Kebebasan Amélie Wujud eksistensi tokoh utama roman autobiografi Stupeur et

4. Kebebasan Amélie

Dalam roman autobiografi stupeur et tremblements karya Amélie Nothomb, tokoh utama, Amélie digambarkan sebagai wanita yang senantiasa ingin mendapatkan kebebasannya; baik kebebasan dalam memilih, maupun bertindak. Keputusan Amélie untuk memulai kariernya sebagai interpreter merupakan wujud kebebasannya dalam memilih. Kebebasan tersebut terbentuk tidak lain oleh kesadaran Amélie akan keinginannya untuk menjadi subjek di lingkungan sosial. Amélie sangat senang mengekspresikan kebebasannya dalam bertindak. Hal ini tampak dalam tindakannya pada permulaan cerita. Memang, Amélie melihat ada perbedaan budaya Jepang dan Belgia bagi pegawai baru dalam sebuah perusahaan. Amélie mengetahui bahwa pegawai baru di perusahaan Yumimoto wajib memyampaikan kedatangannya pada resepsionis, namun ia melalaikan kewajiban tersebut. Amélie memutuskan, pada hari pertamanya bekerja, untuk langsung pergi menuju kantornya di lantai 44. Akibat dari tindakan tersebut, ia dipertemukan dengan Saito dan seketika itu ia menuai teguran darinya. Di satu sisi, Amélie memang telah mengekspresikan kebebasannya dalam bertindak. Akan tetapi, di sisi lain tindakan tersebut telah membuatnya lupa akan tanggung jawabnya sebagai pegawai baru perusahaan Yumimoto. Pada saat itu, tampaknya Saito sedang berusaha menekankan pentingnya kebebasan yang bertanggung jawab pada Amélie. Dalam Being and Nothingness 1956 : 476 disebutkan bahwa, tidak ada tindakan yang disengaja. Amélie melakukan tindakan yang tidak bertanggung jawab tersebut bukan karena tanpa disengaja. Ia melakukannya karena kehendaknya sendiri. Amélie memang menyadari kebebasannya. Namun ia belum bisa mengaplikasikan kebebasan tersebut berkaitan dengan tanggung jawabnya terhadap manusia lain. Kecintaannya dalam mengekspresikan kebebasan dalam bertindak membawanya pada keputusan yang kontroversial. Dalam upaya melawan objektifitas yang dilakukan oleh para pegawai perusahaan Yumimoto terhadapnya, Amélie berinisiatif melakukan pekerjaan yang tidak sesuai dengan keterampilannya, yaitu mendistribusikan surat. Hal ini Amélie lakukan agar setidaknya, ia bisa mendapatkan pengakuan atas eksistensinya sebagai pegawai perusahaan Yumimoto. Sayangnya, tindakan tersebut justru tidak dibenarkan oleh Saito. Hal tersebut tampak pada kutipan di bawah ini. “Je m’étais rendue coupable du grave crime d’initiative. Je m’étais attribué une fonction sans demander la permission de mes supérieurs directs. En plus, le véritable postier de l’entreprise, qui arrrivait l’après- midi, était au bout de la crise de nerfs, car il se croyait sur le point d’être licencié.ˮ p.28 “Aku bersalah atas inisiasiku. Aku mengerjakan sebuah pekerjaan tanpa meminta ijin atasan langsungku. Lebih parah lagi orang yang seharusnya mengerjakan pekerjaan tersebut akan menangis karena dia mengira dirinya diberhentikan dari pekerjaannya.ˮ hal. 28 Pada kutipan di atas, pekerjaan mendistribusikan surat yang Amélie lakukan menunjukkan bahwa kebebasan yang Amélie aplikasikan dalam tindakannya justru tidak mencerminkan tanggung jawabnya sebagai pegawai perusahaan Yumimoto, apalagi sebagai seorang interpreter. Hal ini dikarenakan pekerjaan tersebut bertentangan dengan norma dalam perusahaan. Bekerja dengan menempatkan kepentingan pribadi di atas kepentingan kelompok dianggap sebagai perbuatan yang buruk karena hal tersebut dapat merugikan orang lain. Selain itu, pekerjaan yang Amélie lakukan tidak sesuai dengan pilihan eksistensi Amélie, yaitu sebagai interpreter. Oleh karena itu Sartre 1996 : 31 menekankan pentingnya tanggung jawab bahwa manusia bukan hanya bertanggung jawab terhadap pilihannya, tetapi juga terhadap semua orang. Pekerjaan mendistribusikan surat yang Amélie lakukan menunjukkan bahwa pada saat itu Amélie tidak bertanggung jawab baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang yang seharusnya melakukan pekerjaan tersebut. Norma yang ada dalam perusahaan Yumimoto memang bisa membatasi kebebasan Amélie dalam bertindak. Hal ini dikarenakan lingkungan adalah salah satu faktisitas yang tidak dapat dihindari oleh Amélie sebagai manusia yang sadar akan eksistensinya. Akan tetapi bukan berarti norma tersebut sepenuhnya membatasi tindakan Amélie. Justru hanya dengan kebebasanlah Amélie bisa menentukan pilihan yang terbaik dari sekian kemungkinan yang ada.

E. Proses Subjektifikasi pada Amélie