti krikil, batu, plastik, dan kotoran lainnya. d Kanvas tebal, terkait dengan ini adalah digunakan untuk proses pengulian tanah liat campuran lumpur Lapindo dengan abu gunung Merapi. e Timbangan, alat ini digunakan untuk menimbang lumpur Lapindo dan abu gunung Merapi sebelum dicampur. f Kompor dan wajan, dalam hal ini pertimbangan dengan proses pengeringan yang dibutuhkan untuk teknik kering ini memang harus benar-benar kering, sehingga mempermudah proses penumbukkan. Alat ini digunakan untuk mengeringankan lumpur Lapindo dan abu gunung Merapi hingga dalam kondisi yang sangat kering.

3. Pengeringan Lumpur Lapindo dan Abu Gunung Merapi

Tahap pertama dalam proses pengolahan tanah liat campuran lumpur Lapindo dan abu gunung Merapi dengan teknik kering adalah pengeringan. Tahap ini penting ketiha dihadapkan pada tahap selanjutnya, yaitu penumbukkan dimana kondisi tanah harus benar-benar kering dan bahkan sangat kering hingga saat ditumbuk langsung membentuk butiran-butiran kecil debu. Apabila kondisi lumpur Lapindo masih menadung air dengan kadar yang tinggi, maka akan mengakibatkan proses penumbukkan menjadi sulit, seperti lengket pada palu, menendap, dan menempel pada alas, dan sulit untuk disaring. Maka dari itu, pada tahap awal ini pengeringan dilakukan terlebih dahulu. Gambar 21. Proses Pengeringan Lumpur Lapindo Menggunakan Kompor Gas Sumber: Dokumentasi Tim Peneliti, 2015 Pengeringan dilakukan menggunakan kompor gas dan wajan. Penggunaan alat ini pada dasarnya ditujukan untuk mengolah lumpur Lapindo dalam skala yang kecil. Dalam pertimbangan kecepatan dalam pengeringan dan jumlah lumpur Lapindo yang sedikit juga, maka pengeringan dengan menggunakan kompor gas ini dapat dilakukan. Apabila melihat kondisi tanah dengan hasil dari pengeringan dengan di bawah terik matahari dan hasil dimasak dengan kompor gas menunjukkan bahwa tingkat kekeringan yang dihasilkan dengan menggunakan kompor gas lebih sedikit kandungan airnya. Hal ini dikarenakan panas yang dihasilkan lebih merata dan tidak banyak terbuang dan juga tingkat kepanasan pada saat mengeringkan pun juga dapat diatur sedemikian rupa untuk mempercepat proses mengeringkan lumpur Lapindo. Proses mengeringkan lumpur Lapindo ini dimulai dengan mempersiapkan terlebih dahulu kompor gas dan wajan yang akan digunakan. Selanjutnya wajan mulai dipanaskan sambil menuangkan sedikit demi sedikit bongkahan kecil lumpur Lapindo ke dalam wajan hingga terisi penuh. Kemudian proses mengeringkan didiamkan untuk beberapa saat hingga terlihat asap-asap diantara lumpur Lapindo. Tahap selanjutnya adalah mengaduk-aduk lumpur Lapindo hingga semuanya merata panasnya secara keseluruhan. Proses mengeringkan ini membutuhkan waktu 20 menit dalam sekali masak hingga lumpur Lapindo benar-benar kering. Setelah lumpur Lapindo kering dilanjutkan dengan menuangkannya di atas alas yang terbuat dari semacam kanvas untuk kemudian ditunggu hingga sedikit dingin dan kemudian mulai ditumbuk. Proses pendinginan pun juga tidak memakan waktu yang lama, hanya sektitar 10-15 menit kondisi lumpur Lapindo sudah dingin.