PENDAHULUAN Kemampuan Melakukan Regulasi Diri

2 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan kinestetik sebagai upaya pembentukan karakter bangsa melalui penilaian proses, khususnya dalam pembelajaran menata tari pada mahasiswa di Jurusan Seni Tari Universitas Negeri Jakarta. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas dengan dua silklus yang terbagi dalam dua belas kali pertemuan untuk masing-masing siklusnya. Intervensi tindakan pada siklus pertama menitikberatkan pada perubahan mind set atau pola pikir mahasiswa untuk dapat menghargai budaya lokal tradisi. Sedangkan intervensi pada siklus ke-dua, mahasiswa dituntut untuk membuat konsep gerak silang budaya, sehingga adanya perubahan terhadap kecerdasan kinestetik mahasiswa yang lebih memperhatikan pada nilai-nilai budaya bangsa. Penilaian proses dalam menata tari yang mencakup domain kognitif, afektif dan psikomotor harus ditampilkan secara komprehensif. Selama pelaksanaan penilaian proses dalam beberapa kali pertemuan akan terefleksi karakter dan perilaku seseorang. Kesimpulan dari hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya peningkatan kecerdasan kinestetik pada mahasiswa seni tari, khususnya dalam pembelajaran menata tari melalui penilaian proses sebagai upaya pembentukan karakter bangsa. Kata kunci: Karakter bangsa, penilaian proses, menata tari, kecerdasan kinestetik

A. PENDAHULUAN

Seni tak akan terpisahkan dari kehidupan manusia dan selalu berkembang di berbagai aspek yang melingkupinya, baik dari aspek dalam seninya itu sendiri maupun dalam pendidikan sebagai upaya untuk mewariskan nilai-nilai dari generasi ke generasi. Pada perkembangannya, dewasa ini seni bukan sebuah kemampuan yang diajarkan secara turun temurun, tetapi seni sebuah alat menyampaikan ilmu-ilmu lain, karena seni dapat memberi sebuah pengalaman rasa yang akan merangsang kemampuan berpikir dan seni merupakan disiplin ilmu yang menyentuh ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Hal inilah yang membedakan pendidikan seni dengan ilmu lainnya. Pemahaman terhadap seni dalam bidang pendidikan terjadi ketidakseimbangan, pendidikan cenderung mengarah pada intelektual 3 saja, tanpa melihat adanya keseimbangan estetis. Hal ini sama dengan mereduksi kemampuan intuisi manusia yang sebenarnya harus seimbang dengan kemampuan logisnya, yang keduanya telah menjadi kodrat manusia. Seni tidak lagi menjadi sederhana karena adanya perubahan budaya dan sosial dalam masyarakat. Kompleksitas dalam memandang perkembangan seni sangat beragam dipengaruhi latar belakang pengetahuan, kekinian immediate, inovasi, kebebasan, keterbukaan emosional bahkan economy based. Perkembangan seni yang menyemarakkan dunia industri saat ini, dan telah menimbulkan degradasi karakter yang tidak sesuai dengan tujuan pendidikan di Indonesia adalah ketika derasnya budaya luar yang tanpa filter melebur menjadi seni kontemporer. Derasnya teknologi informasi, hubungan sosial antar daerah, kota dan negara serta pengaruh ekonomi yang menjadikan seni menjadi suatu kemasan sesuai dengan pangsa pasar tanpa memperhatikan landasan pengetahuan, etika, dan estetika. Demikian pula pada perkembangan seni tari dalam dunia pendidikan yang pembelajarannya lebih pada menggali kemampuan skill dalam melakukan gerak, sehingga dituntut keterampilan yang tanggap, dan diperlukan skill kinestetik yang dapat membantu terhadap pencapaian kemampuan menata tari. Skill kinestetik inilah yang kemudian berkembang tanpa arah dan tujuan, serta tidak sesuai dengan kepribadian dan karakter bangsa. Sesuai dengan Undang-undang bahwa proses pendidikan harus dapat menghasilkan insan yang cerdas komprehensif dan kompetitif, baik cerdas spiritual, intelektual, emosional sosial dan cerdas kinestetik. Untuk mencapai kecerdasan tersebut dibutuhkan karakter yang secara koheren memancar dari hasil olah pikir, olah hati, olah raga, serta olah rasa dan olah karsa dari seseorang atau sekelompok orang Mutohir, Semnas UNJ: Peran PT dalam Membangun Karakter Bangsa Menuju Daya Saing Global, 30 November 2010. Karakter merupakan nilai-nilai yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama 4 manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat. Untuk itu diperlukan upaya pembentukan karakter yang harus dimiliki setiap orang berdasarkan UU RI 20 tahun 2008 pasal 3 tentang sisdiknas jelas disebutkan indikator- indikator tersebut, salah satunya kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Hal inilah yang melandasi upaya pembentukan karakter dalam semua kegiatan pembelajaran, demikian pula dalam pembelajaran menata tari yang memerlukan cerdas kinestetik. Mengukur keterampilan kinestetik dengan dalam pembelajaran menata tari, dapat dilakukan dengan penilaian berbasis kinerja yang menurut Gomes 2003:10 dapat dilakukan melalui dengan berbagai metode, yaitu 1 penilaian berdasarkan hasil, 2 penilaian berdasarkan perilaku-perilaku yang bisa diamati, dan 3 penilaian berdasarkan judgment. Penilaian berdasarkan perilaku-perilaku yang bisa diamati pada suatu pembelajaran dilakukan melalui penilaian proses, karena penilaian proses dapat diartikan sebagai pencatatan kemajuan belajar dalam suatu kurun waktu yang menitikberatkan pada kinerja proses sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pada penilaian proses pengamatan perilaku dilakukan secara berkelanjutan dalam suatu periode tetentu, terstruktur, dan dinilai secara invidual, untuk mengetahui kelemahannya dan secara terbimbing pula siswa mendapat critical incedent atau penilaian yang didasarkan pada perilaku khusus. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dibutuhkan upaya pembentukan karakter yang dapat dilakukan melalui penilaian proses dalam menata tari untuk meningkatkan kecerdasan kinestetik, khususnya pada mahasiswa di Jurusan Seni Tari. Tujuannya adalah agar kecerdasan kinestetik mahaisiswa tidak mengalami degradasi karakter, karena adanya pengaruh budaya kontemporer. Melalui penilaian proses secara berkelanjutan, tidak hanya cerdas kinstetiknya saja yang dapat meningkat, 5 tetapi juga kontrol terhadap perilaku yang memiliki karakter bangsa dapat dibentuk.

B. METODE PENELITIAN