5 semua komponen di sekolah harus dilibatkan. Pelibatan ini bukan hanya mencakup seluruh
pemangku kepentingan stakeholder tetapi juga termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, diantaranya yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan,
penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja
seluruh warga dan lingkungan sekolah. dapat diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap mata pelajaran. Untuk itu, materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai
pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan tidak perlu spesifik mata pelajaran karakter bangsa, dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian,
pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada internalisasi, dan pengamalan nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat.
Strategi mikro pelaksanaan pendidikan karakter bangsa di skeolah dapat digambarkan sebagai melalui strategi sebagaimana digambarkan berikut ini
KEGIATAN KESEHARIAN
DI RUMAH DAN
MASYARAKAT KEGIATAN
EKSTRA KURIKULER
Integrasi ke dalam kegiatan
Ektrakurikuler : Pramuka, Olahraga,
Karya Tulis, Dsb.
Integrasi ke dalam KBM
pada setiap Mapel
Pembiasaan dalam kehidupan
keseharian di satuan pendidikan
Penerapan pembiasaan
kehidupan keseharian di rumah
yang sama dengan di satuan
pendidikan
BUDAYA SEKOLAH:
KEGIATANKEHIDUPAN KESEHARIAN
DI SATUAN PENDIDIKAN
STRATEGI MIKRO DALAM SEKOLAH
Prof. Dr. H. Suyatno, M.Pd.
Rektor UHAMKA
Akhirnya melalui proses pelaksanaan pembelajaran karakter bangsa, pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang mengkonfigurasikan karakter
dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosial-kultural melalui olah hati, olah pikir, olah
raga dan olah rasa dan karsa, pendidikan karakter diwujudkan secara peserta didik dapat
dikembangkan kemampuannya untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.
III. Ujian Nasional dan Pendidikan Karakter Bangsa
Ujian Nasional yang disingkat dengan UN atau UNAS adalah sistem evaluasi standar pendidikan dasar dan menengah di Indonesia dan persamaan mutu berbagai tingkatan
pendidikan satu daerah dengan daerah lain. Ujian Nasional diselenggarakan oleh Pusat Penilaian Pendidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan berdasarkan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. Undang-undang tersebut menyatakan bahwa untuk
6 mengendalikan mutu pendidikan nasional maka perlu proses evaluasi sebagai bentuk
akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada berbagai pihak yang terkait Lebih lanjut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tersebut juga menyatakan bahwa evaluasi dilaksanakan
oleh lembaga mandiri secara berkala, menyeluruh, transparan, dan sistematis untuk menilai pencapaian standar nasional pendidikan dan pemantauan proses evaluasi tersebut harus
dilakukan terus menerus. Pemantauan proses evaluasi dilakukan terus menerus dan berkesinambungan yang pada akhirnya dapat memperbaiki kualitas pendidikan secara
menyeluruh.
Pada hakekatnya peningkatan kualitas pendidikan dimulai dengan penentuan standar yang terus menerus ditingkatkan untuk mendorong peningkatan kualitas pendidikan itu sendiri.
Dalam konteks ini penentuan standar adalah penentuan nilai batas cut-off score. Peserta didik dikatakan telah luluskompeten bila telah melewati nilai batas batas antara peserta didik yang
sudah menguasai kompetensi tertentu dengan peserta didik yang belum menguasai kompetensi tertentu. Ketika itu terjadi pada ujian nasional atau sekolah maka fungsi nilai batas
untuk memisahkan peserta didik yang lulus dan tidak lulus disebut batas kelulusan. Kegiatan delimitasi kelulusan disebut pengaturan standar. Manfaat pengaturan standar ujian akhir
tersebut, antara lain untuk menetapkan; i Batas kelulusan setiap mata pelajaran sesuai dengan tuntutan kompetensi minimum; dan ii Standar yang sama untuk setiap mata pelajaran
sebagai standar minimum pencapaian kompetensi.
Ujian Nasional sebagai salah satu alat evaluasi yang dikeluarkan Pemerintah dalam beberapa tahun ini menjadi satu masalah yang cukup ramai dibicarakan dan diwarnai dengan pro-kontra
dari tahun ke tahun penyelenggaraannya. Dengan argumentasi tersendiri, di satu pihak meyakini bahwa Ujian Nasional sebagai syarat kelulusan siswa masih tetap diperlukan;
sementara di lain pihak menyatakan menolak Ujian Nasional sebagai syarat kelulusan siswa. Masing-masing pihak tentunya memliki argumentasi tersendiri.
Terlepas dari pro dan kontra mengenai Ujian Nasional, dalam diskusi ini akan diungkapkan bagaimana Ujian Nasional mengambil peran dalam rangka pelaksanaan pendidikan karakter
bangsa. Mengacu kepada pendapat
McNeil 1977 bahwa evaluasi harus mampu memberikan tiga informasi penting yaitu penempatan, mastery, dan diagnosis. Penempatan berkaitan
dengan pada level belajar yang mana seorang peserta didik dapat ditempatkan sehingga dapat menantang tetapi tidak frustasi. Mastery berkaitan dengan apakah peserta didik sudah memiliki
pengetahuan dan kemampuan yang cukup untuk menuju ke tingkat berikutnya. Diagnosis berkaitan dengan pada bagian mana yang dirasa sulit oleh peserta didik. Selain itu, perlu
dipahami bahwa evaluasi pendidikan diharapkan dapat memberikan informasi tentang keimanan dan ketakwaan peserta didik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
berbudi luhur, dan juga dapat meningkatkan kreativitas, kemandirian dan sikap demokratis peserta didik.
Dalam konteks tersebut, pada hakekatnya pelaksanaan Ujian Nasional yang menimbulkan berbagai dampak negatif di kalangan sekolah sampai kepada kasus bunuh diri peserta didik
yang tidal lulus dalam Ujian Nasional dapat dihindari jika proses pendidikan karakter bangsa di sekolah dapat diterapkan sebagaimana mestinya, sehingga 18 nilai karakter di atas dapat
dikembangkan pada diri setiap peserta didik. Disadari benar bahwa pendidikan merupakan satu kesatuan terpadu antara kognitif, afektif, dan psikomotor untuk tujuan membentuk manusia
yang berakhlak mulia, berbudi luhur, mandiri, cerdas, kreatif, dsb. Walaupun semua itu mungkin tidak dapat dilihat atau terekspresikan hanya dengan penyelenggaraan Ujian Akhir, tetapi pada
hakekatnya penyelanggaraan Ujian Nasional akan mendorong peserta didik untuk tumbuh menjadi manusia yang setidaknya memiliki karakter, antara lain:
7 1. Religius: Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang
dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Dalam konteks Ujian Nasional adalah tawakal yaitu berusaha secara
optimal dan hasilnya serahkan kepada keputusan Tuhan YME 2. Jujur: Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu
dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. kaitannya dengan Ujian Nasional adalah sikap atau perilaku yang tidak mau berbuat curang menyontek walaupun
diawasi secara longgar oleh pengawas, dsb 3. Toleransi: Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat,
sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. Memulai Ujian Nasional dengan berdoa bersama sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing.
4. Disiplin: Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan yang diterapkan dalam pelaksanaan Ujian Nasional, dan tidak ada upaya
untuk melanggarnya dengan melakukan tindakan melanggar hukum membeli soal 5. Kerja Keras: Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi
berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. Peserta didik sadar benar bahwa diakhir belajar mereka akan dihadapi dengan Ujian
Nasional sebagai slah satu persyaratan kelulusannya. Oleh karena itu, peserta didik bekerja keras melalui belajar sungguh-sungguh untuk menyiapkan dirinya bukan untuk menghadapi
Ujian Nasional saja tetpai dalam upaya mengembangkan potensi kognitif, psikomotor dan afektif dirinya.
6. Kreatif: Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. Peserta didik kan berpikir dan menemukan cara yang tepat
melalui belajar keras untuk dapat lulus dalam Ujian Nasional secara baik dan benar. 7. Mandiri: Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas-tugas. Peserta didik belajar bukan hanya belajar di bawah pengawasan guru atau orang tuanya saja, tetapi dengan penuh kesadaran peserta didik
belajar karena mereka ingin berhasil dalam Ujian Nasional sebagai langkah awal dalam proses pengembangan diri selanjutnya.
8. Demokratis: Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. Peserta didik akan berpikir demokratis untuk memenuhi
kewajibannya dalam belajar tanpa perlu tertekan atau melalui tekanan dalam menghadapi Ujian Nasional
9. Rasa Ingin Tahu: Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. dalam
mempersiapkan dirinya dalam Ujian Nasional selalu berusaha mencari tahu secara mendalam tentang hal-hal yang terkait dengan mata pelajaran yang akan diujikan dan
berupaya untuk menguasainya.
10. Semangat Kebangsaan: Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. Menumbuhkan
semangatnya dan kesadarannya bahwa Ujian Nasional adalah sebagai salah upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan bangsanya.
11. Cinta Tanah Air: Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya,
ekonomi, dan politik bangsa. Sadar benar bahwa dengan belajar sunggu-sungguh dalam melaksanakan Ujian Nasional adalah merupakan bentuk kecintaannya terhadap tanah air
untuk memajukan kondisi lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa, termasuk penguasaan secara baik dan benar bahasanya.
12. Menghargai Prestasi: Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan
8 orang lain. Kerja kerasnya dalam belajar sebagai bentuk pernghargaannya terhadap
prestasi. 13. BersahabatKomunikatif: Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul,
dan bekerja sama dengan orang lain. Kerjasama dalam belajar untuk saling membantu dengan temannya dalam menghadapi Ujian Nasional.
14. Cinta Damai: Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya. kesiapan mental peserta didik dalam menghadapi Ujian
Nasional mendorong kepada sikap dan perilaku yang tidak mengacau atau menimbulkan masalah dalam lingkungan sekolahnya.
15. Gemar Membaca: Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya. Mereka sadar benar bahwa untuk dapat berhasil dalam
Ujian Nasional mereka harus banyak membaca berbagai buku atau referensi terkait dengan mata pelajaran yang akan dujikan, sehingga menumbuhkan gemar membaca pada dirinya.
16. Peduli Lingkungan: Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki
kerusakan alam yang sudah terjadi. Ketertiban yang tercermin dlaam pelaksanaan Ujian Nasional dapat mendorong peserta didik untuk selalu menciptakan suasana lingkungan
yang kondusif dalam belajar.
17. Peduli Sosial: Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. Peserta didik sadar benar bahwa lulus dalam Ujian
Nasional sebagai langkah awal untuk karir hidupnya yang dibutuhkan oleh masyarakatnya. 18.
Tanggung-jawab: Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan
alam, sosial dan budaya, negara dan Tuhan Yang Maha Esa. Mengerjakan Ujian Nasional secara baik merupakan tanggung jawabnya sebagai peserta didik yang harus diukur
keberahsilannya dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Secara singkat penjelasan tersebut dapat diipahami bahwa Ujian Nasional dapat dijadikan sebagai salah satu wahana dan sekaligus tempat penerapan yang dapat dipakai sebagai
bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan karakter bangsa kepada masyarakat
IV. Penutup