Penokohan Analisis Struktural Roman Autobiografi

c. Le récit d’aventures Cerita ini menggambarkan petualangan tokoh yang disertai dengan keberanian dan resiko yang tinggi. Misalnya cerita petualangan tokoh yang harus bertahan karena terdampar di sebuah pulau terpencil. d. Le récit policier Cerita ini menampilkan tokoh yang harus memecahkan teka-teka dalam sebuah penyelidikan kasus. e. Le récit fantastique Dalam cerita ini narator mengawali cerita dengan kejadian yang asing dan bertentangan dengan norma umum dan akal manusia. f. Le récit de science-fiction Cerita ini didasarkan pada kemajuan ilmu dan teknologi untuk mengimajinasikan dunia baru. Tempat-tempat yang menjadi latar diantaranya seperti planet, kosmos atau planet yang tak dikenal.

2. Penokohan

Sebuah cerita tidak akan berjalan tanpa adanya tokoh dan perwatakannya. Pengarang menghadirkan para tokoh dengan perwatakan masing-masing untuk menghidupkan cerita. Adanya tokoh dengan perwatakan yang berbeda-beda dibentuk oleh konflik. Dalam Dictionnaire des genres et notions littéraires 2001 : 668 dijelaskan bahwa tokoh patuh pada hukum perubahan. Artinya, ia mengikuti alur yang penuh dengan konflik. Konflik tersebut membawa perubahan-perubahan pada tokoh bahkan membuatnya berubah secara total. Schmitt dan Viala 1982 : 69 menambahkan definisi tokoh dalam cerita sebagai berikut : “Les participants de l’action sont ordinairement les personages du récit. Il s’agit très souvent d’humains ; mais une chose, un animal ou une entité la Justice, La Mort, etc. peuvent être personnifiés et considérés alors comme des personnages. ” “Para pelaku di dalam sebuah cerita disebut juga dengan istilah les personnages. Mereka biasanya diwujudkan dalam wujud manusia dan adapula yang berwujud benda, hewan atau entitas keadilan, kematian dan sebagainya yang dapat dipersonifikasikan dan dianggap sebagai tokoh ”. Perwatakan yang khas yang dimiliki oleh setiap tokoh menjadikan tokoh tersebut juga khas. Kekhasan tersebut mempermudah pembaca untuk mengenali dan membedakan setiap tokoh di dalam cerita. Dalam upaya mendeskripsikan karakter tokoh, maka dapat dilakukan dengan cara mengidentifikasinya berdasarkan fisik, watak ataupun lingkungan sosialnya. Seperti yang diungkapkan oleh Schmitt dan Viala dalam bukunya yang berjudul savoir-lire 1982 : 70 : “Un personage est toujours une collection de traits : physiques, moraux, sociaux. La combination de ces traits et la manière de les présenter, constituent le portrait du personnage.” “Tokoh adalah sekumpulan kenyataan yang berupa fisik, moral dan sosial. Kombinasi dari ketiga hal tersebut dan cara penggambarannya membentuk portrait tokoh.” Selanjutnya, Peyroutet dalam La pratique de l’expression écrite 2001 : 14 memperjelas bahwa untuk mendeskripsikan tokoh dalam sebuah cerita dapat dilakukan dengan dua cara yaitu narator mendeskripsikan tokoh secara langsung dari tingkah laku, gerakan, pakaian, ciri-ciri watak yang kemudian disebut cara langsung. Sedangkan cara tak langsung yaitu tokoh dapat dikonotasikan melalui karakternya, penilaian-penilaian pembaca terhadapnya dari gerakan dan cara tokoh tersebut berekspresi serta nama. Berkaitan dengan nama, Zaimar 1990 : 49 menjelaskan bahwa seringkali nama tokoh mengingatkan pada raut muka, cerita atau legenda. Dilihat dari segi peranan tokoh dalam cerita, terdapat tokoh yang intensitas kemunculannya tinggi dan adapula yang rendah. Namun jika terdapat terlalu banyak tokoh dalam cerita, maka perlu dilakukan pembatasan pada tokoh-tokoh tertentu untuk dideskripsikan. Ada tiga aspek menurut Barthes 1981 : 139 untuk membatasi tokoh yang terlalu banyak dalam cerita diantaranya : keinginan, komunikasi dan partisipasi. Keinginan sudah tentu dimiliki oleh setiap tokoh. Sedangkan komunikasi dapat dilihat dari cara tokoh tersebut mengungkapkan sesuatu secara terang-terangan atau terbuka. Aspek yang ketiga, partisipasi dapat diketahui melalui bantuan. Misalnya tokoh anak ibunya menjaga toko, murid membantu gurunya menulis di papan tulis dan lain sebagainya. Meskipun tokoh-tokoh dalam cerita hanyalah rekaan atau fiktif namun fisik dan kepribadiannya dapat diketahui melalui ungkapan, tingkah laku, penilaian tokoh lain terhadapnya serta lingkungan sosialnya. Penggambaran tokoh melalui berbagai aspek selain membantu pembaca memahami isi cerita juga dapat membuat pembaca berekstasi atau membayangkan dirinya berada dalam cerita. Hal ini mampu mengundang minat membaca yang berkelanjutan pada cerita tersebut. Oleh karena itu keberadaan tokoh dalam sebuah cerita sangatlah penting demi keutuhan sebuah cerita itu sendiri.

3. Latar