7
penilaian berlangsung. Tahapan dependability berkenaan dengan keseimbangan data penelitian yang dalam hal ini dilakukan triangulasi,
dengan membandingkan perilaku atau karekater yang dibentuk mahasiswa selama penilaian proses dan kecerdasan kinestetik yang
sebagai hasil dari penilaian. Langkah terakhir adalah pemeriksaan confirmability berkenaan dengan kenetralan dan objektifitas data
penelitian yang terkumpul. Untuk itu, dilakukan penyusunan refleksi pada masing-masing siklus dan refleksi secara keseluruhan yang mencakup
siklus I dan siklus II.
C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada pra observasi ditemukan kecerdasan kinestetik mahasiswa yang berorientasi pada gerak kontemporer yang tidak memiliki makna, dan
tidak menunjukan karakter yang sesuai dengan kepribadian bangsa. Degradasi karakter yang ditunjukkan pada skill kinestetik inilah yang
kemudian diidentifikasi sebagai dasar dalam pemberian tindakan. Pada siklus I dengan 12 x penilaian proses diperoleh data yang
kurang relevan dengan tujuan yang diharapkan, karena pada penilaian proses ini yang dapat dilakukan hanya upaya perubahan mind set atau
pola pikir mahasiswa yang banyak dipengaruhi budaya kontemporer, mengingat heterogennya budaya dan kakarkateristik mahasiswa yang
berada di Ibu Kota. Kecerdasan kinestetik yang menurut Mundandar 1992: 12 banyak ditentukan selain bakat bawaan berdasarkan gen yang
diturunkan dari orang tua maupun faktor lingkungan termasuk semua pengalaman dan pendidikan yang pernah diperoleh, terutama tahun-tahun
pertama dari kehidupan, dan secara umum kecerdasan dapat dirumuskan sebagai: 1 kemampuan untuk berpikir abstrak, 2 kemampuan untuk
menangkap hubungan-hubungan dan untuk belajar, dan 3 kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap situasi-situasi baru.
Hal inilah yang menjadi intervensi tindakan pada siklus I, sehingga kecerdasan kinestetik yang didasari pada perilaku budaya kontemporer
8
berubah menjadi pola pikir yang ditunjukkan dengan skill kinestetik sebagai silang budaya antar budaya lokal dan budaya kontemporer.
Data pada siklus I yang masih menunjukkan kecerdasan kinestetiknya dipengaruhi budaya kontemporer, kemudian dilanjutkan
pada siklus II dengan melakukan intervensi melalui penilaian proses berkelanjutan dari siklus I. Pada siklus II mahasiswa dituntut untuk
membuat konsep gerak silang budaya, sehingga adanya perubahan terhadap kecerdasan kinestetik mahasiswa yang lebih memperhatikan
pada nilai-nilai budaya bangsa. Perubahan pada siklus II dengan 12 x penilaian proses, ditandai
adanya perubahan kinestetik yang menurut Stefanakis 2002: 2 memiliki indikator dalam kemampuan 1 kontrol gerakan tubuh, dengan
menyelesaikan atau menghasilkan suatu penyelesaian masalah, 2 melakukan suatu tindakan yang harus dipecahkan melalui gerak, dan 3
menunjukkan perkembangan kemampuan keterampilan gerak secara fisikal.
Pada upaya pembentukan karakter, mahasiswa dituntut dapat mempresentasikan kinestetik tersebut ke dalam beberapa nilai etika,
estetik, kebebasan berkreativitas yang ditunjukkan melalui gerak. Dari sisi etika yang terkait dengan kesusilaan, mahasiswa dapat memberikan
makna pada kata “seharusnya”, sehingga merupakan suatu kewajiban yang patut dilakukan, Dari sisi estetika hal yang perlu digarisbawahi
adalah 1 suatu karya seni dapat dinilai estetis apabila karya tersebut berhasil mengungkapkan makna atau ide yang akan disampaikan sesuai
dengan tujuan khusus dari pencipta seni itu sendiri, dan 2 menangkap keindahan dalam karya seni harus didasari pada pengetahuan atau
pengalaman yang dimiliki oleh seorang individu, karena tidak mungkin seseorang dapat menilai keindahan suatu karya seni tanpa memiliki
pengetahuan yang dapat ditangkap secara akali atau menilai keindahan harus berdasarkan pengalaman diri yang tidak dapat dipisahkan dari
lingkungannya. Demikian pula dalam memberikan arti kebebasan
9
berkreativitas, di mana kebebasan harus dilunakkan dengan tanggung jawab, kalau tidak mudah saja alasannya untuk melakukan sekehendak
hatinya. Kebebasan harus mempunyai signifikansi dalam kehidupan seseorang, kebebasan harus mengandung ideal-ideal yang positif.
Kebebasan adalah salah satu cara hidup, bukan hanya satu potensialitas yang kosong Zanti Arbi, 1998:256.
Kecerdasan kinestetik yang tidak lagi sederhana karena adanya perkembangan budaya kontemporer dalam seni popular memberi dampak
pada kecerdasan mengolah gerak, sehingga kreativitas dipandang sebagai suatu kebebasan. Kebebasan dalam berkreativitas gerak, dalam
hal ini seni tari, berakar dari kurangnya pemahaman pada seni tradisi sebagai budaya lokal. Ketidakmampuan terhadap gerak tari tradisi, tetapi
identitas sebagai kekinian harus melekat dalam dirinya, mengakibatkan budaya kontemporer yang tidak tersaring, dan menjadikan kecerdasan
kinestetik dalam tari menjadi lebih luas bahkan tidak memiliki identitas sebagai budaya lokal.
Di sisi lain budaya kontemporer tidak dapat ditinggalkan, bahkan sebaliknya dengan berkembangnya budaya kontemporer kecerdasan
kinestetik dalam tari semakin memperkaya ragam gerak, ide gerak dan membentuk tari kontemporer. Namun demikian pendidikan dalam bentuk
pembelajaran yang menekankan pada penilaian proses dapat dijadikan filter yang harus dipahami dalam meningkatkan kecerdasan kinestetik
agar tetap memiliki identitas sebagai bangsa yang berkarakter. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka dilakukan analisis data
secara kuantitatif sebagai bentuk pengujian hipotesa tindakan dengan menggunakan persentase. Kenaikan 20 terlihat pada pemberian
tindakan melalui kegiatan penilaian proses dengan intervensi pada perubahan mind set atau pola pikir terhadap kecerdasan kinstetik yang
dipengaruhi budaya kontemporer. Hasil ini belum menunjukkan keberhasilan, karena kecerdasan kinestetik yang ditunjukkan masih
berbasis budaya kontemporer, walaupun mind setnya sudah berubah.
10
Pada siklus II analisis data dengan menggunakan persentase kenaikan diperoleh sebesar 74,33, berarti terjadi peningkatan kecerdasan
kinestetik melalui penilaian proses dengan intervensi pada kemampuan mempresentasikan kinestetiknya dengan menghubungkan nilai etika,
estetika, dan kebebasan berkreativiitas yang bertanggungjawab. Dengan
demikian penelitian
ini dapat
dikatakan berhasil.berdasarkan hasil persentase yang didapatkan pada siklus II,
maka peneliti dan kolaborator memutuskan untuk menghentikan penelitian pada siklus II. Relevansi antara perlakuan dan hipotesa tindakan yang
menyatakan bahwa pembentukan karakter yang dilakukan melalui penilaian proses dalam menata tari dapat meningkatkan kecerdasan
kinestetik mahasiswa jurusan Seni Tari di Universitas Negeri Jakarta.
D. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI