26
D. Tinjauan Tentang Wanprestasi 1. Pengertian Wanprestasi
Wanprestasi  default atau non fulfiment ataupun  yang  disebut  juga  dengan istilah breach  of  contract adalah  tidak  dilaksanakan  prestasi  atau  kewajiban
sebagaimana mestinya  yang  dibebankan  oleh  kontrak  terhadap  pihak-pihak tertentu seperti yang disebutkan dalam kontrak yang bersangkutan.
46
Dalam restatement of the law of contracts Amerika Serikat wnprestasi atau breach of  contracts dibedakan  menjadi dua  macam,  yaitu total breachts dan partial
breachts. Total  breachts artinya  pelaksanaan  kontrak  tidak  mungkin  dilaksanakan, sedangkan partial  breachts artinya  pelaksanaan  perjanjian  masih  mungkin  untuk
dilaksanakan.
47
2. Syarat-Syarat Dapat Dikatakan Wanprestasi
Debitur dapat dikatakan dalam keadaan wanprestasi ada syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi yaitu
48
: 1. Syarat meteriil, yaitu adanya kesengajaan berupa:
a. Kesengajaan, adalah suatu hal yang dilakukan seseorang dengan di kehendaki dan diketahui serta disadari oleh pelaku sehingga menimbulkan kerugian pada
pihak lain;
46
Salim H.S. Op. Cit., hlm 98-99.
47
Ibid
48
Mirwan  Syarief  Bawazier,  Tesis: Akibat  Hukum  Jika  Debitor  Wanprestasi  Dalam  Pembiayaan Konsumen Dengan Jaminan Fidusia Pada PT. FIF  Di Kota Pekalongan, Semarang: Program Pasca
Sarjana Universitas Diponegoro, hlm. 72.
27
b. Kelalaian,  adalah  suatu  hal  yang  dilakukan  dimana seseorang  yang  wajib berprestasi seharusnya tabu atau patut menduga bahwa dengan perbuatan atau
sikap yang diambil olehnya akan menimbulkan kerugian 2. Syarat formil, yaitu adanya peringatan atau somasi
Hal  kelalaian  atau  wanprestasi  pada  pihak  debitur  harus dinyatakan  dahulu secara  resmi,  yaitu  dengan  memperingatkan debitur,  bahwa  kreditur  menghendaki
pembayaran  seketika  atau dalam  jangka  waktu  yang  pendek.  Biasanya  peringatan sommatie itu  dilakukan  oleh  seorang  juru  sita  dari  Pengadilan, yang  membuat
proses verbal tentang pekerjaan itu, atau juga cukup dengan surat tercatat atau surat kawat, asalkan jangan sampai dengan mudah dipungkiri si debitur
3. Jenis-Jenis Wanprestasi
Mariam  Darus  menyebutkan  wujud  dari  tidak  memenuhi  perikatan wanprestasi terbagi tiga yaitu
49
: 1. Debitur sama sekali tidak memenuhi perikatan,
2. Debitur terlambat memenuhi perikatan, 3. Debitur keliru atau tidak pantas memenuhi perikatan.
Sementara itu, R. Subekti menyebutkan wanprestasi kelalaian atau kealpaan seorang debitur dapat berupa empat macam
50
: a. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya;
b. Melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana dijanjikan;
49
Mariam Darus. Op. Cit., hlm. 23.
50
Salim H.S. Op. Cit., hlm 99.
28
c. Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat; d. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya.
Untuk  mengetahui  sejak  kapan  debitur  dalam  keadaan  wanprestasi,  perlu diperhatikan  apakah  dalam  perikatan  itu  ditentukan  tenggang  waktu  pelaksaanaan
pemenuhan  prestasi  atau  tidak.  Dalam  hal tenggang  waktu  pelaksanaan  pemenuhan prestasi  “tidak  ditentukan”,  perlu  memperingatkan  debitur  supaya  ia  memenuhi
prestasi.  Tetapi  dalam  hal  telah  ditentukan  tenggang  waktunya,  menurut  ketentuan pasal  1238  KUH  Perdata  debitur  dianggap  lalai  dengan  lewatnya  tenggang  waktu
yang telah ditetapkan dalam perikatan.
51
51
Lihat Pasal 1238 KUH  Perdata bahwa “siberutang  adalah  lalai,  apabila ia  dengan surat  perintah atau dengan sebuah akta sejenis itu telah dinyatakan lalai, atau demi perikatannya sendiri, ialah jika
ini menetapkan, bahwa siberutang harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang ditentukan”.
29
BAB III PEMBAHASAN
A. Perlindungan  Hukum  Investor Reksadana  Akibat  Wanprestasinya  PT. DANAREKSA Persero
Reksadana  merupakan  suatu  bentuk  pemberian  jasa  yang  didirikan  untuk membantu  investor  yang  ingin  berpartisipasi  dalam  Pasar  Modal  tanpa  adanya
keterlibatan secara langsung dalam prosedur, administrasi dan analisis dalam sebuah pasar modal.
Dalam  membeli  produk reksadana,  setiap investor akan  mendapatkan bukti satuan kepemilikan reksadana yang dinamakan dengan Unit Penyertaan atau saham.
Dengan  bukti  Unit  Penyertaan  atau  saham  ini, investor dalam reksadana  dapat dengan mudah menjual kembali reksadana tersebut atau dapat meminta laporan hasil
pendapatan  atas  investasi  portofolio  reksadana yang  dilakukan  oleh  Manajer Investasi.
Pengelola  Reksa  Dana  “memutar”  dana  yang  telah  ditanamkan  investor melalui  Bank  Kustodian,  mengacu  pada  kebijakan  portofolio  investasi  yang
dijalankan perusahaan pengelola Reksa Dana tersebut. Pengelola Reksa Dana secara teratur  melakukan  pemantauan  dan  penyesuaian  kebijakan  portofolio  investasinya
dalam rangka memaksimalkan Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana tersebut.