10
pihak, berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak yang lain, dan pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu”. Perikatan
dapat pula lahir dari sumber-sumber lain yang tercakup dengan nama undang-undang. Jadi, ada perikatan yang lahir dari “perjanjian” dan ada perikatan yang lahir dari
“undang-undang”. Perikatan yang lahir dari undang-undang dapat dibagi lagi ke dalam perikatan
yang lahir karena undang-undang saja dan perikatan yang lahir dari undang-undang karena suatu perbuatan orang Pasal 1352 KUH Perdata.
18
Sementara itu, perikatan yang lahir dari undang-undang karena suatu perbuatan orang dapat lagi dibagi
kedalam suatu perikatan yang lahir dari suatu perbuatan yang diperoleh dan yang lahir dari suatu perbuatan yang berlawanan dengan hukum Pasal 1353 KUH Perdata.
19
2. Asas-Asas Perjanjian
Asas hukum itu umumnya tidak berwujud peraturan hukum yang konkrit, tetapi merupakan latar belakang dalam pembentukan hukum positif. Oleh karena itu
maka asas hukum tersebut bersifat umum atau abstrak. Adapun asas-asas tersebut adalah sebagai berikut
20
: 1. Asas konsensualisme consensualisme
Pada mulanya suatu kesepakatan atau perjanjian harus ditegaskan dengan sumpah. Namun pada abad ke-13 pandangan tersebut telah dihapus oleh gereja
21
.
18
Ibid.
19
Ibid.
20
Dikutip dari: http:www.jurnalhukum.comasas-asas-perjanjian, Wibowo Tunardy, Jurnal Hukum, diakses 17 Juli 2013
11
Kemudian terbentuklah paham bahwa dengan adanya kata sepakat di antara para pihak, suatu perjanjian sudah memiliki kekuatan mengikat.
Asas ini dapat ditemukan dalam Pasal 1320 KUH Perdata yang mensyaratkan adanya kesepakatan sebagai syarat sahnya suatu perjanjian. Meskipun demikian,
perlu diperhatikan bahwa terhadap asas konsensualisme terdapat pengecualian. Yaitu dalam perjanjian riil dan perjanjian formil yang mensyaratkan adanya penyerahan
atau memenuhi bentuk tertentu yang disyaratkan oleh undang-undang.
22
2. Asas kekuatan mengikat pacta sunt servanda Bahwa masing-masing pihak yang terikat dalam suatu perjanjian harus
menghormati dan melaksanakan apa yang telah mereka perjanjikan dan tidak boleh melakukan perbuatan yang menyimpang atau bertentangan dari perjanjian tersebut.
3. Asas kebebasan berkontrak Asas kebebasan berkontrak berarti setiap orang menurut kehendak bebasnya
dapat membuat perjanjian dan mengikatkan diri dengan siapapun yang ia kehendaki. Namun kebebasan tersebut tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan yang bersifat memaksa, ketertiban umum dan kesusilaan. 4. Asas keseimbangan
Menurut Herlien Budiono, asas keseimbangan adalah suatu asas yang dimaksudkan untuk menyelaraskan pranata-pranata hukum dan asas-asas pokok
hukum perjanjian yang dikenal di dalam KUH Perdata yang berdasarkan pemikiran
21
Herlien Budiono, Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerapannya di Bidang Kenotariatan, Bandung: PT. Citra Aditya, 2010., Hlm. 29.
22
Ibid., Hlm. 30.
12
dan latar belakang individualisme pada satu pihak dan cara piker bangsa Indonesia pada lain pihak.
23
3. Syarat-Syarat Sahnya Perjanjian