Orang pribadi yang usaha pokoknya melakukan pengalihan hak atas tanah Orang pribadi yang mempunyai penghasilan diatas PTKP, yang melakukan

1994 tentang Pembayaran Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Pengalihan Hak Atas Tanah DanAtau Bangunan, orang pribadi yang melakukan pengalihan hak atas tanah danatau bangunan dikenai PPh final sebesar 5 dari jumlah bruto. 132 Perlakuan PPh ini kemudian diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1996 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994 Tentang Pembayaran Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Pengalihan Hak Atas Tanah DanAtau Bangunan, yang membedakan antara orang pribadi yang usaha pokoknya melakukan pengalihan hak atas tanah danatau bangunan, dengan orang pribadi selain yang mempunyai usaha tersebut. Perlakuan PPh tersebut diterapkan kepada semua orang pribadi, tanpa membedakan apakah orang yang bersangkutan mempunyai kegiatan usaha pengalihan hak atas tanah danatau bangunan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1996 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994 Tentang Pembayaran Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Pengalihan Hak Atas Tanah DanAtau Bangunan, pengenaan PPh final diterapkan terhadap: 133

1. Orang pribadi yang usaha pokoknya melakukan pengalihan hak atas tanah

danatau bangunan, dan, 132 Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994 tentang Pembayaran Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Pengalihan Hak Atas Tanah DanAtau Bangunan, Pasal 4 ayat 1. 133 Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1996 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994 Tentang Pembayaran Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Pengalihan Hak Atas Tanah DanAtau Bangunan, Pasal 8. Universitas Sumatera Utara

2. Orang pribadi yang mempunyai penghasilan diatas PTKP, yang melakukan

pengalihan hak dengan nilai kurang dari Rp.60 juta. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1996 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994 Tentang Pembayaran Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Pengalihan Hak Atas Tanah DanAtau Bangunan, tidak secara jelas mengatur perlakuan PPh atas pengalihan hak tersebut apabila dilakukan oleh orang pribadi yang mempunyai penghasilan di atas PTKP dan nilai pengalihannya melebihi Rp.60 juta. Apabila disimak bunyi Pasal 8 dari Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1996 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994 Tentang Pembayaran Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Pengalihan Hak Atas Tanah DanAtau Bangunan, maka perlakuan PPh final hanya terbatas kepada dua kelompok wajib pajak sebagaimana disebutkan di atas. Dengan demikian, apabila seorang wajib pajak orang pribadi yang usaha pokoknya bukan menjual hak atas tanah danatau bangunan, maka keuntungan dari pengalihan tersebut akan dikenakan PPh dengan tarif umum. Perlakuan ini sama dengan ketentuan dari Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 1999 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994 Tentang Pembayaran Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Pengalihan Hak Atas Tanah DanAtau Bangunan. Perlakuan PPh terhadap orang pribadi yang usaha pokoknya bukan jual beli hak atas tanah danatau bangunan memperoleh perlakuan yang kurang adil bila dibandingkan dengan orang pribadi yang mempunyai usaha pengalihan hak atas tanah danatau bangunan. Pengenaan PPh yang tidak final berarti bahwa PPh Universitas Sumatera Utara yang disetor sebesar 5 dari nilai pengalihan merupakan pembayaran pendahuluan dari seluruh PPh yang terutang dalam tahun yang bersangkutan. Kesulitan akan timbul dalam menghitung keuntungan dari pengalihan tersebut, terutama untuk harta yang telah dimiliki dalam jangka waktu yang cukup lama. Hal ini akan menyebabkan ketidakadilan dari segi beban pajak yang ditanggung terutama untuk harta yang sudah dimiliki dalam kurun waktu yang lama. Harga perolehan yang relatif jauh lebih rendah dari harga peralihannya akan menyebabkan beban pajak yang lebih tinggi. Faktor penyebabnya adalah bahwa Undang-Undang Pajak Penghasilan tidak menerapkan indeksasi untuk harta tetap untuk menentukan harga perolehan dari harta tetap untuk keperluan perpajakan. Di samping itu, wajib pajak orang pribadi yang tidak menjalankan usaha cenderung untuk tidak melakukan pencatatan sehingga kemungkinan besar sulit untuk mentrasir kembali harga perolehan dari harta dimaksud termasuk dokumen pendukungnya. Sebaliknya wajib pajak orang pribadi yang menjalankan usaha jual beli tanah dan bangunan diterapkan pengenaan pajak yang bersifat final, padahal wajib pajak kelompok ini seharusnya mempunyai catatan atau pembukuan, sehingga harga perolehannya seharusnya dapat diketahui. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1996 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994 Tentang Pembayaran Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Pengalihan Hak Atas Tanah DanAtau Bangunan kemudian diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 1999 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994 Tentang Pembayaran Pajak Universitas Sumatera Utara Penghasilan Atas Penghasilan Dari Pengalihan Hak Atas Tanah DanAtau Bangunan, yang sepanjang menyangkut orang pribadi, memberi penegasan bahwa wajib pajak orang pribadi yang usaha pokoknya bukan dari jual beli hak atas tanah danatau bangunan, keuntungan dari pengalihan dimaksud dikenai pajak tetapi tidak final. Ketidakseragaman pengaturan dalam Peraturan perundang-undangan dan ketidaksepahaman atau adanya multitafsir dari aparatur Pemerintah Daerah juga sering menjadikan faktor kesulitan dalam pelaksanaan pembangunan fasilitas umum dengan kontrak BOT dan akibatnya akan berpengaruh terhadap pemungutan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan BPHTB. Dalam ketentuan Pasal 85 ayat 1 dan ayat 2 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah UU PDRD tidak ada pengaturan tentang Built, Operate, and Transfer BOT sebagai objek pajak, berdasarkan bunyi pasal ini maka BOT tidak terutang pajak BPHTB. Sedangkan PPh Final pengalihan hak atas tanah dan bangunan dalam transaksi Built, Operate, and Transfer BOT dikenakan pajakterutang pajak, sebagaimana diatur dalam ketentuan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 635KMK.041994 tentang Pelaksanaan Pembayaran Dan Pemungutan Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Pengalihan Hak Atas TanahDanAtau Bangunan sebagaimana diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 243PMK.032008 tentang Perubahan Kedua Atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 635Kmk.041994 Tentang Pelaksanaan Pembayaran Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Pengalihan Hak Atas Tanah DanAtau Bangunan. Universitas Sumatera Utara

C. Ketentuan Tentang PPh PHTB dan BPHTB Dalam BOT