11
dikesampingkan. Dengan kemampuan melakukan perencanaan, monitor, dan evaluasi, mahasiswa akan senantiasa melakukan perbaikan dan refleksi terhadap kegiatan yang
dilakukan. Dalam konteks pembelajaran, mahasiswa calon guru wajib untuk selalu melakukan regulasi berkaitan dengan pelaksanaan PBM. Apalagi, guru dituntut untuk
mampu menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan baik sehingga proses PBM dapat terselenggara dengan lancar dan sesuai tujuan. Oleh karena itu, respons
terhadap kemampuan ini semestinya masih perlu ditingkatkan.
4. Pentingnya Watak dan Perilaku yang Mencerminkan Karakter Kritis dan Kreatif Mahasiswa Calon Guru
Watak dan perilaku merupakan cermin karakter seseorang. Hasil perolehan angket menunjukkan hal yang seiring dengan asumsi ini karena skor rerata yang diperoleh
menunjukkan respons paling tinggi diantara kemampuan-kemampuan yang lain yakni sebesar 52.02. Watak dan perilaku sebenarnya mencakup banyak dimensi karena
berkaitan dengan sikap dan sifat diri. Pada rumusan indikatir kritis dan kreatif ada tiga subkomponen penting sebagai cermin watak dan perilaku, yakni tanggap dan fleksibel,
penuh motivasi, serta percaya diri. Pada komponen tanggap dan fleksibel, aktivitas yang dapat dilakukan antara lain
menghindari tindaka yang hanya asal menuruti kata hati, menghindari stereotipe dan prasangka tanpa dasar, memunculkan banyak sudut pandang, mempertimbangkan asumsi,
sensitif, berpikir terbuka, serta toleran. Kemampuan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengontrol pemikiran yang merupakan reaksi sejenak dan emosional, mengidentifikasi ide
dan pendapat yang sudah ada, dan bagaimana keduanya dapat mempengaruhi tujuan, memunculkan ide dari berbagai perspektif, mengidentifikasi ide dari berbagai pengalaman.
Motivasi yang ditujukkan oleh mahasiswa mengindikasikan bahwa mahasiswa memiliki watak dan perilaku yang mandiri, kuat, ingin senantiasa mengembangkan diri, serta
menyadari relevansinya dengan kepercayaan dan harga diri yang dimiliki. Kemampuan ini sangat penting dimiliki sebagai bekal dalam memberikan motivasi kepada anak didik.
Sementara itu, rasa percaya diri yang kuat menunjukkan bahwa mahasiswa mampu melakukan aplikasi keilmuan dalam konteks nyata, memiliki pendirian yang kuat, serta
berani mengambil resiko atas apa yang dilakukan. Tentu saja, ekmampuan ini sejalan dengan sikap dan sifat yang harus dimiliki oleh seorang pendidik.
B. Respons Karakter Kritis dan Kreatif Mahasiswa Calon Guru
Respons mahasiswa dilihat dari bagaimana tanggapan terhadap beberapa hal, yakni: proses pembelajaran; media, strategi, dan evluasi praktik mengajar; cara mengatasi
kesulitan praktik mengajar;serta tjuan dan target pembalajaran.Secara umum, upaya
12
penumbuhan karakter kritis dan kreatif sudah tercermin dalam beberapa keseluruhan komponen. Meskipun begitu, upaya peningkatan karakter kritis dan kreatif bagi mahasiswa
masih perlu ditingkatkan agar mahasiswa calon guru memiliki kompetensi untuk menjadi
guru yang professional yang kritis dan kreatif. V. KESIMPULAN
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa respons karakter kritis dan kreatif mahasiswa calon guru UNY menunjukkan hasilyang cukup baik. Hal ini dibuktikan dengan
hasil perolehan skor rerata angket untuk dosen dan hasil wawancara dengan mahasiswa. Skor rerata angket untuk kemampuan membangun ide sebesar 40.02, kemampuan
melakukan penilaian reflektif sebesar 45.88, kemampuan melakukan regulasi dir sebesar 49.0, sedangkan watak dan perilaku menunjukkan skor sebesar 50.76. Hasil wawancara
dengan mahasiswa menunjukkan bahwa pelaksanaan perkuliahan sudah dilakukan dengan mengembangkan karakter kritis dan kreatif meskipun beberapa mahasiswa belum
berkesempatan untuk secara bebas dan terbuka mengembangkan karakter tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Baum, Liesl M. Phyllis Leary Newbill. 2010. “Instructional Design as Critical and Creative Thinking: A Journey Through a Jamestown-Era Native American Village” dalam TechTrends 54
5. Black, S. 2005. Teaching Students to Think Critically: Education Digest: Essential Readings
Condensed for Quick Review 70 6. De Bono, E. 1985. Six Thinking hats: An Essential Approach to Business Management. Boston:
Little Brown Co. Guilford, J.P. 1950. Creativity: American Psychologist 5. Creativity and Its Cultivation. New York:
Harper Row. Guilford, J.P. 1959. Traits of Creativity dalam H.H. Anderson Ed.
Hillis, Patrick M. Puccio, Gerard J. 1999. Literature Analysis of The Interdisciplinary Application of Creative Problem Solving. Abstract. www.buffalostate.eduorg.
Joyce, B. Weil, M. 1996. Models of Teaching. Mars: Allyn Bacon. Marzano, R.J. Arredondo, D.E. 1986. Restructuring School Through the Teaching of Thinking
Skills. Educational Leadership 43 8. McKeachie, W.J. 1988. Teaching Thinking. NCRIPTAL .
Minter, Mary Kennedy. 2010. Critical Thinking Concept Reconstructed dalam Contemporary Issues in Education Research. 3 8 www.proquest.umi.pqdweb.
Muisman. 2002. Metakognisi, Bab II Kajian Pustaka, 24-26. Diambil pada tanggal 20 Agustus 2010, dari http:www. demandiri.or.idfilemuisman.
Paris, S.G. Winograd, P. 1990. How metacognition can promote Academic Learning and Instruction. Dalam B.F. Jones I. Idol Eds. Dimension of Thinking and Cognitive Instruction.
Hillsdale, NJ: Erlbaum. Partnership for 21
st
century Skills. 2004. The partnership for 21
st
century skills. Retrieved January 12, 2008.
Penulis adalah staf pengajar di Fakultas Bahasa dan Seni UNY dalam bidang pembelajaran dan evaluasi bahasa Indonesia
1
PEMBENTUKAN KARAKTER BANGSA MELALUI PENILAIAN PROSES DALAM MENATA TARI UNTUK MENINGKATKAN
KECERDASAN KINESTETIK
Penelitian Tindakan Kelas Pada Mahasiswa di Jurusan Seni Tari UNJ
Dinny Devi Triana
Staf pengajar pada Program Studi Pendidikan Seni Tari Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Jakarta.
Dipresentasikan pada SEMINAR NASIONAL PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BEKERJASAMA DENGAN HIMPUNAN EVALUASI PENDIDIKAN
YOGYAKARTA MEI 2012
2
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan kinestetik sebagai upaya pembentukan karakter bangsa melalui penilaian proses,
khususnya dalam pembelajaran menata tari pada mahasiswa di Jurusan Seni Tari Universitas Negeri Jakarta. Metode penelitian yang digunakan
adalah penelitian tindakan kelas dengan dua silklus yang terbagi dalam dua belas kali pertemuan untuk masing-masing siklusnya.
Intervensi tindakan pada siklus pertama menitikberatkan pada perubahan mind set atau pola pikir mahasiswa untuk dapat menghargai
budaya lokal tradisi. Sedangkan intervensi pada siklus ke-dua, mahasiswa dituntut untuk membuat konsep gerak silang budaya,
sehingga adanya perubahan terhadap kecerdasan kinestetik mahasiswa yang lebih memperhatikan pada nilai-nilai budaya bangsa. Penilaian
proses dalam menata tari yang mencakup domain kognitif, afektif dan psikomotor harus ditampilkan secara komprehensif. Selama pelaksanaan
penilaian proses dalam beberapa kali pertemuan akan terefleksi karakter dan perilaku seseorang.
Kesimpulan dari hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya peningkatan kecerdasan kinestetik pada mahasiswa seni tari, khususnya
dalam pembelajaran menata tari melalui penilaian proses sebagai upaya pembentukan karakter bangsa.
Kata kunci: Karakter bangsa, penilaian proses, menata tari, kecerdasan
kinestetik
A. PENDAHULUAN