Ketentuan Tentang PPh PHTB dan BPHTB Dalam BOT

C. Ketentuan Tentang PPh PHTB dan BPHTB Dalam BOT

Peraturan mengenai Pajak Penghasilan Final yang berkaitan dengan pengalihan hak atas tanah dan bangunan dimulai secara khusus diatur pada tahun 1994 dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1994 namun kemudian dicabut dan diganti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994 tentang Pembayaran Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Hak Atas Tanah Dan Atau Bangunan. Pada tahun 1996 terbit Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1996 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994. Selanjutnya pada tahun 1999 dilakukan perubahan kedua yaitu dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 1999 tentang perubahan kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994 tentang pembayaran pajak penghasilan atas penghasilan hak atas tanah dan atau bangunan. Terakhir dilakukan perubahan ketiga pada tahun 2008 dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2008 tentang Pembayaran Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Pengalihan Hak Atas Tanah DanAtau Bangunan. Peraturan lain yang mengatur mengenai pajak penghasilan yang berkaitan dengan pengalihan hak atas tanah dan bangunan adalah Keputusan Menteri Keuangan Nomor 248KMK.041995 tentang Perlakuan Pajak Penghasilan Terhadap Pihak- Pihak Yang Melakukan Kerjasama Dalam Bentuk Perjanjian Bangun Guna Serah “Built Operate And Transfer” jo. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE- 38PJ.41995 tentang Perlakuan Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Sehubungan Dengan Perjanjian Bangun Guna Serah. Dalam ketentuan tersebut diatur mengenai Universitas Sumatera Utara penghasilan investor sehubungan dengan perjanjian Built, Operate, and Transfer BOT, biaya bagi investor, biaya yang boleh dikurangkan dari penghasilan bruto bagi investor, penghasilan bagi pemegang hak atas tanah, dan biaya bagi pemegang hak atas tanah. Pengaturan pajak penghasilan yang berkaitan dengan pengalihan hak atas tanah dan bangunan menurut Keputusan Menteri Keuangan Nomor 248KMK.041995 tentang Perlakuan Pajak Penghasilan Terhadap Pihak-Pihak Yang Melakukan Kerjasama Dalam Bentuk Perjanjian Bangun Guna Serah “Built Operate And Transfer” jo. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-38PJ.41995 tentang Perlakuan Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Sehubungan Dengan Perjanjian Bangun Guna Serah, adalah pada saat penyerahan sebagian dari bangunan yang didirikan, dalam hal bangunan yang didirikan investor tidak seluruhnya menjadi hak investor tetapi sebagian diserahkan kepada pemegang hak atas tanah, harus dilunasi pemegang hak atas tanah paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya setelah penyerahan. Pada saat penyerahan bangunan dari investor setelah masa Built, Operate, and Transfer BOT berakhir kepada pemegang hak atas tanah, harus dilunasi pemegang hak atas tanah paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya setelah masa bangun guna serah berakhir. Ketika perjanjian Built, Operate, and Transfer BOT berakhir dan bangunan diserahkan kembali kepada pemegang hak atas tanah, apabila pemegang hak atas tanah adalah pemerintah, maka penyerahan bangunan tersebut bukan merupakan objek PPh Final Peralihan Hak Atas Tanah dan Bangunan. Sebaliknya, apabila Universitas Sumatera Utara pemegang hak atas tanah adalah non pemerintah maka ketika perjanjian Built, Operate, and Transfer BOT berakhir dan bangunan dikembalikan kepada pemegang hak atas tanah, atas penyerahan bangunan tersebut merupakan objek PPh Final Peralihan Hak Atas Tanah dan Bangunan. Selanjutnya ketentuan lainnya adalah Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-26PJ.2010 tentang Tatacara Penelitian Surat Setoran Pajak Atas Penghasilan Atas Pengalihan Hak Atas Tanah danatau Bangunan. Dalam Pasal 1 ayat 1 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-26PJ.2010 tentang Tatacara Penelitian Surat Setoran Pajak Atas Penghasilan Atas Pengalihan Hak Atas Tanah danatau Bangunan, diatur bahwa Pejabat yang berwenang hanya menandatangani akta, keputusan, perjanjian, kesepakatan atau risalah lelang atas pengalihan hak atas tanah danatau bangunan apabila kepadanya dibuktikan bahwa Pajak Penghasilan yang wajib dibayar atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan bangunan telah dibayar ke Kas Negara oleh Wajib Pajak yang melakukan pengalihan hak atas tanah dan bangunan. Pembuktian pembayaran Pajak Penghasilan ke Kas Negara kepada pejabat yang berwenang dilakukan oleh Wajib Pajak dengan menyerahkan fotokopi Surat Setoran Pajak atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan bangunan yang telah diteliti oleh Kantor Pelayanan Pajak dengan menunjukkan asli Surat Setoran Pajak yang bersangkutan. Pasal 2 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-26PJ.2010 tentang Tatacara Penelitian Surat Setoran Pajak Atas Penghasilan Atas Pengalihan Hak Atas Tanah danatau Bangunan, mengatur bahwa untuk keperluan penelitian Surat Setoran Universitas Sumatera Utara Pajak atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan bangunan, Wajib Pajak yang melakukan pengalihan hak atas tanah dan bangunan atau kuasanya harus mengajukan formulir penelitian Surat Setoran Pajak ke Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi letak tanah dan bangunan yang dialihkan haknya dengan menggunakan formulir sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini. Pasal 3 dan Pasal 4 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-26PJ.2010 tentang Tatacara Penelitian Surat Setoran Pajak Atas Penghasilan Atas Pengalihan Hak Atas Tanah danatau Bangunan, mengatur hal teknis pengajuan surat Penelitian. Hal lain yang diatur dalam Pasal 5 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per- 26PJ.2010 tentang Tatacara Penelitian Surat Setoran Pajak Atas Penghasilan Atas Pengalihan Hak Atas Tanah danatau Bangunan berkaitan bila ternyata terdapat perbedaan data. Menurut ketentuan Pasal 5 ayat 1 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-26PJ.2010 tentang Tatacara Penelitian Surat Setoran Pajak Atas Penghasilan Atas Pengalihan Hak Atas Tanah danatau Bangunan, dijelaskan bahwa dalam hal berdasarkan penelitian ternyata Pajak Penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan bangunan belum dibayar ke kas negara atau Pajak Penghasilan yang telah dibayar oleh Wajib Pajak masih kurang dari yang seharusnya dibayar, maka kepala Kantor Pelayanan Pajak harus menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada Wajib Pajak dengan menggunakan formulir sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-26PJ.2010 tentang Tatacara Penelitian Universitas Sumatera Utara Surat Setoran Pajak Atas Penghasilan Atas Pengalihan Hak Atas Tanah danatau Bangunan. Sehingga ketentuan ini mensyaratkan bahwa sebelum akte dibuat, Surat setoran PPh Final harus diteliti terlebih dahulu oleh Kantor Pelayanan Pajak tempat wajib pajak terdaftar. Sedangkan ketentuan mengenai Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan BPHTB diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Hanya saja dalam transaksi Built, Operate, and Transfer BOT masih juga ditemui ketidakpastian pengenaan pajak, terutama terkait pengenaan BPHTB pada transaksi Built, Operate, and Transfer BOT. Dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah UU PDRD tidak diatur secara rinci dan jelas ketentuan mengenai pengenaan dan saat terutang BPHTB dalam transaksi Built, Operate, and Transfer BOT. Menurut ketentuan Pasal 85 ayat 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah UU PDRD diatur bahwa: “Objek Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah Perolehan Hak atas Tanah danatau Bangunan”. Dengan demikian, pada saat penyerahan sebagian bangunan yang didirikan dalam hal sebagian bangunan tidak seluruhnya menjadi hak investor atau pada saat transaksi Built, Operate, and Transfer BOT tersebut telah berakhir, secara fisik nyata-nyata telah terjadi penyerahan bangunan dari investor kepada pemilik tanah. Akan tetapi oleh Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah UU PDRD penyerahan bangunan dari investor kepada pemilik tanah tersebut tidak diatur secara tegas sebagai objek pajak. Universitas Sumatera Utara Seharusnya ketentuan mengenai pengenaan pajak BPHTB dan PPh Final dalam transaksi Built, Operate, and Transfer BOT harus diatur secara rinci dan jelas, sehingga tidak menimbulkan salah tafsir dalam pelaksanaan pengenaan BPHTB dan PPh Final dalam transaksi Built, Operate, and Transfer BOT. Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Pengenaan PPh Final pengalihan hak atas tanah dan bangunan dalam transaksi BOT adalah berpedoman pada ketentuan Pasal 4 ayat 2 Undang-Undang PPh, Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994 tentang Pembayaran PPh PHTB sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2008 jo. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 635KMK.041994 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 243PMK.032008, penyerahan bangunan dari investor kepada pemilik tanah, pemilik tanah dikenakan PPh PHTB sebesar 5 dari nilai tertinggi antara NJOP bangunannilai Pasar bangunan. Sedangkan pengenaan BPHTB pengalihan hak atas tanah dan bangunan dalam transaksi BOT tidak diatur secara tegas oleh Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. 2. Saat terhutang PPh Final pengalihan hak atas tanah dan bangunan dalam transaksi BOT adalah pada saat sebagian bangunan yang diserahkan investor ke pemilik tanah, pemilik tanah dikenakan PPh PHTB sebesar 5 dari nilai tertinggi antara NJOP bangunannilai pasar bangunan yang diserahkan. Setelah jangka waktu BOT berakhir, atas seluruh bangunan yang diserahkan dari investor ke pemilik tanah dikenakan PPh PHTB sebesar 5 dari nilai tertinggi antara NJOP Universitas Sumatera Utara