4.4 Unsur Hara Tanah
Hasil analisis menunjukkan adanya perbedaan dari kandungan ketiga unsur dari masin-masing daerah penelitian Tabel 4.1.. Nilai N tertinggi
diperoleh pada daerah Mesjid Raya dengan nilai 0,15 , dan yang terendah diperoleh pada daerah Ujung Pancu dengan nilai 0,06. Kandungan P yang
diperoleh juga berbeda disetiap daerah penelitian dimana nilai P tertinggi diperoleh pada daerah Ujung Pancu dengan nilai 9,56 ppm, dan terendah pada
daerah Krueng Raya dengan nilai 8,44 ppm. Kadar K tertinggi diperoleh pada daerah Krueng Raya, dan terendah pada daerah Leupung dengan nilai masing-
masing 1,054 dan 0,075 m.e100g. Tabel 4.1
Kandungan unsur hara makro tanah pada lokasi penelitian
Asal Daerah Parameter
N P ppm
K m.e100g Jantho
0.1 9.11
0.157 Krueng Raya
0.14 8.44
1.054 Leupueng
0.08 9.33
0.075 Mesjid Raya
0.15 8.67
0.178 Ujung Pancu
0.06 9.56
0.497
Kandungan unsur hara makro nitrogen pada daerah Krueng Raya, Mesjid Raya, dan Jantho tergolong rendah sedangkan daerah Ujung Pancu dan Leupung
tergolong sangat rendah. Hal ini sesuai dengan kriteria yang dikeluarkan Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Bogor 1993 bahwa nilai N dalam kondisi
rendah apabila memiliki kandungan 0,10-0,20, dan sangat rendah apabila N0,10. Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa jamblang dapat tumbuh baik
pada daerah yang miskin hara, yaitu unsur hara makro yang rendah. Hal ini menunjukkan bahwa jamblang berpotensi sebagai tumbuhan konservasi lahan
kering dan marginal yang memiliki kandungan hara yang rendah. Unsur hara K menunjukkan angka yang rendah, yaitu berada pada kisaran
0,075-1,054 m.e100g. Kandungan K ini tergolong sangat rendah sesuai dengan kriteria faktor kimia tanah yang dikeluarkan Pusat Penelitian Tanah dan
Agroklimat Bogor 1993, nilai K tergolong sangat rendah apabila berada pada
Universitas Sumatera Utara
kisaran 10 m.e100g, dan sangat tinggi apabila memiliki kandungan 60 m.e100g.
Posfor merupakan salah satu unsur hara makro yang tersedia di dalam tanah, tetapi tidak semua unsur P yang tersedia dapat dimanfaatkan langsung oleh
tumbuhan. Nilai P tersedia yang diperoleh dari hasil analisis menunjukkan adanya perbedaan pada masing-masing lokasi penelitian. Kandungan P tersedia berkisar
8,44-9,56 ppm. Kadar Posfor tertinggi didapat pada daerah Ujung Pancu dan Leupung dengan nilai 9,56 dan 9,33 ppm. Tingginya kadar posfor pada kawasan
ini diduga mempengaruhi proses pembungaan dan membantu proses pembentukan buah pada jamblang. Hal yang sama disampaikan oleh Rosmarkam Yuwono
2002, dimana P dibutuhkan untuk pembentukan primodia bunga dan organ tanaman untuk reproduksi, mempercepat masaknya buah dan biji tanaman.
Perbedaan kadar posfor diduga disebabkan oleh jenis tanah, selain itu fenomena ini terkait dengan proses pelapukan yang terjadi di masing-masing
lokasi. Hal yang sama disampaikan oleh Rosmarkam Yuwono 2002, adanya pertambahan posfor ke dalam tanah hanya bersumber dari defosit atau pelapukan
batuan dan mineral yang mengandung posfor.
4.5 Uji Fitokimia