Akibat Hukum Wanprestasi Reksadana Dikaitkan Dengan Perlindungan Hukum Terhadap Investor (Studi di BNI 46 Cab. Medan)

(1)

S K R I P S I

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dalam Memenuhi Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh

ADEK SURYANI LUBIS 050200203

DEPARTEMEN : HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

AKIBAT HUKUM WANPRESTASI REKSADANA DIKAITKAN DENGAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INVESTOR

(Studi di BNI 46 Cab. Medan)

S K R I P S I

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dalam Memenuhi Syarat-Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh

ADEK SURYANI LUBIS 050200203

DEPARTEMEN : HUKUM EKONOMI

Ketua Departemen,

Prof. Dr. Bismar Nasution, SH. MH NIP. 131 570 455

Dosen Pembimbing I

Prof. Dr. Bismar Nasution, SH. MH NIP. 131 570 455

Dosen Pembimbing II

Dr. Sunarmi, SH. M.Hum NIP. 131 835 566

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

***) Adek Suryani Lubis

Abstrak

Investasi pada reksadana memenuhi prinsip investasi yakni jangan menaruh semua telur di dalam satu keranjang. Hal ini dikarenakan pada prinsipnya, investasi pada reksadana adalah melakukan investasi yang menyebar (diversifikasi) pada sejumlah alat investasi yang diperdagangkan di pasar modal dan pasar uang, seperti saham, obligasi, commercial paper dan sebagainya. Bagaimana akibat hukum wanprestasi reksadana dikaitkan dengan perlindungan hukum terhadap investor. Akibatnya investor mengalami kerugian. Namun dalam hal ini investor tidak dapat meminta penyelesaian hukum terhadap kelalaian yang dilakukan manajer investasi tersebut. Hal ini dikarenakan belum ada ketentuan hukum yang mengatur tentang sanksi bagi manajer investasi yang lalai memberi informasi kepada investor. Dengan kata lain investor berada dalam keadaan tidak terlindungi.

Penelitian ini adalah merupakan penelitian yang menggunakan metode pendekatan yuridis normatif, yaitu metode pendekatan dengan meninjau masalah yang diteliti dari segi segi ilmu hukum dan melakukan analisis terhadap norma-norma hukum dan peraturan yang berlaku dalam peraturan perundang-undangan berdasarkan bahan primer, sekunder dan tersier.

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perlindungan hukum kepada investor terhadap wanprestasi oleh reksadana masih belum optimal. Hal ini terlihat dari masih belum diterapkannya secara tegas ketentuan UU No. 8 Th. 1995 tentang Pasar Modal dalam menyelesaikan wanprestasi yang dilakukan reksadana. Selain itu diketahui pula bahwa tidak ada penyelesaian yang diberikan terhadap wanprestasi yang dilakukan oleh Reksadana. Hal ini diketahui dari kenyataan tidak diberinya ganti rugi kepada nasabah yang dirugikan akibat wanprestasi reksadana.

*) Dosen Pembimbing I **) Dosen Pembimbing II


(4)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Dengan segenap keikhlasan hati, penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allaah SWT, Rabb penentu jalan hidup manusia Yang Maha Agung dan yang telah menghantarkan penulis hingga di batas ini, tidak lupa pula penulis ucapkan shalawat beriring salam kepada teladan kita Rasulullah SAW semoga mendapatkan syafaatnya di yaumul akhir kelak.

Skripsi ini ditulis guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana, Hukum, Departemen Hukum Ekonomi, Universitas Sumatera Utara penulis sangat menyadari bahwa kehadiran karya ini tidak terlepas dari perhatian, bimbingan, dorongan dan bantuan dari semua pihak. Untuk itu izinkanlah penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besamya kepada :

1. Bapak Prot Dr. Runtung Sitepu, SH, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Bapak Prof. Dr. Suhaidi, SH MH, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.

3. Bapak Syafruddin SH MH, selaku Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.

4. Bapak M. Husni, SH M.Hum, selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.


(5)

5. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, SH MH, selaku Ketua, Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan.

6. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, SH MH, selaku dosen pembimbing I yang banyak memberikan bimbingan dan saran-saran dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Ibu Dr. Sunarmi, SH M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II yang banyak memberikan bimbingan dan saran-saran dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Bapak Liza Erwina, SH M.Hum, selaku Dosen Wali penulis yang telah banyak memberikan masukan selama masa perkuliahan.

9. Bapak dan Ibu Dosen selaku staf pengajar dan seluruh administrasi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.

10.Yang paling saya sayangi kedua orang tuaku H. Ibrahim Lubis dan Ibu Hj.Anifah Hanum Nst, terima, kasih yang tak terhingga atas doa, curahan kasih sayang, dan segala bentuk dukungan yang selalu diberikan yang tidak mungkin dapat saya balas sampai kapan pun.

11.Kakak Ku Hj. Chairunnisyah Lubis dan adik Ku Aliya Namira Lubis terima kasih untuk semua bantuan dan kasih sayangnya selama ini

12.Buat suamiku yang tercinta Lutfi Putra Lesmana, SH terima kasih untuk semua bantuan dan kasih sayangnya selama ini

13.Seluruh pihak yang telah memberikan bantuannya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak bisa saga sebutkan satu persatu.


(6)

Akhir kata penulis sangat menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan.

Segala kritik dan saran yang bersifat membangun agar bisa lebih baik lagi di kesernpatan yang akan datang.

Medan, November 2009 Penulis


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

D. Keaslian penelitian ... 6

E. Tinjauan Pustaka ... 6

F. Metode Penelitian ... 7

G. Sistematika Penulisan ... 9

BAB II BENTUK WANPRESTASI DALAM SURAT BERHARGA . 10 A. Pengertian Surat Berharga ... 10

B. Syarat Surat Berharga ... 11

C. Fungsi Surat Berharga ... 13

D. Jenis-jenis Surat Berharga ... 17

E. Bentuk Wanprestasi Reksandana ... 32

BAB III PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM REKSADANA ... 37

A. Pengertian Reksadana ... 37


(8)

C. Bentuk Hukm Reksadana ... 42

D. Karakteristik Reksadana ... 43

E. Tujuan dan Hambatan Investasi ... 46

F. Sejarah Reksadana ... 55

G. Bentuk Hukum Reksadana ... 57

H. Manfaat Reksadana ... 57

I. Risiko Investasi Reksadana ... 59

J. Penyelesaian Wanprestasi Reksadana ... 62

BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INVESTOR REKSADANA ... 73

A. Pengertian Investor ... 73

B. Jenis-jenis Investor ... 76

C. Perlindungan terhadap wanprestasi reksadana ... 82

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 90

A. Kesimpulan ... 90

B. Saran ... 91 DAFTAR PUSTAKA


(9)

***) Adek Suryani Lubis

Abstrak

Investasi pada reksadana memenuhi prinsip investasi yakni jangan menaruh semua telur di dalam satu keranjang. Hal ini dikarenakan pada prinsipnya, investasi pada reksadana adalah melakukan investasi yang menyebar (diversifikasi) pada sejumlah alat investasi yang diperdagangkan di pasar modal dan pasar uang, seperti saham, obligasi, commercial paper dan sebagainya. Bagaimana akibat hukum wanprestasi reksadana dikaitkan dengan perlindungan hukum terhadap investor. Akibatnya investor mengalami kerugian. Namun dalam hal ini investor tidak dapat meminta penyelesaian hukum terhadap kelalaian yang dilakukan manajer investasi tersebut. Hal ini dikarenakan belum ada ketentuan hukum yang mengatur tentang sanksi bagi manajer investasi yang lalai memberi informasi kepada investor. Dengan kata lain investor berada dalam keadaan tidak terlindungi.

Penelitian ini adalah merupakan penelitian yang menggunakan metode pendekatan yuridis normatif, yaitu metode pendekatan dengan meninjau masalah yang diteliti dari segi segi ilmu hukum dan melakukan analisis terhadap norma-norma hukum dan peraturan yang berlaku dalam peraturan perundang-undangan berdasarkan bahan primer, sekunder dan tersier.

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perlindungan hukum kepada investor terhadap wanprestasi oleh reksadana masih belum optimal. Hal ini terlihat dari masih belum diterapkannya secara tegas ketentuan UU No. 8 Th. 1995 tentang Pasar Modal dalam menyelesaikan wanprestasi yang dilakukan reksadana. Selain itu diketahui pula bahwa tidak ada penyelesaian yang diberikan terhadap wanprestasi yang dilakukan oleh Reksadana. Hal ini diketahui dari kenyataan tidak diberinya ganti rugi kepada nasabah yang dirugikan akibat wanprestasi reksadana.

*) Dosen Pembimbing I **) Dosen Pembimbing II


(10)

A. Latar Belakang

Perkembangan teknologi dan informasi memberikan dampak positif terhadap perkembangan ekonomi di Indonesia, diantaranya mampu melakukan perhitungan yang berkaitan dengan investasi. Hal ini memberikan kemudahan kepada investor dalam melakukan analisis sesuai kebutuhannya. Alternatif investasi yang menarik dengan tingkat risiko terukur dan memberikan tingkat return yang cukup tinggi dengan modal terbatas, yaitu reksa dana (mutual funds).

Reksadana merupakan wadah dan pola pengelolaan dana/modal bagi sekumpulan investor untuk berinvestasi dalam instrumen-instrumen investasi yang tersedia di pasar dengan cara membeli unit penyertaan reksadana. Dana ini kemudian dikelola oleh manajer investasi dalam portofolio investasi, baik berupa saham, obligasi, pasar uang, ataupun efek lainnya. Menurut Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, reksa dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio Efek oleh Manajer Investasi.1

Reksadana merupakan suatu portofolio investasi yang terdiri dari berbagai macam surat berharga, bila kondisi pasar makro sedang tidak menguntungkan bisa saja nilai NAB (Nilai Aktiva Bersih) atau NAV (Net Asset Value) akan menyusut, risiko wanprestasi (default) yaitu kegagalan emiten, penerbitan surat berharga atau

1


(11)

pihak yang terkait dengan transaksi gagal memenuhi kewajibannya, dan juga risiko likuiditas yaitu dalam hal cepat-lambatnya investor dapat mencairkan investasinya dengan penjualan UP (Unit Penyertaan), dalam kondisi luar biasa (misalnya force majeur) dapat dihentikan untuk sementara sesuai peraturan Bapepam (Badan Pengawas Pasar Modal).

NAB per unit sangat berfluktuatif, tergantung pada harga masing-masing efek/instrumen investasi dimana portofolio diinvestasikan2

Investasi sering didefinisikan sebagai menempatkan uang atau modal demi hasil atau bunga dengan cara membeli properti, saham, obligasi dan lain-lain, namun secara umum investasi dapat dipahami sebagai meluangkan/ memanfaatkan waktu, uang atau tenaga demi keuntungan/manfaat di masa datang. Investor yang merasa kesulitan dalam menginvestasikan dananya memunculkan berdirinya perusahaan-perusahaan reksadana yang dapat membantu para investor dalam melakukan investasi pada surat-surat berharga.

. Penurunan NAB dipengaruhi secara tidak langsung oleh risiko pasar yang merupakan risiko yang umum terjadi pada portofolio. Reksadana muncul karena umumnya pemodal merasa kesulitan untuk melakukan investasi sendiri pada surat-surat berharga diatas. Kesulitannya dapat berupa perlunya waktu, tenaga dan informasi untuk melakukan berbagai analisis dan memonitor kondisi pasar secara terus menerus dan juga dana relatif besar untuk dapat melakukan investasi pada surat-surat berharga.

3

2

Analisis Peluang Investasi pada reksadana. Diakeses

Tanggal 2 November 2009

3

Reksadana, Perbankan dan Sektor Rill. Diakses Tanggal 2


(12)

Kemudahan yang diperoleh dari menanamkan investasi di pasar modal adalah sifat likuiditas dari investasi tersebut. Investor dapat membeli sekuritas yang akan memberi return yang baik dan menjual sekuritas tersebut apabila sedang memerlukan dana atau menggantinya dengan sekuritas lain bila prospek sekuritas lain tersebut lebih menjanjikan. Selain itu investor dapat melakukan diversifikasi dengan menanamkan dananya pada jenis sekuritas yang berbeda.4

Untuk meminimalkan risiko pada investasi, seorang investor harus sering melakukan diversifikasi dalam investasi mereka. Investor mengkombinasikan berbagai sekuritas dalam investasi untuk meminimalkan risiko yang kemungkinan akan muncul. Diversifikasi pada investasi membuat investor dapat meminimalkan . Investor pada umumnya melakukan aktivitas investasi dengan maksud untuk memperoleh return yang lebih besar daripada risiko yang dihadapinya serta lebih tinggi dari investasi pada asset yang bebas risiko. Investasi pada aset yang bebas risiko menjadi standar minimal dari apa yang akan diperoleh jika melakukan investasi pada saham.

Tentu saja tujuan akhir dari investor melakukan investasi pada saham adalah untuk meningkatkan kemakmuran hidupnya. Untuk itu para investor harus mengelola dananya secara efektif dengan berusaha membeli saham-saham dengan risiko yang masih dapat diterima sehingga return yang akan diterima masih melebihi risiko yang dihadapi.

4

Tandelin, Eduardus, Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio, (Yogyakarta : BPFE, Edisi Pertama, 2001), hal 21


(13)

risiko dengan tetap memperhatikan return yang diterima. Salah satu bentuk nyata diversifikasi risiko adalah reksadana5

Investasi pada reksadana memenuhi prinsip investasi yakni jangan menaruh semua telur di dalam satu keranjang. Hal ini dikarenakan pada prinsipnya, investasi pada reksadana adalah melakukan investasi yang menyebar (diversifikasi) pada sejumlah alat investasi yang diperdagangkan di pasar modal dan pasar uang, seperti saham, obligasi, commercial paper dan sebagainya. Reksadana sendiri merupakan sertifikat yang menjelaskan bahwa pemiliknya menitipkan sejumlah uang kepada pengelola reksadana (disebut manajer investasi), untuk digunakan sebagai modal berinvestasi di pasar uang atau pasar modal sesuai dengan kebijakan investasi yang telah ditetapkan.

.

6

Di dalam reksadana juga ada kemungkinan-kemungkinan kerugian dikarenakan tidak diberikannya informasi mengenai perkembangan usaha reksadana. Manajer investasi dari reksadana ini lalai memberi tahu perkembangan

Investasi melalui reksadana memiliki beberapa risiko. Pertama, meskipun manajer investasi telah melakukan investasi yang menyebar, belum tentu bisa mendapat keuntungan. Kalau ini terjadi, besar kemungkinan pemodal tidak bisa menikmati kenaikan Nilai Aktiva Bersih, bahkan akan mendapat kerugian dengan turunnya Nilai Aktiva Bersih. Kedua, bila manajer investasi melakukan pembubaran, yang penyebabnya bisa datang dari berbagai hal. Dalam hal demikian, pemodal juga akan mengalami kerugian.

5 http://

diakses tanggal 2 November 2009

6

.Widoatmodjo, Sawidji, Cara Sehat Investasi di Pasar Modal, Pengetahuan Dasar, (Yogyakarta : Liberty, 2001), hal. 40


(14)

dana yang ditanamkan pada berbagai investasi Reksadana. Akibatnya ketika terjadi keadaan yang merugikan investasi tersebut, investor tidak mengetahuinya, sehingga investor tidak melakukan tindakan yang dapat menyelamatkan investasinya, misalnya dengan menarik dananya dari Reksadana7

1. Bagaimana bentuk wanprestasi dalam surat berharga reksadana? .

Akibatnya investor mengalami kerugian. Namun dalam hal ini investor tidak dapat meminta penyelesaian hukum terhadap kelalaian yang dilakukan manajer investasi tersebut. Hal ini dikarenakan belum ada ketentuan hukum yang mengatur tentang sanksi bagi manajer investasi yang lalai memberi informasi kepada investor. Dengan kata lain investor berada dalam keadaan tidak terlindungi. Berdasarkan adanya kemungkinan terjadinya wanprestasi oleh reksadana tersebut, penulis tertarik untuk meneliti tentang: akibat hukum wanprestasi reksadana dikaitkan dengan perlindungan hukum terhadap investor.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

2. Bagaimana penyelesaian wanprestasi dalam reksadana?

3. Bagaimana perlindungan hukum terhadap investor reksadana ?

7

Hadisoeprapto, Hartono, Pokok-pokok Hukum Perikatan dan Hukum Jaminan, (Yogyakarta : Liberty, 1996), hal 53


(15)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1) Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui bentuk wanprestasi dalam bentuk surat berharga reksadana

b. Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap investor reksadana c. Untuk mengetahui penyelesaian wanprestasi dalam reksadana

2) Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

a. Diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai perlindungan hukum kepada investor menurut UU No. 8 Th. 1995. b. Diharapkan dapat memberikan masukan bagi pemerintah dan instansi

untuk penyelesaian terhadap complaint investor terkait dengan pengembalian jumlah investasinya di Reksadana.

c. Sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana bagi mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

D. Keaslian Penulisan

Akibat hukum wanprestasi reksadana dikaitkan dengan perlindungan hukum terhadap investor diangkat menjadi judul skripsi ini merupakan hasil karya penulis melalui pemikiran, referensi buku, internet, majalah, bantuan dari para sumber dan pihak-pihak lain. Skripsi ini bukan merupakan jiplakan atau judul skripsi yang sudah pernah diangkat sebelumnya.


(16)

E. Tinjauan Kepustakaan

Investasi melalui reksadana (suatu bentuk investasi yang dilakukan secara kolektif (bersama-sama) makin populer. Setiap produk investasi mengandung risiko, baik terkait dengan produk itu sendiri maupun kinerja manajer investasi yang mengelola uang Anda. Dua hal ini sebaiknya dipahami oleh para pemodal.

Pada huruf k poin (1) Peraturan Bapepam No. IX.C.6-Keputusan Ketua Bapepam No.Kep22/PM/2004 tentang Pedoman dan Isi Prospektus Dalam Rangka Penawaran Umum Reksadana disebutkan risiko pemodal adalah berkurangnya nilai saham atau unit penyertaan disebabkan oleh:

1. Kondisi makro ekonomi dan keamanan.

2. Wanprestasi dari pihak-pihak yang terkait dengan reksa dana, seperti bank, perusahaan lain penerbit instrumen pasar uang dan atau obligasi

3. Perubahan nilai instrumen pasar uang sebagai akibat pergerakan suku bunga dan kurs mata uang secara signifikan.8

Selain itu, mungkin saja terjadi kesalahan atau kelalaian manajer investasi. Untuk kerugian yang diakibatkan hal terakhir ini, investor dapat menuntut secara hukum, walaupun tidak bisa dilakukan secara sepihak. Caranya adalah sebagai berikut :

1. Mengadukan kelalaian manajer investasi ke Bapepam (Badan Pengawas Pasar Modal). Berdasarkan Pasal 5 huruf (e) UU No.8/1995 tentang Pasar Modal, disebutkan Bapepam mengadakan pemeriksaan dan penyidikan terhadap setiap pihak dalam hal terjadi peristiwa yang diduga merupakan

8


(17)

pelanggaran terhadap undang-undang ini dan atau peraturan pelaksanaannya.

2. Jika laporan sebagai investor yang dirugikan tidak direspons, atau tindakan Bapepam terhadap manajer investasi yang terbukti merugikan investor tidak memadai, maka dapat mengajukan gugatan perbuatan melawan hukum melalui pengadilan negeri. Apabila memilih langkah ini, investor harus memiliki bukti-bukti yang cukup untuk membuktikan adanya kelalaian manajer investasi yang mengakibatkan kerugian.

F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah merupakan penelitian yang menggunakan metode pendekatan yuridis normatif, yaitu metode pendekatan dengan meninjau masalah yang diteliti dari segi ilmu hukum dan melakukan analisis terhadap norma-norma hukum dan peraturan yang berlaku dalam peraturan perundang-undangan berdasarkan bahan primer, sekunder dan tersier untuk mendapatkan kesimpulan dari data-data yang diperoleh selama penelitian.

2. Sumber Data

Data pokok dalam penelitian ini adalah data sekunder yang meliputi : a. Bahan Hukum Primer, yaitu Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995

Tentang Pasar modal.

b. Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti hasil seminar dan pendapat dari


(18)

kalangan pakar hukum. (buku-buku rujukan tentang, reksadana dan pasar modal).

c. Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder seperti kamus bahasa maupun kamus hukum dan internet.

3. Teknik Pengumpulan Data

Jenis penulisan skripsi mengenai Akibat hukum wanprestasi reksadana dikaitkan dengan perlindungan hukum terhadap investor adalah merupakan penelitian hukum normatif yang mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat di dalam peraturan perundang-undangan. penulisan ini menggunakan studi lapangan (field research) dan studi kepustakaan (library research)

G. Sistematika Penulisan

Hasil penelitian ditulis dengan sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis menguraikan secara ringkas mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan

BAB II : BENTUK WANPRESTASI DALAM SURAT BERHARGA REKSADANA

Dalam bab ini penulis menguraikan pengertian surat berharga dan jenis-jenis surat berharga, fungsi surat berharga, jenis-jenis surat berharga


(19)

BAB III : PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM REKSADANA Bab ini memberikan gambaran penyelesaian wanprestasi dalam surat berharga reksadana

BAB IV : PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INVESTOR REKSADANA

Bab ini memberikan uraian teoritis tentang pengertian reksadana, sejarah reksadana, dasar hukum reksadana

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan analisa dalam penelitian ini selanjutnya ditarik kesimpulan, serta memberikan saran-saran kepada pihak perusahaan/intansi


(20)

A. Pengertian Surat Berharga

Surat Berharga adalah surat pengakuan utang, wesel, saham, obligasi, sekuritas kredit, atau setiap derivatifnya, atau kepentingan lain, atau suatu kewajiban dari penerbit, dalam bentuk yang lazim diperdagangkan dalam pasar modal dan pasar uang.9

Surat berharga atau commercial paper (negotiable instruments) merupakan alat bayar dalam transaksi perdagangan modern saat ini. Surat berharga ini digunakan sebagai pengganti uang yang selama ini telah digunakan sebagai alat tukar dalam perdagangan khususnya oleh kalangan pebisnis atau para pengusaha. Hal ini disebabkan karena menggunakan surat berharga dianggap lebih aman, praktis, dan merupakan suatu presitse tersendiri (lebih bonafit), sedang ”mode

Perkembangan ekonomi masyarakat terus berkembang dari waktu ke waktu. Masyarakat yang berkembang ini menjalankan kegiatan perdagangan atau bisnis yang selalu berhubungan dengan masalah keuangan. Kemajuan perdagangan ini membutuhkan suatu instrumen yang dapat membantu masyarakat dalam memudahkan transaksi keuangan yang mereka lakukan. Kemudahan dan penggunaan yang dapat dilakukan pada setiap saat adalah tuntutan bagi setiap instrumen keuangan yang mereka gunakan.

9

Dunil Z, Kamus Istilah Perbankan Indonesia, (Jakarta. : PT Gramedia Pustaka Utama, 2004), hal 36


(21)

atau trend”, surat berharga sudah menjadi komoditi dalam kegiatan bisnis atau objek perjanjian, sehingga lebih menguntungkan dan lebih bervariasi.10

Surat berharga di Indonesia berkembang mulai tahun 1980 setelah adanya deregulasi ekonomi dalam bidang keuangan.11

B. Syarat Surat Berharga

Aturan ini membawa perubahan kepada berkembangnya pasar keuangan di Indonesia dimana surat berharga komersial ini adalah merupakan salah satu bentuk pengembangan pasar financial. Dimana selanjutnya pemerintah mengeluarkan Surat Keputusan Bank Indonesia No.28/52/DIR dan No 49/52/UPG tentang Surat Berharga yang masing –masing tentang “Persyaratan perdagangan dan penerbitan surat berharga komersial” melalui bank umum di Indonesia, dimana dengan adanya peraturan tersebut maka bank umum di Indonesia mempunyai pedoman yang seragam serta memiliki dasar hukum yang kuat terhadap keberadaan surat berharga komersial.

Penerbitan surat berharga di Indonesia juga harus memeperoleh peringkat dari Lembaga Pemeringkat Kredit (Credit Rating). Di Indonesia dikenal dengan nama PT.PEFINDO (Pemeringkat Efek Indonesia) yang berdiri pada tahun 1993.

Syarat penerbitan surat berharga komersial di Indonesia dapat ditemukan pada ketetntuan Pasal 2 sampai dengan Pasal 5 dari surat keputusan Direksi Bank Indonesia No.28/52/KEP/DIR tanggal 11 Agustus 1995 yaitu mengenai kriteria: 1. Berjangka waktu paling lama 270 (dua ratus tujuh puluh) hari

2. Mencantumkan

10

Joni Emirzon, Hukum Surat Berharga dan Perkembangannya di Indonesia, (Jakarta : Prehaillindo, 2001), hal 7

11

Surat berharga komersial - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.mht. Diakses tanggal 2 November 2009


(22)

a. Klausula kata-kata “Surat Sanggup” di dalam teksnya yang dinyatakan dalam bahasa Indonesia atau kata-kata “Surat Berharga Komersial” dalam commercial paper.

b. Janji tidak bersyarat untuk membayar sejumlah uang tertentu c. Penetapan hari bayar

d. Penetapan pembayaran

e. Nama pihak yang harus menerima pembayaran atau penggantinya f. Tanggal dan tempat surat sanggup diterbitkan

g. Tanda tangan penerbit

Pada dasarnya surat berharga memiliki kesamaan persyaratan umum yang harus ada pada suatu surat berharga. Persyaratan umum surat berharga itu antara lain:

1. Harus berbentuk tertulis 2. Harus punya nama

3. Tanda tangan jumlah tertentu 4. Perintah/janji tanpa syarat

5. Ada akta perintah atau janji membayar 6. Nama orang yang membayar

7. Hari pembayaran

Selanjutnya syarat khusus surat berharga dapat kita lihat dari bentuk surat berharga itu sendiri. Syarat ini merupakan syarat yang membedakan surat berharga dengan surat lain dan menjadi ciri khas setiap surat berharga. Misalnya perintah yang berbunyi “bayarlah surat wesel ini kepada”. Surat sanggup ada


(23)

kesanggupan membayar yang berbunyi, “saya berjanji akan membayar sejumlah uang kepada…dst”.

Syarat khusus ini dapat diketahui dari setiap surat berharga adalah “nomor seri”. Setiap surat berharga apapun bentuknya memiliki nomor seri penerbitan sendiri sehingga surat berharga satu dengan yang lainnya tidak akan memiliki kesamaan. Nomor seri ini sebagai alat kontrol baik bagi penerbit maupun bagi tersangkut.

C. Fungsi Surat Berharga

Fungsi pokok suatu surat berharga adalah sebagai alat pembayaran, yang kedudukannya menggantikan uang.selain itu surat berharga juga mempunyai fungsi:

1. sebagai bukti surat hak tagih 2. alat memindahkan hak tagih 3. alat pembayaran

4. pembawa hak

5. sebagai alat memindahkan hak tagih diperjualbelikan dengan mudah dan sederhana

Dasar Mengikat Penerbitan Surat Berharga dalam penerbitan surat berharga minimal terdapat dua pihak yaitu pihak penerbit dan penerima surat berharga. Pada awalnya kedua pihak terikat pada perikatan dasar. Tindak lanjut dari perikatan yang sudah disepakati tersebut ada satu pihak untuk memenhi prestasi menerbitkan surat berharga. Beberapa dasar mengikat penerbitan surat berharga:


(24)

a. teori keasi atau penciptaan (creatietheorie) b. teori kepantasan(redelijk heidstheorie) c. teori perjanjian (overeenkomst theorie) d. teori penunjukkan (vertoings theorie)

Awal terbitnya surat berharga tidak akan terlepas dari perjanjian atau selalu didahului suatu atau transaksi/perbuatan hukum para pihak atau dengan kata lain adanya perikatan dasar. Perikatan dasar itu berbentuk perjanjian atau kontrak yang dapat berupa perjanjian jual beli, sewa-menyewa, sewa guna usaha (leasing), pengangkutan dan lain sebagainya. Penerbitan surat berharga merupakan kelanjutan dari perikatan dasarnya sehingga jumlah nilai yang tertera dalam surat perjanjian yang disepakati oleh para pihak12

1. upaya tangkisan absolute antara lain karena:

.

Tangkisan dalam Surat Berharga setiap transaksi surat berharga itu juga kemungkinan terjadi penipuan, kesalahan, kelalaian atau khilaf dan sebagainya, yang akhirnya akan merugikan salah satu pihak atau kedua belah pihak, misalnya surat berharga tersebut hilang, dicuri orang lain, atau pemegang lalai atau lupa, atau surat berharga tersebut cacat tidak mempunyai syarat formal, sehingga pihak bank akan menolak surat berharga yang ditunjukkan tersebut. Surat berharga kadang kala mengalami beberapa peralihan yang kemungkinan terjadi tindakan non-akseptasi atau non-pembayaran. Untuk mengatasi hal tersebut ada dua macam upaya tangkisan yaitu:

a. cacat bentuk, yang berpengaruh pada sahnya surat berharga

12


(25)

b. daluarsa

c. kelalaian atau kelalaian dalam melakukan regres 2. Upaya tangkisan relatif

a. Semua bantahan yang termasuk dalam hubungan dasar

b. Semua bantahan yang disebabkan karena adanya paksaan, sesat, dan penipuan pada pada perjanjian antara penerbit dengan penerima. Penggolongan dan Bentuk-Bentuk Surat Berharga Penggolongan Surat Berharga :

1) Surat yang mempunyai sifat kebendaan 2) Surat-surat tanda keanggotaan

3) Surat tagihan hutang

Bentuk-bentuk surat berharga surat berharga a. Surat wesel

Surat yang memuat kata wesel di dalamnya, ditanggali dan ditandatangani di suatu tempat, penerbit member perintah tanpa syarat kepada tersangkut untuk membayar pada hari bayar.

b. Surat sanggup

Memuat kata aksep atau promes, penerbit membayar kepada orang yang tersebut dalam surat tersebut.13

13

Riyadi Selamet, Banking Assets and Liability Management, (Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Edisi Ketiga, 2007), hal. 49


(26)

c. Surat cek

Surat yang memuat pakai cek, penerbitnya memerintakan kepada bank tertentu untuk membayar pada orang yang tertera pada surat, penggantinya, atau pembawanya pada saat ditunjukkan.

d. Carter partai

Membuat kata charter party yang membuktikan adanya perjanjian pencarteran kapal, dalam nama si penandatangan mengikatkan diri untuk menyerahkan sebagian atau seluruh ruangan kapal untuk dioperasikan sesuai dengan perjanjian.

e. Konosemen

Memuat kata konosemen di dalamnya dan merupakan surat pemegang dari pemegang konosemen kepada pengangkut agar kepada pemegang untuk diserahkan kepada para pemegangnya.

f. Delivery order

Mencantumkan kata delivery order di dalamnya dan merupakan surat perintah dari pemegang delivery order diserahkan barang-barang sebagai yang disebut, yang diambil dari konosemennya.

g. Surat saham

Surat berharga yang mencantumkan kata saham di dalamnya, sebagai tanda bukti kepemilikan sahamnya sebagai bagian dari saham dari modalnya.14

14


(27)

h. Promes atas unjuk

Surat berharga yang ditanggali dimana penandatangannya sendiri berjanji akan membayar sejumlah uang yang ditentukan di dalamnya kepada penunjuk, pada waktu diperlihatkan pada suatu waktu tertentu.

D. Jenis-Jenis Surat Berharga

Berikut ini contoh jenis-jenis surat berharga yang diperjualbelikan di pasar uang

a. Treasury Bills (T-Bills)

1) T-Bills merupakan instrument utang yang diterbitkan oleh pemerintah atau Bank Sentral atas unjuk dengan jumlah tertentu yang akan dibayarkan kepada pemegang pada tanggal yang telah ditetapkan.

2) Instrumen ini berjangka waktu jatuh tempo satu tahun atau kurang.

3) Instrumen yang sangat aman karena diterbitkan oleh pemerintah atau biasanya oleh Bank Sentral. Oleh karena itu instrumen ini sangat mudah diperjualbelikan dan disukai oleh perusahaan-perusahaan, terutama oleh lembaga-lembaga keuangan untuk dijadikan sebagai cadangan likuiditas sekuner yg memberikan hasil.

4) T-Bills (istilah umum digunakan di dunia internasional) kalau di Indonesia adalah SBI (Sertifikat Bank Indonesia).15

b. Commercial Paper

1) Commercial Paper (CP) pada dasarnya merupakan promes yang tidak disertai dengan jaminan (unsequred promissory notes), diterbitkan oleh

15


(28)

perusahaan untuk memperoleh dana jangka pendek dan dijual kepada investor dalam pasar uang. Penerbit berjanji akan membayar sejumlah tertentu uang pada saat jatuh tempo. Penerbit CP adalah perusahaan yang mempunyai kredibilitas tinggi.

2) Jangka waktu jatuh tempo CP ini berkisar mulai dari beberapa hari sampai 270 hari.

3) Penjualan CP dilakukan umumnya dengan sistem diskonto, namun beberapa diantaranya menggunakan bunga sebagaimana halnya dengan kredit.

4) Dalam pelaksanaannya seringkali CP diterbitkan dengan back-up fasilitas credit line dari bank yang jumlahnya mendekati atau sama dengan nilai CP yang diterbitkan. Dalam perkembangannya di beberapa negara, CP diterbitkan dengan dukungan aset perusahaan lainnya, misalnya piutang, dsb. Bahkan perkembangan terakhir CP diterbitkan dengan bank garansi atau jaminan dari perusahaan induknya. Namun kasus ini terjadi bila investor tertentu meminta jaminan dari nilai CP yang dibeli dalam jumlah besar.

5) Penerbitan CP dapat dilakukan secara langsung kepada investor maupun secara tidak langsung dengan menggunakan jasa perantara.

Kelebihan CP bagi penerbit dan investor antara lain sebagai berikut : Bagi Penerbit:

a. Tingkat bunga CP lebih rendah daripada prime rate, yaitu tingkat bunga kredit yang dikenakan perbankan kepada nasabah utamanya, sehingga biaya dana akan menjadi lebih murah.


(29)

b. Tidak perlu menyediakan jaminan.

c. Penerbitannya relatif lebih mudah karena pada prinsipnya hanya melibatkan penerbit dan investor.

d. Jangka waktu jatuh temponya lebih fleksibel, dapat diperpanjang atas persetujuan investor.

Bagi Investor:

a. CP menawarkan penghasilan yang lebih tinggi dibandingkan misalnya Sertifikat Deposito, Treasury Bills.

b. Dapat dijual kembali (didiskontokan) tanpa perlu menunggu jatuh temponya. c. Tingkat keamanannya relatif tinggi karena penerbit CP umumnya perusahaan

dengan rating yang tinggi.

Kelemahan CP dilihat dari kepentingan investor dan penerbit antara lain: 1. Bagi investor, CP merupakan instrumen yang tidak disertai dengan

jaminan. Kemungkinan penerbit melakukan rekayasa laporan keuangan untuk memperlihatkan keadaan likuiditas dan kemampuan perolehan labanya16

2. Bagi perusahaan penerbit, CP merupakan sumber dana jangka pendek sehingga perusahaan kurang leluasa untuk dijadikan sebagai modal investasi.

.

16


(30)

Sertifikat Deposito atau negotiable certificate of deposit (CD)

• Deposito berjangka yang bukti simpanannya dapat diperdagangkan. Jadi mempunyai ciri pokok dapat dipindahtangankan atau diperjualbelikan sebelum jangka waktu jatuh temponya.

• Di Indonesia, CD diterbitkan oleh bank-bank umum atas dasar diskonto. Perhitungan diskonto CD tersebut sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia.

Banker’s Acceptance (BA)

BA adalah time draft (wesel berjangka) yang ditarik oleh seorang eksportir atau importir atas suatu bank untuk membayar sejumlah barang atau untuk membeli valuta asing. Apabila bank menyetujui wesel tersebut, bank akan menstempel dengan kata ”accepted” di atas wesel tersebut dan memprosesnya. Dengan demikian bank yang menerima dan memproses tersebut memiliki suatu janji atau jaminan tak bersyarat untuk membayar sebesar nilai nominal aksep tersebut pada saat jatuh tempo. Hal tersebut berarti bank yang bersangkutan menjamin eksportir dan investor dalam pasar uang internasional dari kemungkinan adanya gagal bayar (default). Jangka waktu akseptasi biasanya berkisar 30 sampai 270 hari, namun umumnya 90 hari. Aksep ini merupakan instrumen pasar uang yang berkualitas tinggi.

Akseptasi bank sangat aktif diperdagangkan antar lembaga-lembaga keuangan, perusahaan industri, dealer surat-surat berharga sebagai investasi yang berkualitas tinggi dan sangat mudah diuangkan. Aksep digunakan dalam perdagangan ekspor impor karena banyak eksportir yang tidak pasti dan tidak


(31)

yakin betul terhadap credit standing importir yang dikirimi barang. Eksportir sangat tergantung paa pembiayaan akseptasi oleh bank domestik atau suatu bank asing. Dengan demikian, aksep adalah instrumen keuangan yang dirancang untuk mengalihkan resiko perdagangan internasional kepada pihak ketiga yang akan mengambil resiko tersebut karena ia memiliki keahlian dalam menilai resiko kredit dan menyebarkan resiko tersebut dalam berbagai pinjaman. Ketiga pihak dalam transaksi tersebut yaitu eksportir, importir dan bank penerbit, mendapatkan keuntungan dari metode pembiayaan perdagangan internasional ini sebagai berikut:

1. Eksportir dapat menerima uangnya segera tanpa penundaan.

2. Importir dapat menunda pembayarannya sesuai dengan jangka waktu credit line yang disepakati dengan bank.

3. Bank penerbit yang memegang Banker’s Acceptance (didiskonto dari eksportir) merupakan instrumen keuangan yang sangat likuid yang dapat dijual sebelum jatuh tempo melalui dealer bila membutuhkan likuiditas.

Bill of Exchange

1. Bill of Exchange atau wesel adalah suatu perintah tertulis tak bersyarat yang ditujukan oleh seseorang kepada pihak lainnya untuk membayar sejumlah uang pada saat diperlihatkan atau pada tanggal tertentu kepada penarik atau order atau pembawa.

2. Karena sifatnya yang likuid, artinya penjual boleh melakukan pembayaran lebih awal sebelum wesel tersebut jatuh tempo dengan cara mendiskontokannya kepada bank-bank atau lembaga-lembaga keuangan


(32)

lainnya sebagai investasi jangka pendek, maka instrumen ini sangat umum digunakan dalam perdagangan.

3. Penarikan wesel ini biasanya selalu didahului dengan adanya transaksi jual beli barang. Dimana penjual akan menjadi penarik wesel dan pembeli barang sebagai tertarik.

4. Jangka waktu jatuh tempo wesel ini umumnya berkisar 6 hari sampai 180 hari.

5. Pada prinsipnya Bill of exchange ini akan berubah menjadi Banker’s

Acceptance apabila telah diaksep oleh bank. Oleh karena itu wesel ini dapat diperjualbelikan secara diskonto.

Repurchase Agreement (Repo)

1. Repo adalah transaksi jual beli surat-surat berharga disertai dengan perjanjian bahwa penjual akan membeli kembali surat-surat berharga yang dijual; tersebut pada tanggal dan dengan harga yang telah ditetapkan lebih dahulu.

2. Surat-surat berharga yang biasanya dijadikan sebagai instrumen dalam transaksi Repo adalah surat-surat berharga yang dapat diperjualbelikan secara diskonto, misalnya SBI, SBPU, CD, CP dan T-bills17

Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

1. SBI adalah surat berharga dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek.

17


(33)

2. Karakteristik SBI:

a Satuan unit sebesar Rp.1.000.000,- (satu juta rupiah).

b. Berjangka waktu sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan dan paling lama 12 (dua belas) bulan.

c. Penerbitan dan perdagangan dilakukan dengan sistem diskonto.

d. Diterbitkan tanpa warkat, artinya SBI diterbitkan tanpa adanya fisik SBI itu sendiri dan bukti kepemilikan bagi pemegang hanya berupa pencatatan elektronis.

e. Dapat dipindahtangankan (negotiable).

f. SBI sebagai instrumen kebijaksanaan operasi pasar terbuka, terutama untuk tujuan kontraksi moneter. SBI yang ditebitkan dan diperdagangkan dengan sistem lelang, pada dasarnya penggunaannya sama dengan penggunaan T-Bills di pasar uang Amerika Serikat. Melalui penggunaan SBI tersebut, BI dapat secara tidak langsung dapat mempengaruhi tingkat bunga di pasar uang dengan cara mengumumkan Stop Out Rate (SOR).

g. SOR adalah tingkat suku bunga yang diterima oleh BI atas penawaran tingkat bunga dari peserta lelang. Selanjutnya, SOR tersebut akan dapat dipakai sebagai indikator bagi tingkat suku bunga transaksi di pasar uang pada umumnya.


(34)

h. SOR merupakan kebijakan Bank Indonesia dalam melakukan penjualan SBI secara lelang kepada Bank atau Lembaga Keuangan atau melalui Broker, dengan tujuan19

1. Untuk mengendalikan baik volume uang beredar maupun tingkat bunga melalui target volume yang diinginkan dan tingkat bunga dalam suatu batas tertentu.

:

2. Dengan menyerahkan tingkat bunga pada Prime Dealer untuk jumlah 60%, maka tingkat bunga menjadi wajar.

Pola pembelian SBI:

a. Pembelian melalui Pasar Perdana (langsung ke BI) b. Pembelian melalui Pasar Sekunder

c. Pembelian melalui Broker

Sebelum jatuh tempo SBI boleh diperjualbelikan, baik oleh Bank, LKBB, maupun masyarakat atau dunia usaha setiap saat melalui pasar sekunder. Untuk itu Security House (perantara) akan membeli atau menjual SBI setiap hari dengan tingkat diskonto yang berlaku di pasar. Untuk memperlancar perdagangan SBI ini Bank Sentral Indonesia menunjukkan beberapa market dan broker yang terdiri dari Bank-bank Umum sebagai lembaga penunjang dalam perdagangan SBI. Market maker disini bertindak sebagai penggerak pasar sekunder. Dalam hal ini market maker bertindak sebagai dealer yang berkewajiban sebagai berikut

19


(35)

a. Membuat dan mengumumkan quotation.

b. Secara aktif mengajukan penawaran dan permintaan SBI di pasar sekunder.

c. Membeli dan menjual SBI dari dan kepada pihak yang mencari dan menawarkan SBI di pasar sekunder. Pembelian dan penjualan SBI dapat dilakukan baik secara outright maupun repo. (Transaksi outright adalah transaksi jual beli SBI atas dasar sisa jangka waktu SBI yang bersangkutan, tidak ada kewajiban bagi penjual untuk membeli kembali sebelum jatuh tempo; sedangkan transaksi repo adalah transaksi dengan perjanjian bahwa penjual wajib membeli kembali SBI yang bersangkutan sesuai jangka waktu yang dijanjikan).20

Surat Berharga Pasar Uang (SBPU)

SBPU adalah surat-surat berharga berjangka pendek yang dapat diperjualbelikan secara diskonto dengan Bank Indonesia atau lembaga diskonto yang ditunjuk oleh Bank Indonesia.

SBPU sama halnya dengan SBI merupakan instrumen operasi pasar terbuka dalam rangka ekspansi moneter oleh BI dengan menetapkan tingkat diskonto SBPU.

Ditinjau dari jenis transaksi dan warkatnya, SBPU dapat dibedakan sebagai berikut :

20


(36)

a. Surat Sanggup (aksep/promes), dapat berupa:

1) Surat sanggup yang diterbitkan oleh nasabah dalam rangka penerimaan kredit dari bank untuk membiayai kegiatan tertentu.

2) Surat sanggup yang diterbitkan oleh bank dalam rangka pinjaman antar bank.

b. Surat wesel, dapat berupa:

1) Surat wesel yang ditarik oleh suatu pihak dan diaksep oleh pihak lain dalam rangka transaksi tertentu. Penarik dan atau tertarik adalah nasabah bank.

2) Surat wesel yang ditarik oleh nasabah bank dan diaksep oleh bank dalam rangka pemberian kredit untuk membiayai kegiatan tertentu.

Mekanisme perdagangan SBPU adalah dunia usaha atau masyarakat yang merupakan nasabah berbentuk badan usaha maupun perorangan meneluarkan surat aksep atau wesel (sebagai surat utang) untuk mendapatkan dana dari Bank atau LKBB (Lembaga Keuangan bukan Bank). Kemudian SBPU dijualbelikan oleh Bank dan LKBB melalui security house (perantara) maupun melalui pasar sekunder, yaitu diperjualbelikan antara lembaga-lembaga keuangan itu sendiri serta dunia usaha atau masyarakat. SBPU ini melalui security house juga bisa dijualbelikan ke Bank Sentral Indonesia21

21

http//www.saham.com. diakses tanggal 2 November 2009


(37)

Call Money (Interbank Call Money Market)

a. Call Money adalah penempatan atau peminjaman dana jangka pendek (dalam hitungan hari) antar bank.

b. Call Money merupakan instrument bank dalam mengatasi kekurangan atau kelebihan dana jangka pendek yang bersifat sementara.

1. Jenis-jenis saham

Saham dapat didefinisikan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut22

Ada beberapa sudut pandang untuk membedakan saham .

23

c. Saham Biasa

:

Saham Biasa adalah suatu sertifikat atau piagam yang memiliki fungsi sebagai bukti pemilikan suatu perusahaan dengan berbagai aspek-aspek penting bagi perusahaan. Pemilik saham akan mendapatkan hak untuk menerima sebagaian pendapatan tetap / deviden dari perusahaan serta kewajiban menanggung resiko kerugian yang diderita perusahaan.

Orang yang memiliki saham suatu perusahaan memiliki hak untuk ambil bagian dalam mengelola perusahaan sesuai dengan hak suara yang dimilikinya berdasarkan besar kecil saham yang dipunyai. Semakin banyak prosentase

22

Darmadji dan Fahruddin, Saham. (Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 2001), hal 4.

23


(38)

saham yang dimiliki maka semakin besar hak suara yang dimiliki untuk mengontrol operasional perusahaan.

d. Saham Preferen

Saham preferen adalah saham yang pemiliknya akan memiliki hak lebih dibanding hak pemilik saham biasa. Pemegang saham preferen akan mendapat dividen lebih dulu dan juga memiliki hak suara lebih dibanding pemegang saham biasa seperti hak suara dalam pemilihan direksi sehingga jajaran manajemen akan berusahan sekuat tenaga untuk membayar ketepatan pembayaran dividen preferen agar tidak lengser.

2. Jenis-jenis Obligasi

Obligasi adalah hutang / utang jangka panjang secara tertulis dalam kontrak surat obligasi yang dilakukan oleh pihak berhutang yang wajib membayar hutangnya disertai bunga (penerbit obligasi) dan pihak yang menerima pembayaran atau piutang yang dimilikinya beserta bunga (pemegang obligasi) yang pada umumnya tanpa menjaminkan suatu aktiva. Obligasi ketika pertama kali dijual dijual dengan nilai per value.24

a) Obligasi suku bunga tetap memiliki kupon bunga dengan besaran tetap yang dibayar secara berkala sepanjang masa berlakunya obligasi.

b) Obligasi suku bunga mengambang atau biasa juga disebut dengan Floating rate note (FRN) memiliki kupon yang perhitungan besaran bunganya mengacu pada suatu indeks pasar uang seperti LIBOR atau Euribor.

24


(39)

c) Junk bond atau "obligasi berimbal hasil tinggi" adalah obligasi yang memiliki peringkat dibahah peringkat investasi yang diberikan oleh lembaga pemeringkat kredit. Oleh karena obligasi jenis ini memiliki resiko yang cukup tinggi maka investor mengharapkan suatu imbal hasil yang lebih tinggi.

d) Obligasi tanpa bunga atau lebih dikenal dengan istilah (zero coupon bond) adalah obligasi yang tidak memberikan pembayaran bunga. Obligasi ini diperdagangkan dengan pemberian potongan harga dari nilai pari. Pemegang obligasi menerima secara penuh pokok hutang pada saat jatuh tempo obligasi. e) Obligasi inflasi atau lebih dikenal dengan sebutan (Inflation linked bond),

dimana nilai pokok utang pada obligasi tersebut adalah mengacu pada indeks inflasi. Suku bunga pada obligasi jenis ini lebih rendah daripada obligasi suku bunga tetap . Namun dengan bertumbuhnya nilai pokok utang sejalan dengan inflasi, maka pembayaran pelunasan obligasi ini akan meningkat pula. Pada periode tahun 1980an, pemerintah Inggris adalah yang pertama kalinya menerbitkan obligasi jenis ini yang diberi nama Gilts. Di Amerika obligasi jenis ini dikenal dengan nama "Treasury Inflation-Protected Securities" (TIPS) dan I-bonds.Obligasi indeks lainnya, adalah surat utang berbasis ekuiti (equity linked note) dan obligasi yang mengacu pada indeks yang merupakan indikator bisnis seperti penghasilan, nilai tambah ataupun pada indeks nasional seperti Produk domestik bruto.

f) Efek Beragun Aset adalah obligasi yang pembayaran bunga dan pokok utangnya dijamin oleh acuan berupa arus kas yang diperoleh dari penghasilan aset. Contoh dari obligasi jenis ini adalah Efek beragun KPR


(40)

(mortgage-backed security-MBS), collateralized mortgage obligation (CMOs) dan collateralized debt obligation (CDOs).

g) Obligasi subordinasi obligasi yang memiliki peringkat prioritas lebih rendah dibandingkan obligasi lainnya yang diterbitkan oleh penerbit dalam hal terjadinya likuidasi. Dalam hal terjadinya kepailitanlikuidator, kemudaian pembayaran utang pajak, dan lain-lain25

h) Obligasi abadi, Obligasi ini tidak memiliki suatu masa jatuh tempo. Obligasi jenis ini yang terkenal dalam pasar obligasi adalah "UK Consols" yang diterbitkan oleh pemerintah Inggris, atau juga dikenal dengan nama Treasury Annuities atau Undated Treasuries. Beberapa dari obligasi ini diterbitkan pertama kali pada tahun 1888 dan masih diperdagangkan hingga hari ini. Beberapa obligasi jenis ini juga memiliki masa jatuh tempo yang sangat . Pemegang obligasi yang pembayarannya diutamakan adalah obligasi yang memiliki tanggal penerbitan paling awal yang disebut obligasi senior, setelah obligasi ini dilunasi maka barulah pembayaran pelunasan obligasi subordinasi dilakukan. Oleh karena resikonya lebih tinggi maka obligasi subordinasi ini biasanya memiliki peringkat kredit lebih rendah daripada obligasi senior. Contoh utama dari obligasi subordinasi ini dapat ditemui pada obligasi yang diterbitkan oleh perbankan dan pada Efek Beragun Aset . Penerbitan yang berikutnya umumnya dilakukan dalam bentuk "tranches". Senior tranches dibayar terlebih dahulu dari tranches subordinasi maka ada hirarki dari para kreditur. Pertama adalah pembayaran dari

25


(41)

panjang sekali seperti misalnya perusahaan West Shore Railroad yang menerbitkan obligasi dengan masa jatuh tempo pada tahun 2361 (atau abad ke 24). Terkadang juga obligasi abadi ini dilihat berdasarkan dari nilai tunai obligasi tersebut pada saat ini yang nilai pokoknya mendekati nol.

i) Obligasi atas unjuk adalah merupakan sertifikat resmi tanpa nama pemegang dimana siapapun yang memegang obligasi tersebut dapat menuntut dilakukannya pembayaran atas obligasi yang dipegangnya tersebut. Biasanya juga obligasi ini diberi nomer urut dan didaftarkan guna menghindari pemalsuan namun dapat diperdagangkan seperti layaknya uang tunai. Obligasi ini amat beresiko terhadap kehilangan dan kecurian. Obligasi ini sering disalah gunakan untuk menghidari pengenaan pajak.

"Final Surge in Bearer Bonds" New York Times. Para perusahaan di Amerika menghentikan penerbitan obligasi atas unjuk ini sejak tahun 1982 dan secara resmi dilarang oleh otoritas perpajakan pada tahun 1983.

j) Obligasi tercatat adalah obligasi yang kepemilikannya ataupun peralihannya didaftarkan dan dicatat oleh penerbit atau oleh lembaga administrasi efek. Pembayaran bunga dan pembayaran pokok utang akan ditransfer langsung kepada pemegang obligasi yang namanya tercatat.

k) Obligasi daerah atau di Amerika dikenal sebagai (municipal bond) adalah obligasi yang diterbitkan oleh negara bagian, teritorial, kota, pemerintahan setempat, ataupun lembaga-lembaganya. Bunga yang dibayarkan kepada pemegang obligasi seringkali tidak dikenakan pajak oleh negara bagian yang


(42)

menerbitkan, namun obligasi daerah yang diterbitkan guna suatu tujuan tertentu tetap dikenakan pajak.

l) Obligasi tanpa warkat atau lebih dikenal sebagai Book-entry bond adalah suatu obligasi yang tidak memiliki sertifikat, dimana mahalnya biaya pembuatan sertifikat serta kupon mengakibatkan timbulnya obligasi jenis ini. Obligasi ini menggunakan sistem elektronik terpadu yang mendukung penyelesaian transaksi efek secara pemindahbukuan di pasar modal.

m) Obligasi lotere atau juga disebut Lottery bond adalah obligasi yang diterbitkan oleh suatu negara (biasanya negara-negara Eropa). Bunganya dibayar seperti tata cara pembayaran bunga pada obligasi suku bunga tetap tetapi penerbit obligasi akan menebus obligasi yang diterbitkannya secara acak pada waktu tertentu dimana penebusan atau pelunasan obligasi yang beruntung terpilih akan dilakukan dengan harga yang lebih tinggi daripada nilai yang tertera pada obligasi .

n) Obligasi perang atau War bond adalah suatu obligasi yang diterbitkan oleh suatu negara guna membiayai perang

E. Bentuk Wanprestasi

Prinsip umum dalam berinvestasi adalah adanya risiko. Lazimnya, semakin besar janji keuntungan, akan makin besar pula risikonya. Tidak ada satupun bentuk investasi yang kebal dari risiko kerugian, termasuk reksadana. Fluktuasi nilai reksadana akan sangat bergantung pada underlying asset-nya. Reksadana saham misalnya, nilainya akan sangat bergantung dengan racikan portofolio saham yang dikelola oleh manajer investasi. Bisa jadi, walaupun indeks


(43)

saham nilainya terus naik, tapi kebetulan portofolio saham yang dikoleksi manajer investasi bukan termasuk golongan saham yang mendongkrak kenaikan indeks, maka kemungkinan nilai reksa dana justru menurun.

Untuk meminimalisir risiko kerugian, sedapat mungkin investor dan pihak yang menjalankan investasi harus mengatur dan memahami hak dan kewajiban masing-masing. Untuk investasi di instrumen reksadana, calon investor harus membaca dan memahami prospektus yang dimiliki oleh perusahaan yang mengelola reksadana.

Dalam prospektus biasanya dipaparkan pula mengenai risiko dalam berinvestasi di reksa dana. Isi prospektus harus mengacu pada Peraturan Bapepam No. IX.C.6-Keputusan Ketua Bapepam No.Kep22/PM/2004 tentang Pedoman dan Isi Prospektus Dalam Rangka Penawaran Umum Reksa Dana.26

Untuk menjawab pertanyaan anda mengenai tanggung jawab manajer investasi, tentu harus dilihat pedoman tugas dari manajer investasi. Yang jelas, prospektus juga harus memuat tanggung jawab manajer investasi. Beberapa

Masalah risiko reksadana juga diatur pada huruf k poin (1) Peraturan No.IX.C.6. Disebutkan, risiko yang diterima pemodal adalah berkurangnya nilai saham atau Unit Penyertaan disebabkan oleh kondisi makro ekonomi dan keamanan, wanprestasi dari pihak-pihak yang terkait dengan Reksadana seperti bank, perusahaan lain penerbit instrumen pasar uang dan atau obligasi, dan perubahan nilai instrumen pasar uang sebagai akibat pergerakan suku bunga dan kurs mata uang secara signifikan.

25


(44)

peraturan yang mengatur tanggung jawab manajer selain peraturan No.IX.C.6, juga peraturan No.IV.C.2-Keputusan Ketua Bapepam No.Kep24/PM/2004 tentang Nilai Pasar Wajar Dari Efek Dalam Portofolio Reksadana, dan peraturan No.IV.B.1-Keputusan Ketua Bapepam No.Kep03/PM/2004 tentang Pedoman Pengelolaan Reksadana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif.

Untuk menentukan ada tidaknya unsur kesalahan atau kelalaian manajer investasi yang mengakibatkan kerugian investor tentu tidak bisa dilakukan secara sepihak. Pengawasan segala kegiatan yang berhubungan dengan penerbitan reksadana masuk ke dalam domain Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam).

Salah satu wewenang Bapepam, berdasarkan Pasal 5 huruf (e) UU No.8/1995 tentang Pasar Modal, adalah mengadakan pemeriksaan dan penyidikan terhadap setiap Pihak dalam hal terjadi peristiwa yang diduga merupakan pelanggaran terhadap Undang-undang ini dan atau peraturan pelaksanaannya. Berdasarkan ketentuan tersebut, investor yang merasa manajer investasi melakukan kelalaian yang mengakibatkan kerugian, dapat mengadu ke Bapepam.

Perlu disampaikan saat ini Bapepam, tengah mengusut empat manajer investasi yang diduga melakukan sejumlah pelanggaran saat industri reksadana diguncang penarikan besar-besaran (rush) beberapa waktu lalu. Keempat manajer investasi tersebut dicurigai tidak menggunakan harga referensi dalam menetapkan nilai aktiva bersihnya dan memberikan informasi tidak benar kepada investor. Hingga saat ini Bapepam belum mengumumkan hasil pemeriksaan terhadap empat manajer investasi tersebut.


(45)

Alternatif lainnya, apabila laporan investor tidak direspon, atau tindakan Bapepam terhadap manajer investasi yang terbukti merugikan investor tidak memadai, maka investor dapat mengajukan gugatan perbuatan melawan hukum melalui pengadilan negeri. Apabila memilih langkah ini, maka investor harus memiliki bukti-bukti yang cukup untuk membuktikan adanya kelalaian manajer investasi yang mengakibatkan kerugian.


(46)

A. Pengertian Reksadana

Reksadana (mutual funds) adalah lembaga yang menghimpun uang dari para pemegang unit dan kemudian menginvestasikannya dalam berbagai surat berharga, seperti saham, obligasi, dan instrumen pasar uang.27

Reksadana sebagai berikut: ”A type of investment company that sells as many shares of interest in a pool of assets as thepublic demands and invests the proceeds of those sales in a wide variety of assets,particularly such financial assets as stocks and bonds.”28

Berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam Portofolio Efek oleh Manajer Investasi. Manajer Investasi, sebagaimana didefinisikan oleh undang-undang tersebut, adalah Pihak yang kegiatan usahanya mengelola Portofolio Efek untuk para nasabah atau mengelola portofolio investasi kolektif untuk sekelompok nasabah, termasuk dalam hal ini adalah mengelola Reksadana.

29

27

Frank K. Reilly dan Keith C. Brown, Investment Analysis and Portfolio Management, edisi ke-6 (Amerika Serikat: Thompson Learning, Inc., 2000), hal. 1207.

28

Peter S. Rose, Money and Capital Market: Financial Institutions and Instruments in a Global Marketplace, edisi ke-8 (Amerika Serikat: McGraw-Hill/Irwin, 2003), hal. 763.

29

Reilly, Frank K., dan Keith C. Brown. Investment Analysis and Portfolio Management. (Amerika Serikat : Edisi ke-6. Thompson Learning, Inc., 2000), hal


(47)

Reksadana merupakan wahana untuk mempermudah pemodal berinvestasi di pasar modal. Wahana ini menghimpun dana secara kolektif dengan cara menerbitkan saham atau unit penyertaan kepada individu maupun lembaga. Kemudian dana tersebut diinvestasikan ke dalam bentuk portofolio yang terdiri dari efek pasar modal dan atau efek pasar uang yang dipilih dan dikelola oleh Manajer Investasi. Adanya diversifikasi dalam portofolio reksadana akan memperkecil risiko yang dihadapi pemodal, bahkan pemodal dapat memperoleh keuntungan secara optimal.

Sementara itu, berdasarkan bentuk hukumnya, sebagaimana diatur pada Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal pada pasal 18 ayat (1), reksadana dapat diklasifikasikan dalam dua bentuk yaitu, Reksadana Perseroan dan Reksadana Kontrak Investasi Kolektif.30

Reksadana berbentuk Perseroan menghimpun dana dengan cara menjual saham perusahaannya kepada para pemodal dan selanjutnya saham tersebut dapat diperjualbelikan di antara para pemodal. Dalam Reksadana Perseroan, terdapat kontrak pengelolaan yang dibuat antara Direksi Reksadana dengan Manajer Investasi serta kontrak penyimpanan antara Direksi Reksadana dengan Bank Kustodian. Sedangkan Reksadana Kontrak Investasi Kolektif menghimpun dana tidak dengan menerbitkan saham melainkan dengan menerbitkan unit penyertaan Kedua bentuk Reksadana ini sama-sama menghimpun dana dan menginvestasikan dananya pada berbagai instrumen investasi baik yang diperdagangkan di pasar modal maupun di pasar uang.

30


(48)

kepada masyarakat pemodal. Kontrak Investasi Kolektif adalah kontrak antara Manajer Investasi dengan Bank Kustodian yang mengikat unit penyertaan. Manajer Investasi diberi wewenang untuk mengelola portofolio investasi kolektif dan Bank Kustodian diberi wewenang untuk melakukan penitipan kolektif (sebagaimana diatur dalam Penjelasan pasal 18 ayat (1) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal). Berdasarkan data Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, seluruh reksadana yang ada di Indonesia saat ini berbentuk Kontrak Investasi Kolektif.

Selanjutnya, berdasarkan ketentuan pasal 18 ayat (2) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, secara operasional Reksadana Perseroan dapat bersifat terbuka atau tertutup, sedangkan Reksadana Kontrak Investasi Kolektif bersifat terbuka. Reksadana Tertutup, atau disebut juga sebagai closed-end investment company atau closed-end mutual fund, beroperasi seperti perusahaan go-public pada umumnya, yang menawarkan sahamnya kepada masyarakat dan kemudian mencatatnya di Bursa Efek. Selanjutnya saham Reksa Dana Tertutup diperjualbelikan di Bursa Efek di mana reksadana tersebut dicatatkan. Pada reksadana jenis ini, sahamnya tidak dapat dibeli atau dijual kembali kepada Manajer Investasi.

Keuntungan dari investasi (return on investment) yang dapat diharapkan oleh pemegang saham Reksadana Tertutup meliputi deviden, saham bonus, dan capital gain. Reksadana Terbuka, atau disebut juga sebagai open-end investment company atau open-end mutual fund, terdiri dari saham-saham atau unit penyertaan Reksadana Terbuka yang dapat dijual atau dibeli kembali oleh


(49)

perusahaan atau Manajer Investasi sehingga likuiditas perdagangan akan terjaga. Saham atau unit penyertaan Reksadna Terbuka tidak dicatat di Bursa Efek. Reksadana akan mengumumkan Nilai Aktiva Bersih (NAB) portofolio secara periodik. Keuntungan investasi yang diharapkan dari Reksadana Terbuka adalah perubahan nilai aktiva bersihnya.

Definisi Reksadana berdasarkan Undang-Undang Pasar Modal No 8 tahun 1995, Pasal 1 ayat (27): Reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat Pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh Manajer Investasi yang telah mendapatkan ijin dari Bapepam & LK.

Reksadana (mutual fund) adalah wahana yang digunakan untuk menghimpun dana masyarakat (pemodal) untuk kemudian diinvestasikan ke dalam portofolio efek oleh manajer investasi (MI). Portofolio efek tersebut bisa berupa saham, obligasi, instrumen pasar uang, atau kombinasi dari beberapa di antaranya.

Membeli reksadana dapat diartikan juga seperti menabung. Bedanya adalah surat tanda menabung tidak dapat diperjualbelikan, sebaliknya reksadana bisa diperjualbelikan.

Unit penyertaan yang bisa dijual kembali kepada manajer investasi disebut reksa dana terbuka (open end). Kebalikannya adalah reksadana tertutup (close end), yakni reksadana yang hanya bisa dijual kepada investor lain melalui pasar sekunder. Sebagian besar reksadana yang ada sekarang ini berbentuk reksadana terbuka.


(50)

Reksadana memiliki dua hal yang sulit dipenuhi oleh pemodal perorangan. Pertama, reksadana membangun skala ekonomis dalam berinvestasi yaitu melalui penggabungan dana antara pemodal yang satu dengan pemodal yang lain sehingga terhimpun dana yang cukup besar. Kedua, menyediakan tenaga professional pengelola investasi efek secara kolektif.

B. Jenis dan Karakteristik Reksadana

Jenis-jenis reksadana berdasarkan Peraturan Bapepam Nomor IV.C.3 tentang Pedoman Pengumuman Harian Nilai Aktiva Bersih Reksadana Terbuka diklasifikasikan dalam empat kategori berdasarkan investasinya:

1. Reksadana Saham

Merupakan reksadana yang menginvestasikan dananya minimal 80% dari aktivanya dalam bentuk efek bersifat ekuitas.

2. Reksadana Pendapatan Tetap

Merupakan reksadana yang menginvestasikan dananya minimal 80% dari aktivanya dalam bentuk efek bersifat utang.

3. Reksadana Pasar Uang

Merupakan reksadana yang hanya melakukan investasi pada efek bersifat utangdengan jatuh tempo kurang dari 1 (satu) tahun.

4. Reksaana Campuran

Merupakan reksadana yang melakukan investasi dalam efek bersifat ekuitas dan efek bersifat utang yang perbandingannya tidak termasuk dalam definisi reksadana di atas.


(51)

C. Mekanisme Kerja Reksadana Kontrak Investasi Kolektif

Reksadana Kontrak Investasi Kolektif merupakan satu-satunya bentuk reksadana yang ada di Indonesia, sedang bentuk Perseroan saat ini tidak terdapat lagi karena satu-satunya Reksadana Perseroan. Oleh karena itu, bentuk Kontrak Investasi Kolektif ini akan diuraikan secara singkat dalam bab ini. Adapun prosedur transaksi Reksadana Kontrak Investasi Kolektif dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Seorang investor yang ingin melakukan investasi di Reksadana Kontrak Invesrasi Kolektif menghubungi Manajer Investasi yang mengeluarkan reksadana tersebut atau agen penjualnya. Pemodal dapat menanyakan langsung semua informasi mengenai reksa dana yang dikeluarkan oleh Manajer Investasi yang bersangkutan.

2. Setelah memutuskan untuk melakukan investasi, investor harus membayar sejumlah nilai investasi ke Bank Kustodian. Kemudian bukti transfer beserta formulir permohonan pembelian reksadana diserahkan kepada Manajer Investasi atau agen penjualnya.

3. Manajer Investasi akan menghubungi Bank Kustodian untuk menerbitkan surat konfirmasi (sebagai bukti investasi yang berisi banyaknya unit penyertaan) kepada investor.

4. Pada saat investor ingin menjual kembali investasinya dalam Reksadana Kontrak Investasi Kolektif yang telah dibeli, investor menghubungi Manajer Investasi atau agen penjualnya dengan menyerahkan surat konfirmasi.


(52)

5. Manajer Investasi akan memerintahkan kepada Bank Kustodian untuk melakukan pembayaran ke rekening pemodal yang melakukan redemption tersebut.

D. Reksadana dan Proses Manajemen Portofolio

Proses manajemen portofolio adalah serangkaian langkah terintegrasi yang diambil dengan cara yang konsisten untuk mewujudkan portofolio (kumpulan atau kombinasi aset) yang sesuai untuk mencapai tujuan klien. Reksadana sebagai salah satu produk investasi kolektif juga tidak terlepas dari proses manajemen portofolio ini. Tahap-tahap proses manajemen portofolio meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan umpan balik (feedback).

1. Tahap Perencanaan

Dalam tahap perencanaan, terdapat perumusan tujuan dan kebijakan investasi, penentuan ekspektasi risiko dan return, dan penetapan alokasi aset strategis. Di dalam reksadana, tahapan ini dilaksanakan dalam bentuk kebijakan investasi dan alokasi aset seperti yang tertuang dalam prospektus.

a. Mengidentifikasi dan menspesifikasi tujuan dan hambatan investasi Tujuan investasi merupakan hasil investasi yang diinginkan oleh investor, dikaitkan dengan return dan risiko. Sedangkan hambatan (constraint) investasi merupakan batasan-batasan yang dihadapi dalam mencapai keuntungan tertentu dari investasi yang bersangkutan. Hambatan investasi dapat berupa hambatan internal (berkaitan dengan situasi atau preferensi investor) seperti kebutuhan likuiditas, jangka waktu, dan kondisi spesifik


(53)

investor; maupun hambatan eksternal seperti masalah pajak dan peraturan yang berlaku.

b. Menyusun Pernyataan Kebijakan Investasi (Investment Policy Statement) Pernyataan kebijakan investasi merupakan dokumen yang mengatur seluruh pengambilan keputusan investasi. Selain memuat tujuan dan hambatan investasi, pernyataan kebijakan ini juga mencakup hal-hal yang berkaitan dengan investor dan proses manajemen investor, seperti ketentuan pelaporan, frekuensi dan format komunikasi, fee manajer investasi, strategi investasi, dan gaya investasi yang dilakukan.

Salah satu bagian dari proses perencanaan adalah strategi investasi, yang merupakan pendekatan atas analisis investasi dan pemilihan efek. Investor akan mendefinisikan strategi investasinya: pasif, aktif, atau semiaktif.

a) Dalam pendekatan investasi pasif (passive investment approach), komposisi portofolio tidak bereaksi terhadap perubahan ekspektasi atas nilai investasi efek.

b) Pendekatan investasi aktif (active investment approach) merupakan pendekatan yang berdasarkan perubahan ekspektasi atas nilai investasi efek.

c) Pendekatan semiaktif (risk-controlled active approach atau enhanced index approach) merupakan pendekatan dengan perubahan terkendali seiring berubahnya ekspektasi.


(54)

c. Membentuk ekspektasi pasar modal (capital market expectations)

Ramalan jangka panjang atas karakteristik risk and return dari berbagai jenis aset menjadi dasar pemilihan portofolio yang dapat memaksimalkan return dengan tingkat risiko tertentu.

d. Menyusun alokasi aset strategis

Dalam tahap ini pernyataan kebijakan investasi dan ekspektasi pasar modal dikombinasikan untuk menentukan target alokasi aset strategis.

2. Tahap Pelaksanaan

Selanjutnya, manajer investasi menyusun portofolio dengan mengacu pada alokasi aset strategis dan pada reksa danaalokasi strategis ini tercantum pada prospektus. Pada tahap ini, terdapat pengintegrasian strategi investasi dengan ekspektasi untuk menyusun portofolio yang sesuai, pengambilan keputusan investasi oleh manajer portofolio yang diimplementasikan oleh bagian perdagangan, dan revisi portofolio seiring perubahan kondisi investor dan ekspektasi pasar modal. Dalam mengintegrasikan strategi dan ekspektasi, langkah penting yang memegang peranan kunci adalah optimisasi portofolio (portfolio optimization), yaitu alat kuantitatif untuk mengkombinasikan aset secara efisien untuk mencapai tujuan risk and return.

3. Tahap Umpan Balik

Dalam manajemen portofolio, langkah ini terdiri dari dua komponen, yaitu evaluasi kinerja serta monitoring dan rebalancing.


(55)

a. Evaluasi Kinerja

Kinerja investasi harus dievaluasi secara berkala untuk menilai kemajuan yang diperoleh dalam mencapai tujuan investasi serta untuk menilai keterampilan pengelolaan portofolio. Pengukuran kinerja adalah kalkulasi tingkat return untuk portofolio yang dikelola. Atribusi kinerja adalah analisis kinerja portofolio yang mencakup penentuan faktor-faktor atribusi tingkat return. Sedangkan penilaian kinerja adalah evaluasi apakah manajer investasi telah melaksanakan pekerjaan dengan baik berdasarkan tingkat kinerja portofolio secara relatif terhadap benchmark.

b. Monitoring dan Rebalancing

Monitoring dan rebalancing merupakan tindakan menggunakan umpan balik untuk mengelola peluang investasi yang ada sehingga tujuan investasi nasabah dapat tercapai. Salah satu hal yang mendorong revisi atau perubahan portofolio adalah perubahan tujuan dan hambatan investasi, yang dilatarbelakangi oleh perubahan kondisi investor. Dalam konteks yang lebih mudah diprediksi, perkembanganekonomi dan pasar juga meningkatkan kebutuhan akan revisi portofolio.

E. Tujuan dan Hambatan Investasi

Risiko dan return merupakan dua karakteristik investasi yang penting bagi investor. Dua hal ini menjadi tujuan investasi dalam kerangka kebijakan investasi. Karena tahapan awal akan mempengaruhi proses secara keseluruhan, identifikasi dan spesifikasi tujuan investasi merupakan hal krusial bagi keberhasilan investasi. Investor di pasar modal, dan khususnya investor reksadana, sebelum mereka


(56)

berinvestasi harus terlebih dahulu menetapkan risiko dan return yang ingin dicapai sebagai tujuan investasi.

1. Tujuan Investasi a. Risiko

Elemen pertama tujuan investasi adalah risiko karena sangat menentukan tujuan lain berupa return. Portofolio yang disusun untuk mencapai tujuan risiko dan return harus selaras dengan hambatan investasi yang tercantum dalam pernyataan kebijakan investasi. Dalam merumuskan tujuan risiko, investor harus mperhatikan pertanyaan-pertanyaan berikut:

1) Bagaimana cara mengukur risiko? Pengukuran risiko merupakan isu kunci dalam investasi yang terus berubah dari waktu ke waktu. Salah satu paradigma dalam teori portofolio modern menggunakan varian (atau standar deviasi) return sebagai ukuran risiko. Faktor-faktor risiko yang lain mungkin juga relevan digunakan.

2) Bagaimana kemauan investor untuk mengambil risiko? Kemauan mengambil risiko seringkali sangat berbeda antara investor individual dan investor institusional. Kita dapat mencoba memahami faktor perilaku dan kepribadian di balik kemauan untuk mengambil risiko.

3) Bagaimana kemampuan investor untuk mengambil risiko? Meskipun investor memiliki kemauan mengambil risiko tertentu, seringkali terdapat batasan-batasan dalam tataran praktis ataupun finansial untuk mencapai risiko dimaksud.


(57)

4) Berapa tingkat risiko di mana investor mau dan mampu untuk mengambilnya?

Dalam hal ini terdapat toleransi risiko (risk tolerance), yaitu kapasitas untuk menerima risiko serta merupakan irisan dari kemauan dan kemampuan mengambil risiko. Dalam terminologi lain terdapat aversi risiko (risk aversion), yaitu tingkat ketidakmauan dan ketidakmampuan mengambil risiko. Penasihat investasi perlu membantu investor yang bersangkutan untuk mengkonversi kemauan dan kemampuan mengambil risiko menjadi toleransi risiko yang mencerminkan keduanya secara tepat. Dalam banyak kasus, investor mungkin memerlukan pendidikan atau penjelasan mengenai prinsip-prinsip dasar investasi.

5) Apakah tujuan risiko spesifik dari investasi yang dilakukan? Kita dapat menspesifikasi tujuan risiko absolut maupun tujuan risiko relatif dari investasi. Salah satu contoh tujuan risiko absolut adalah level standar deviasi tertentu dari total return. Sedangkan salah satu tujuan risiko relatif adalah level tracking risk tertentu. Tracking risk adalah standar deviasi dari selisih antara total return suatu portofolio dengan benchmark yang digunakan.

b. Return

Elemen kedua dari kerangka kebijakan investasi adalah return. Tujuan return harus selaras dengan tujuan risiko. Hal-hal berikut perlu diperhatikan dalam menentukan tujuan return.

1) Bagaimana cara mengukur return? Ukuran yang biasa digunakan adalah total return, yang merupakan penjualan antara return dari kenaikan harga


(58)

dan return dari pendapatan investasi. Return dapat dinyatakan dalam angka absolut (seperti 10% per tahun), atau dalam angka relatif terhadap return dari benchmark (seperti benchmark return plus 2% per tahun). 2) Berapa return yang diinginkan oleh investor? Hal ini disebut pernyataan

keinginan return (stated return desire). Keinginan return ini mungkin realistis atau tidak realistis.

3) Berapa return rata-rata yang diperlukan oleh investor? Hal ini disebut required return. Return sering didefinisikan sebagai level arus kas tertentu, di mana tingkat return yang diperlukan akan dihitung dari arus kas tersebut. Hal-hal lain yang dipertimbangkan meliputi tingkat pengeluaran, kebutuhan pada masa yang akan datang, dan tingkat inflasi. 4) Bagaimana tujuan return ditetapkan? Tujuan return mencakup required

return, stated return desire, dan tujuan risiko, yang kemudian menjadi return tahunan yang dapat diukur. Return dari portofolio ditujukan untuk memenuhi tujuan kemakmuran investor (wealth objectives) atau untuk mendukung kemampuan investor dalam membayar utang. Untuk investor yang memiliki kebutuhan akan pendapatan investasi, tujuan return ditujukan untuk membiayai pengeluaran yang dibutuhkan, baik dari kenaikan modal maupun pendapatan investasi. Apabila tujuan return yang telah ditetapkan tidak sesuai dengan toleransi risiko, perlu dilakukan penyesuaian tertentu, seperti meningkatkan tabungan dan memodifikasi tujuan kemakmuran (wealth objectives).


(59)

2. Hambatan Investasi

Tujuan risiko dan return ditetapkan dengan memperhatikan sejumlah hambatan investasi. Hambatan-hambatan tersebut meliputi likuiditas, rentang waktu, hukum dan perundang-undangan, dan faktor-faktor internal tertentu. Meskipun semua faktor tersebut mempengaruhi portofolio, dua hambatan pertama berpengaruh secara langsung pada kemampuan untuk mengambil risiko, sehingga dapat menghambat tujuan risiko maupun tujuan return.

a. Likuiditas

Likuiditas terkait dengan kebutuhan akan uang tunai pada waktu tertentu. Total biaya yang dibutuhkan untuk mengkonversi suatu aset menjadi uang tunai merupakan ukuran likuiditas aset tersebut: biaya rendah berarti likuiditas tinggi, dan biaya tinggi berarti likuiditas rendah. Biaya-biaya transaksi tertentu merupakan kerugian ekonomi bagi portofolio. Risiko kerugian karena adanya kebutuhan menjual aset yang relatif kurang marketable untuk memenuhi kebutuhan likuiditas disebut risiko likuiditas.

b. Rentang Waktu

Rentang waktu (time horizon) merupakan periode waktu tertentu yang sering dilekatkan pada tujuan investasi. Rentang waktu investasi terdiri dari jangka pendek, jangka pendek, atau kombinasi keduanya. Multi-stage horizon merupakan kombinasi antara jangka pendek dan jangka panjang, seperti pendanaan pendidikan anak dan masa pensiun. Secara umum, pertanyaan-pertanyaan relevan mengenai rentang waktu di antaranya:


(60)

a. Bagaimana panjangnya rentang waktu mempengaruhi kemampuan investor untuk mengambil risiko? Semakin panjang rentang waktu investasi, semakin banyak risiko yang dapat diambil oleh investor.

b. Bagaimana panjangnya rentang waktu mempengaruhi alokasi aset investor? Dalam investasi jangka panjang, banyak investor mengalokasikan proporsi dana yang lebih besar pada instrumen investasi yang lebih berisiko. Tidak demikian dengan investasi jangka pendek.

c. Bagaimana kemauan dan kemampuan untuk mengatasi fluktuasi nilai ortofolio mempengaruhi alokasi aset investor? Dengan penekanan pada risiko, investor dengan investasi jangka panjang sekalipun bisa jadi akan membatasi risk-taking karena sensitivitas mereka akan kemungkinan terjadinya kerugian yang signifikan. Investor dengan kebutuhan likuiditas jangka pendek biasanya lebih menyukai instrumen investasi jangka pendek untuk meminimalisasi risiko kerugian.

d. Bagaimana keberadaan investasi multi-stage horizon mempengaruhi alokasi asset investor? Dalam kasus multi-stage horizon, kebijakan investasi harus dirancang untuk dapat mengakomodasi semua rentang waktu. Hal ini akan melibatkan upaya kompromi tertentu untuk mencapai tujuan jangka pendek, menengah, maupun panjang.

c. Masalah Pajak

Masalah perpajakan terjadi apabila investor dihadapkan pada struktur pajak yang mengurangi jumlah total return yang sebenarnya dapat digunakan untuk membiayai kebutuhan saat ini atau untuk diinvestasikan kembali pada masa


(61)

yang akan datang. Kebijakan perpijakan di suatu negara dapat mempengaruhi pengambilan keputusan investasi.

d. Faktor Hukum dan Perundang-undangan

Faktor hukum dan perundang-undangan merupakan faktor eksternal (berasal dari pemerintah, otoritas regulator atau pengawas di suatu negara) yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan investasi. Misalnya peraturan reksadana di pasar modal Indonesia yang mengatur batas kepemilikan unit reksadana untuk masing-masing investor hingga maksimum 2% dari total unit yang diterbitkan.

e. Faktor Internal Tertentu

Hal ini mencakup faktor-faktor internal (selain yang disebutkan di atas) yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan investasi. Sebagai contoh, pilihan portofolio investor perorangan dapat dipengaruhi oleh kondisi-kondisi tertentu seperti kesehatan, keluarga yang harus ditanggung, dan sebagainya. Pilihan portofolio juga dapat dipengaruhi oleh kapabilitas investor dalam sumber daya manusia maupun keuangan, termasuk waktu, minat, latar belakang, dan kemampuan teknis yang dimiliki.

Untuk masing-masing investor, tujuan investasi dan hambatan investasi di atas akan menentukan jenis reksadana apa yang sesuai dengan karakteristik atau kondisi investor. Tujuan investasi dan hambatan investasi ini, apabila seseorang berinvestasi pada reksadana di pasar modal Indonesia, akan tercatat pada profil pemodal reksadana.


(62)

Dalam peraturan Bapepam Nomor IV.D.2 tentang Profil Pemodal Reksadana, telah diatur bahwa setiap Manajer Investasi Reksadana atau agen penjual Reksadana wajib mensyaratkan pemodal Reksadana untuk mengisi formulir profil pemodal Reksadana sebelum melakukan pembelian saham atau Unit Penyertaan Reksadana yang pertama kali pada Manajer Investasi atau agen penjual Reksadana yang bersangkutan. Formulir profil pemodal reksa dana ini berisikan data dan informasi mengenai profil risiko pemodal Reksadana. Formulir ini sekurangkurangnya harus memuat hal-hal sebagai berikut:

1. Jangka waktu investasi;

2. Tujuan investasi pemodal Reksadana yang sekurang-kurangnya terdiri dari: a. Keamanan dana investasi;

b. Pendapatan dan keamanan dana investasi;

c. Pendapatan dan pertumbuhan dalam jangka panjang; dan d. Pertumbuhan.

3. Tingkat risiko yang sanggup ditanggung;

4. Keadaan keuangan pemodal Reksadana berkaitan dengan jumlah investasi yang akan ditanamkan melalui Reksadana;

5. Tingkat pengetahuan pemodal Reksadana atas: a. Industri Reksadana secara umum; dan b. Produk Reksadana yang dimiliki.


(63)

Formulir profil pemodal reksadana ini wajib ditandatangani oleh pemodal reksadana dan manajer investasi reksadana atau agen penjual reksadana wajib membuat profil risiko investasi dengan melakukan analisis atas jawaban formulir profil pemodal reksadana untuk membantu pemodal reksadana mengetahui tingkat risiko investasi yang dapat diterima oleh pemodal reksadana.

Reksadana terdapat 3 unsur penting yang saling terkait satu sama lain, yaitu:

1. Kumpulan dana masyarakat

Dengan melakukan pengumpulan dana dari para pemodalnya memungkinkan pemodal-pemodal yang memiliki dana yang minim dapat ikut andil berinvestasi dalam bentuk efek.

2. Investasi dana dalam bentuk portofolio efek

Yang dimaksud dengan efek adalah surat berharga, seperti surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan, kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas Efek, dan setiap turunan dari Efek, baik Efek yang bersifat utang maupun yang bersifat ekuitas, seperti opsi dan waran.

Portofolio efek yang dikelola oleh reksadana dapat berupa kumpulan dari beberapa jenis efek (tidak hanya sejenis).

3. Dikelola oleh manajer investasi

Manajer investasi adalah pihak yang kegiatan usahanya mengelola portofolio efek untuk para nasabah atau mengelola portofolio investasi kolektif untuk sekelompok nasabah, tidak termasuk perusahaan asuransi, dana pensiun, dan


(1)

Berkaitan dengan perlindungan hukum terhadap investor bank tersebut, Marulak Pardede sebagaimana dikutip oleh Hermansyah mengemukakan bahwa dalam sistem perbankan Indonesia, mengenai perlindungan langsung terhadap investor dapat dilakukan melalui 2 (dua) cara, yaitu48

a) Perlindungan secara implisit, yaitu perlindungan yang dihasilkan melalui pengawasan dan pembinaan bank yang efektif, yang dapat menghindarkan tedadinya kebangkrutan bank;

:

b) Perlindungan secara eksplisit, yaitu perlindungan melalui pembentukan suatu lembaga yang menjamin simpanan masyarakat, sehingga apabila bank menga la mi kegagala n, le mbaga t ersebut ya ng akan me nggant i dana masyarakat yang disimpan pada bank gagal tersebut.

Selain perlindungan secara langsung tersebut di atas, terdapat jugs perlindungan secara t idak langsung yang d iberikan o leh bank t erhadap investomya yaitu suatu perlindungan hukum yang diberikan kepada investor penyimpan dana terhadap segala ris iko kerug ian yang t imbul dar i suatu kebijaksanaan atau timbul dari kegiatan usaha yang dilakukan oleh bank.

Perlindungan terhadap dana investor yang ditanam melalui deposito adalah masih menjadi tanggung jawab bank sesuai dengan jenis usaha bank yang diatur dalam Undang-undang Perbankan.

Dalam hal dana masyarakat di investasi kepada pihak ketiga, pihak bank tidak ikut bertanggung jawab atas keselamatan dana tersebut. Hal tersebut dikarenakan kedudukan pihak bank hanya sebagai perantara atau penjual,

48


(2)

sedangkan keputusan penempatan dana mutlak menjadi kewenangan dan keputusan investor sendiri. Dalam hal ini upaya bank dalam memberikan Perlindungan hukum kepada investor hanya sebatas memberikan gambaran penjelesan prospek investasi


(3)

90

A. Kesimpulan

1. Bentuk wanprestasi dalam surat berharga reksadana yaitu bila terjadinya fluktuasi nilai reksadana, walaupun indeks saham nilainya terus naik, tapi kebetulan portofolio saham yang dikoleksi manajer investasi bukan termasuk golongan saham yang mendongkrak kenaikan indeks, maka kemungkinan nilai reksadana justru menurun.

2. Penyelesaian wanprestasi dalam reksadana adalah yaitu melalui jalur arbitrase, pengadilan atau melalui alternatif penyelesaian sengketa yaitu dengan cara mediasi. Investor kecil dan usaha mikro dan kecil akan mengalami kesulitan jika menempuh jalur arbitrase atau pengadilan mengingat memerlukan waktu dan biaya yang tidak sedikit. Sengketa antara investor kecil dan usaha mikro dengan bank akan relatif lebih mudah jika diselesaikan melalui alternatif penyelesaian sengketa.

3. Perlindungan hukum terhadap investor reksadana yaitu melalui pembentukan peraturan perundang-undangan. Dalam hal perlindungan terhadap masyarakat Indonesia, pemerintah telah menerbitkan berbagai peraturan perundang-undangan yang antara lain adalah Undang-Undang Perbankan dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen


(4)

B. Saran

1. Untuk investasi di instrumen reksadana, calon investor harus membaca dan memahami prospektus yang dimiliki oleh perusahaan yang mengelola reksadana.

2. Berkaitan dengan hal tersebut, hukum harus mampu mengintegrasikannya sehingga benturan-benturan kepentingan itu dapat ditekan sekecil-kecilnya.

3. Sebaiknya perlindungan terhadap investor reksadana sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang ada


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Ahmad, Kamaruddin, Dasar-dasar Manajemen Investasi, Jakarta : Pradnya Paramita, 1999.

Dunil Z, Kamus Istilah Perbankan Indonesia, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2004.

Darmadji dan Fahruddin, Saham. Bandung.: PT Citra Aditya Bakti,2000.

Hadisoeprapto, Hartono, Pokok-pokok Hukum Perikatan dan Hukum Jaminan, Yogyakarta : Liberty, 1996

Joni Emirzon, Hukum Surat Berharga dan Perkembangannya di Indonesia, Jakarta : Prehaillindo, 2001

Riyadi Selamet, Banking Assets and Liability Management, Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Edisi Ketiga, 2007 Reilly, Frank K., dan Keith C. Brown. Investment Analysis and Portfolio

Management. Edisi ke-6. Amerika Serikat: Thompson Learning, Inc.,

2000.

Peter S. Rose, Money and Capital Market: Financial Institutions and Instruments in a Global Marketplace, edisi ke-8 Amerika Serikat : McGraw-Hill/Irwin, 2003

Reilly, Frank K., dan Keith C. Brown. Investment Analysis and Portfolio

Management. Amerika Serikat : Edisi ke-6. Thompson Learning, Inc.,

2000.

Samsul, Mohamad. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Jakarta : Penerbit Erlangga, 2006.

Sutojo Siwanto, The Management of Commercial Bank, Jakarta : PT Damar Mulia Pustaka, Edisi Baru, 2007

Satjipto Rahardjo. Hukum Melindungi Kepentingan.Bandung : Tarsito. 2001


(6)

Peraturan Perundang-Undangan

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

Undang-undang No. 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan penyelesaian sengketa

Peraturan Bapepam No. IX C6-Keputusan Ketua Bapepam No. Kep22/PM/2004 Undang-undang Perlindungan Konsumen No. 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan konsumen

Internet

obligasi.

http://www.majalahtrust.com, Redemption Reksadana

\Surga\Surat berharga komersial - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.mht