Teknik Pengumpulan Data Analisis Data

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang diperlukan, pengumpulan data dilakukan melalui tahap-tahap penelitian antara lain sebagai berikut : a. Studi Kepustakaan Library Research. Studi Kepustakaan ini dilakukan untuk mendapatkan atau mencari konsepsi- konsepsi, teori-teori, asas-asas dan hasil-hasil pemikiran lainnya yang berkaitan dengan permasalahan penelitian ini. Sumber data utama dalam penelitian ini adalah data sekunder. Untuk menghimpun data sekunder tersebut, maka dibutuhkan bahan kepustakaan yang merupakan data dasar yang digolongkan sebagai data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier. b. Wawancara. Hasil wawancara yang diperoleh akan digunakan sebagai data pendukung dalam penelitian ini. Data tersebut diperoleh dari pihak-pihak yang telah ditentukan sebagai informan yaitu Pejabat Dinas Pendapatan Dispenda Kota Medan yang dianggap mengetahui permasalahan mengenai BPHTB dan PPh Final pengalihan hak atas tanah dan bangunan dalam transaksi BOT. Alat yang digunakan dalam wawancara yaitu menggunakan pedoman wawancara dengan pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu sehingga diperoleh data yang diperlukan sebagai data pendukung dalam penelitian tesis ini. Universitas Sumatera Utara

4. Analisis Data

Dalam suatu penelitian sangat diperlukan suatu analisis data yang berguna untuk memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Penelitian dengan menggunakan metode kualitatif bertolak dari asumsi tentang realitas atau fenomena sosial yang bersifat unik dan kompleks. Padanya terdapat regularitas atau pola tertentu, namun penuh dengan variasi keragaman. 40 Selanjutnya, data sekunder yang diperoleh dari penelitian kepustakaan library research dan data primer yang diperoleh dari penelitian lapangan field research kemudian disusun secara berurutan dan sistematis dan selanjutnya dianalisis dengan menggunakan metode kualitatif sehingga diperoleh gambaran secara menyeluruh tentang gejala dan fakta yang terdapat dalam masalah pengenaan BPHTB dan PPh Final pengalihan hak atas tanah dan bangunan dalam transaksi BOT. Selanjutnya ditarik kesimpulan dengan menggunakan metode berpikir deduktif, yaitu cara berpikir yang dimulai dari hal-hal yang umum untuk selanjutnya menarik hal-hal yang khusus, dengan menggunakan ketentuan berdasarkan pengetahuan umum seperti teori-teori, dalil-dalil, atau prinsip-prinsip dalam bentuk proposisi-proposisi untuk menarik kesimpulan terhadap fakta-fakta yang bersifat khusus, 41 40 Burhan Bungin, Analisa Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis dan Metodologis Kearah Penguasaan Modal Aplikasi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003, hlm.53. guna menjawab permasalahan-permasalahan yang telah dirumuskan dalam penelitian ini. 41 Mukti Fajar, dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010, hlm.109. Universitas Sumatera Utara

BAB II BPHTB DAN PPH FINAL PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN

BANGUNAN DALAM TRANSAKSI BOT BUILT OPERATE AND TRANSFER

A. Pengertian BOT Built Operate And Transfer

Perjanjian Built, Operate and Transfer BOT merupakan istilah yang relatif baru dalam kegiatan ekonomi Indonesia, walaupun secara sejarah konsep Built, Operate and Transfer BOT ini sebenarnya telah lama dipraktekan pelaksanaannya di Kota Eretria Yunani Athena pada sekitar 300 tahun Sebelum Masehi. 42 Perjanjian kerjasama dengan sistem bangun guna serah atau biasa disebut dengan sistem Built, Operate and Transfer Agreement “BOT Agreement” adalah perjanjian antara 2 dua pihak, dimana pihak yang satu menyerahkan penggunaan tanah miliknya untuk di atasnya didirikan suatu bangunan komersial oleh pihak kedua investor, dan pihak kedua tersebut berhak mengoperasikan atau mengelola bangunan komersial untuk jangka waktu tertentu dengan memberikan fee atau tanpa fee kepada pemilik tanah, dan pihak kedua wajib mengembalikan tanah beserta bangunan komersial di atasnya dalam keadaan dapat dan siap dioperasionalkan kepada pemilik tanah setelah jangka waktu operasional tersebut berakhir. 43 Sementara menurut pendapat Clifford W. Garstang konsep Built, Operate and Transfer BOT adalah: 42 Munir Fuady, Sejarah Hukum, Bogor: Ghalia Indonesia, 1982, hlm.172 43 Badan Pembinaan Hukum Nasional, Naskah Akademis Peraturan perundang-undangan tentang Perjanjian BOT, Jakarta: BHPN, 1997, hlm.9. Universitas Sumatera Utara