Saat Terhutang BPHTB Dalam Transaksi BOT Built Operate And Transfer

B. Saat Terhutang BPHTB Dalam Transaksi BOT Built Operate And Transfer

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah UU PDRD mengatur dengan jelas penentuan saat terutang pajak yang harus diikuti pada setiap jenis perolehan hak atas tanah dan bangunan. Pada Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan BPHTB penentuan saat terutang pajak berguna untuk menentukan beberapa hal antara lain: 1. Apakah suatu perolehan hak atas tanah dan bangunan terutang pajak atau tidak; 2. Ketentuan pengenaan pajak dan fasilitas pajak yang mana yang akan diberlakukan. Adanya perubahan peraturan di bidang BPHTB, baik di tingkat undang-undang, peraturan pemerintah, maupun keputusan menteri keuangan pada suatu waktu tertentu misalnya perubahan ketentuan pemberian pengurangan BPHTB dan besarnya presentase pengurangan akan berpengaruh pada perlakuan terhadap obyek pajak yang pada akhirnya akan berpengaruh pada besarnya BPHTB terutang yang akan dibayar. Hal ini sangat terkait dengan saat terutangnya pajak yang menjadi dasar kewajiban pembayaran pajak terutang oleh wajib pajak. 3. Penentuan besarnya denda administrasi bila sekiranya berdasarkan pemeriksaan fiskus harus diterbitkan STB, SKKB, dan SKBKBT. 4. Penentuan batas akhir hak wajib pajak untuk mengajukan keberatan dan pengurangan pajak. 106 Ketentuan Pasal 90 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah UU PDRD memuat tentang saat terutang pajak atas perolehan hak atas tanah dan atau bangunan sebagai berikut : 107 1. Jual Beli : Sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya Akta; 2. Tukar Menukar : Sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya Akta; 3. Hibah : Sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya Akta; 106 Marihot Pahala Siahaan b, Op.Cit., hlm.207-208. 107 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pasal 90 Universitas Sumatera Utara 4. Waris : Sejak tanggal yang bersangkutan mendaftarkan peralihan haknya ke Kantor Pertanahan; 5. Pemasukan dalam Perseroan : Sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya Akta; 6. Pemisahan Hak : Sejak tanggal dibuat ditandatanganinya Akta; 7. Lelang : Sejak tanggal penunjukan pemenang Lelang; 8. Putusan Hakim : Sejak tanggal putusan Pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap; 9. Hibah Wasiat : Sejak tanggal yang bersangkutan mendaftarkan peralihan Haknya ke Kantor Pertanahan; 10. Pemberian Hak Baru : Sejak tanggal ditandatangani dan diterbitkannya Surat Keputusan Pemberian Hak; 11. Penggabungan Usaha : Sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya Akta; 12. Peleburan Usaha : Sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya Akta; 13. Pemekaran Usaha : Sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya Akta; 14. Hadiah : Sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya Akta. Pajak terutang harus dilunasi pada saat terjadinya perolehan hak, dengan kata lain saat terutang BPHTB adalah merupakan saat untuk wajib membayar pajak. Tempat pajak terutang adalah di wilayah Kabupaten, Kota, atau Propinsi yang meliputi letak tanah dan atau bangunan. 108 108 Tony Marsyahrul, Pengantar Perpajakan, Jakarta: PT. Grasindo, 2006, hlm.183. Universitas Sumatera Utara Dengan demikian kewajiban bayar BPHTB muncul pada saat: 109 1. Dibuat dan ditandatanganinya Akta untuk Jual Beli, Hibah, Hibah Wasiat, Tukar Menukar, Pemasukan Dalam Perseroan atau badan hukum lainnya, penggabungan usaha, peleburan usaha, pemekaran usaha, hadiah, dan pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan; 2. Pendaftaran Peralihan Hak untuk Waris; 3. Ditunjuknya pemenang Lelang untuk Lelang; 4. Ditandatanganinya SK Pemberian Hak dalam hal pemberian hak baru; 5. Putusan Pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap untuk Putusan Hakim.

C. Saat Terhutang PPh Final Pengalihan Hak Atas Tanah Dan Bangunan