Deskripsi Jamblang di Kabupaten Aceh Besar Ekologi Jamblang

4.2 Deskripsi Jamblang di Kabupaten Aceh Besar

Pohon teresterial, diameter batang berkisar antara 19,11-50,9 cm, dengan warna kulit batang bagian luar coklat keabu-abuan dan bagian dalam berwarna coklat. Bentuk daun bulat sampai lonjong dengan pangkal daun runcing dan ujung daun meruncing. Warna permukaan daun bagian atas hijau tua mengkilat dan bagian bawah hijau muda. Daun muda berwarna merah bata. Panjang daun 5-13 cm dan lebar 3-7,5 cm, dengan susunan berhadapan. Panjang tangkai daun berkisar antara 1,5-2,2 cm. Bentuk bunga malai dengan jumlah bunga dalam karangan bunga 101-171 kuntum. Jumlah bunga jantan tak terhingga, panjangnya 0,7-0,9 cm, dan jumlah bunga betina satu dengan panjang 0,5-0,7 cm. Tiga kali percabangan, letak bunga aksilar. Jumlah mahkota bunga 5 dengan warna putih kekuningan. Bunga tumbuh pada batang yang tak berdaun, kelopak bunga berbentuk corong dengan tinggi 4-5 mm. Buah buni panjang 2-3 cm, diameter 1,4-2 cm, bentuk buah lonjong sampai bulat telur. Kulit buah tipis licin mengkilap, warna buah muda hijau dan buah tua berwarna merah tua sampai ungu kehitaman. Daging buah berwarna putih. Jumlah buah pada setiap tangkainya bervariasi antara 7-20 buahtangkai. Biji berbentuk lonjong dengan panjang 1,6- 2,2 cm, diameter biji 0,7-1,2 cm. Berwarna hijau dengan bintik-bintik berwarna merah pada bagian luar, dan hijau pada bagian dalam, biji berkeping dua.

4.3 Ekologi Jamblang

Hasil penelitian yang telah dilakukan, didapat 54 individu jamblang yang tersebar pada lima kecamatan, yaitu Jantho, Krueng Raya, Leupung, Mesjid Raya, dan Ujung Pancu. Jamblang tumbuh di daerah-daerah dataran rendah mulai dari pinggir pantai hingga perbukitan, ketinggian 7-133 m dpl. Pada kecamatan Krueng Raya, jamblang tumbuh di daerah perbukitan pada ketinggian 13-122 m dpl. Suhu udara di kelima lokasi penelitian berkisar antara 28-35 o C, suhu tanah 30-32 o Jamblang tersebar pada daerah dengan curah hujan berkisar antara 1500- 2000 mmtahun. Daerah dengan persebaran jamblang tertinggi adalah pada C, pH tanah 5,2-6,9 dan intensitas cahaya 101-202 candela. Universitas Sumatera Utara kecamatan Krueng Raya Gambar 4.6. Hasil ini sesuai dengan yang dilaporkan oleh peneliti sebelumnya, Dalimatra 2003, menyatakan bahwa jamblang tumbuh dikawasan tropis dari dataran rendah hingga ketinggian 500 meter dpl. Jamblang juga ditemukan pada kawasan dengan curah hujan 2000-2500 mmtahun. Namun hasil ini berbeda dengan yang dilaporkan oleh Sah Verma 2011, yang menyatakan bahwa jamblang di India tumbuh di dataran tinggi pada ketinggian 1800 meter dpl. Universitas Sumatera Utara G am ba r 4.6 P eta D is trib us i Jam b lan g S. c um ini be rda sa rka n c ur ah huj an di K abupa te n A ce h B es ar . Universitas Sumatera Utara Jamblang ditemukan tumbuh pada berbagai jenis tanah, yaitu Chromic Luvisol, Humic Acrisols, Dystric Fluvisols, dan Rendzinas Gambar 4.7. Dari Gambar dapat dilihat bahwa Jamblang mendominasi pada daerah dengan jenis tanah Chromic luvisol Mediterania, yaitu pada daerah Krueng Raya dan Mesjid Raya. Tanah Luvisol Mediternian merupakan tanah yang mempunyai horison argilik dengan kejenuhan basa 50 dan tidak mempunyai horison albik. Tanah yang berkembang dari bahan induk batu kapur dengan kadar bahan organik rendah, kejenuhan basa sedang sampai tinggi, tekstur berat dengan struktur tanah gumpal, reaksi tanah dari ragam masam sampai sedikit alkalis pH 6.0 – 7.5. Dijumpai pada daerah pantai sampai 400 m dpl pada iklim tropis basah dengan bulan kering nyata dan curah hujan tahunan antara 800 – 2500 mmthn Food and Agriculture Organization, 2014. Tanah Acrisol Podsolik merupakan tanah sangat tercuci yang berwarna abu-abu muda sampai kekuningan pada horison permukaan sedang lapisan bawah berwarna merah atau kuning dengan kadar bahan organik dan kejenuhan basa yang rendah serta reaksi tanah yang masam sampai sangat masam pH 4.2-4.8. Pada horison bawah permukaan terjadi akumulasi liat dengan struktur tanah gumpal dengan permeabilitas rendah. Tanah mempunyai bahan induk batu endapan bersilika, napal, batu pasir dan batu liat. Tanah ini dijumpai pada ketinggian antara 50-350 m dengan curah hujan antara 2500-3500 mmtahun. Tanah Fluvisol Aluvial merupakan tanah yang berasal dari endapan alluvial atau koluvial muda dengan perkembangan profil tanah lemah sampai tidak ada. Sifat tanah beragam tergantung dari bahan induk yang diendapkannya serta penyebarannya tidak dipengaruhi oleh ketinggian maupun iklim. Rendzinas Renzina merupakan tanah dengan horison A molik yang terdapat di atas batu kapur dengan kadar kalsium karbonat lebih dari 40 persen Food and Agriculture Organization , 2014. Universitas Sumatera Utara G am ba r 4.7 P eta D is trib us i Jam b lan g S. c um ini be rda sar ka n J enis T ana h di K abupa ten A ceh B esar . Universitas Sumatera Utara Jamblang tersebar luas pada daerah Aceh Besar. Jamblang tumbuh pada berbagai habitat seperti pertanian lahan kering, pertanian lahan kering campuran, hutan tanaman industri, dan sawah. Persebaran tertinggi terdapat pada habitat pertanian lahan kering campuran, jenis habitat ini terdapat di kecamatan Krueng Raya, Leupueng, dan Mesjid Raya. Jamblang juga ditemukan pada kawasan hutan tanaman industri, jenis habitat ini banyak ditemukan pada daerah Krueng Raya, Jantho, dan Ujung Pancu. Pada daerah Mesjid Raya jamblang ditemukan pada kawasan pertanian lahan kering. Habitat lain yang menjadi tempat tumbuh jamblang adalah sawah, yang terdapat di kecamatan Ujung Pancu. kawasan perbukitan, tepi pantai, areal persawahan, dan kebun masyarakat Gambar 4.8. Universitas Sumatera Utara G am ba r 4.8 P eta D is trib us i Jam b lan g S. c um ini be rda sa rka n t ut upa n la ha n di K abupa te n A ce h B es ar . Universitas Sumatera Utara

4.4 Unsur Hara Tanah

Dokumen yang terkait

Penggunaan Zat Warna Kulit Batang Jamblang (Syzygium Cumini (L.) Skeels) Dalam Formulasi Sediaan Pewarna Rambut

14 178 72

Gambaran Histologis Hepar Mencit Jantan (Mus musculus L) Strain DDW Setelah Dipajankan Asap Rokok Elektrik Dengan Rasa Gudang Garam Dan Strawberry

3 68 48

Gambaran Histologis Pulmo Mencit Jantan (Mus Musculus L.) Setelah Dipapari Asap Rokok Elektrik

9 102 61

Gambaran Histologis Hepar Mencit (Mus Musculus L.) Strain DDW Setelah Pemberian Ekstrak N-Heksan Buah Andaliman (Zanthoxylum Acanthopodium DC.) Selama Masa Pra Implantasi Dan Pasca Implantasi

8 98 100

Asetilasi Kayu Rambutan (Nephelium lappaceum L), Cempedak (Artocarpus integer Merr), dan Rambai (Baccaurea montleyana Muell. Arg)

0 58 72

Uji Efektivitas Serbuk Cengkeh (Syzygium aromaticum L.) dan Nimba (Azadirachta indica A. Juss) terhadap Perkembangan Penyakit Layu {Fusarium oxysporum f.sp capsici) Pada Tanaman Cabai (Capsicum annum L.)

1 36 78

Struktur Anatomi Kayu Mindi (Melia azedarach L.)

13 59 74

Uji Efektifitas Daun Cengkeh (Syzygium aromaticum L.) Dan Daun Serai (Adropogon nardus L.) Terhadap Penyakit Antraknosa (Colletotrichum capsici (Syd) Butler dan Bisby) Pada Tanaman Cabai (Capsicum annuum L.) Di Lapangan

4 80 94

Isolasi, Seleksi, dan Uji Aktivitas Antimikroba Kapang Endofit dari Daun Tanaman Jamblang (Syzygium cumini L.) terhadap Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, Bacillus subtilis, Staphylococcus aureus, Candida albicans dan Aspergillus niger.

3 23 110

TAKSONOMI DAN DISTRIBUSI JAMBLANG (Syzygium cumini (L) Skeels) DI ACEH BESAR TESIS

0 0 14