menjelaskan bahwa seringkali nama tokoh mengingatkan pada raut muka, cerita atau legenda.
Dilihat dari segi peranan tokoh dalam cerita, terdapat tokoh yang intensitas kemunculannya tinggi dan adapula yang rendah. Namun jika terdapat terlalu
banyak tokoh dalam cerita, maka perlu dilakukan pembatasan pada tokoh-tokoh tertentu untuk dideskripsikan. Ada tiga aspek menurut Barthes 1981 : 139 untuk
membatasi tokoh yang terlalu banyak dalam cerita diantaranya : keinginan, komunikasi dan partisipasi. Keinginan sudah tentu dimiliki oleh setiap tokoh.
Sedangkan komunikasi dapat dilihat dari cara tokoh tersebut mengungkapkan sesuatu secara terang-terangan atau terbuka. Aspek yang ketiga, partisipasi dapat
diketahui melalui bantuan. Misalnya tokoh anak ibunya menjaga toko, murid membantu gurunya menulis di papan tulis dan lain sebagainya.
Meskipun tokoh-tokoh dalam cerita hanyalah rekaan atau fiktif namun fisik dan kepribadiannya dapat diketahui melalui ungkapan, tingkah laku,
penilaian tokoh lain terhadapnya serta lingkungan sosialnya. Penggambaran tokoh melalui berbagai aspek selain membantu pembaca memahami isi cerita juga dapat
membuat pembaca berekstasi atau membayangkan dirinya berada dalam cerita. Hal ini mampu mengundang minat membaca yang berkelanjutan pada cerita
tersebut. Oleh karena itu keberadaan tokoh dalam sebuah cerita sangatlah penting demi keutuhan sebuah cerita itu sendiri.
3. Latar
Dalam karya sastra, latar mencakup tiga unsur yang meliputi waktu, tempat dan lingkungan sosial. Hal ini senada dengan pernyataan Barthes 1981 ;
7 bahwa “le récit est présent dans tous les temps, dans tous les lieux, dans tous
les sociétés .” Ketiga unsur tersebut saling berkaitan dan saling mempengaruhi
satu dan lainnya. Bahkan menurut Stanton 2012 : 36, latar terkadang berpengaruh pada karakter para tokoh dan menjadi contoh representasi tema
sebuah cerita. Latar waktu mengacu pada kapan suatu cerita dimulai yang diperjelas
dengan keterangan waktu seperti ; abad, tahun, bulan dan sebagainya. Sedangkan latar tempat mengacu pada dimana cerita dimulai yang diperinci dengan
keterangan tempat berupa negara, kota, desa dan sebagainya Peyroutet : 2001. Sedangkan latar sosial menurut Schmitt dan Viala 1982 : 169 berkaitan dengan
kehidupan sosial dan budaya karena sebuah cerita sangat dekat dengan aspek sosial. Latar sosial tersebut berupa pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap,
kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan serta norma-norma yang mengaturnya. Di samping itu, latar sosial juga berhubungan dengan status tokoh
yang diceritakan.
4. Tema
Seperti tercantum dalam penjelasan sebelumnya tentang latar bahwa latar dapat menjadi contoh representasi tema cerita. Tema menyoroti aspek-aspek
kehidupan sehingga nantinya akan ada nilai-nilai tertentu yang melingkupi cerita. Menurut Stanton 2012 : 43, setiap aspek dalam cerita mendukung kehadiran
tema. Oleh karena itu, mengaitkan setiap aspek dalam cerita dengan aspek lain menjadi sangat penting. Hal ini dilakukan untuk mengetahui relevansi dari hal-hal
tersebut sehingga cerita dapat dipahami secara utuh. Pemahaman yang utuh
terhadap cerita inilah yang akan mempermudah pembaca dalam menentukan tema.
Dalam Dictionnaire de genres et notions littéraires 2001 : 896 disebutkan pula bahwa
“annoncé par l’auteur ou décelé par les critiques, le thème est une constante autour de l’œuvre particulière” tema dalam sebuah
karya sastra ditentukan oleh pengarang maupun diungkapkan melalui kritik. Meskipun tema cerita telah ditentukan oleh pengarang akan tetapi sebuah tema
idealnya merupakan hasil interpretasi dari pembacaan sebuah karya sastra yang mengandung nilai-nilai estetik dan sarat akan makna.
“Il doit porter un jugement de valeur esthétique, considérer l’évolution ou les modifications de sens,
s’interroger sur la signification même de celui-là” 2001 : 896. Menurut Schmitt dan Viala 1982 : 29, terdapat tema sentral atau thème
central dalam sebuah cerita. Tema sentral merupakan tema pokok yang terdapat dalam sebuah cerita. Selanjutnya, Tema sentral didukung oleh tema-tema
tambahan.
C. Keterkaitan antarunsur intrinsik