digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Tabel 2.4. Pandangan kelompok Positivis Konstruksionis mengenai Wartawan
Kelompok Pandangan mengenai Wartawan
Positivis Wartawan sebagai pelapor
Konstruksionis Wartawan sebagai partisipan yang menjembatani keragaman subjektifitas pelaku sosial
Sumber : Eriyanto, Analisis Framing, 29.
Wartawan dalam konteks dakwah adalah penceramah itu sendiri, yakni Mamah Dedeh. Penceramah disini diposisikan memiliki
kedudukan yang sama seperti seorang wartawan, dimana penceramah memberikan informasi kepada masyarakat melalui lisan dengan media
televisi. Penceramah tidak diposisikan sebagai pihak yang hanya menyampaikan
informasi agama,
namun penceramah
disini diposisiskan sebagai seseorang yang memaknai realitas poligami yang
kemudian tidak seluruh realitas yang dilihat atau diamati disampaikan kepada masyarakat. Informasi yang sudah disampaikan penceramah jika
memakai kacamata konstuksionis merupakan hasil konstruksi atau pemaknaan penceramah terhadap realitas poligami. Informasi itu
sengaja disampaikan untuk memunculkan pandangan dan perilaku tertentu di benak masyarakat.
D. Analisis Framing
Framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana realitas dikontruksi dan disampaikan oleh media. Media diposisikan sebagai pihak
yang memiliki kepentingan tertentu dalam menyampaikan berita atau peristiwa. Proses kontruksi realitas tersebut membuat media dalam
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
melakukan pemberitaan akan menonjolkan beberapa bagian dari peristiwa yang terjadi, dengan kata lain media juga sedang tidak menonjolkan
sebagian lainnnya dari peristiwa yang terjadi. Framing adalah sebuah cara yang dilakukan oleh media dalam menampilkan berita atau peristiwa.
Menurut pandangan konstruksionis, media akan melakukan selesksi peristiwa, menghubungkan dan menonjolkan peristiwa sehingga makna
peristiwa tersebut lebih melekat pada benak khalayak.
70
Framing memiliki 2 tahapan, pertama pemilihan fakta. Media atau wartawan akan memiliki sudut pandang tertentu dalam melihat suatu
realitas. Hal ini akan berpengaruh kepada cara pandang media atau wartawan terhadap berita atau peristiwa. Akan selalu ada aspek yang dipilih
dan yang dibuang. Ditonjolkan dan tidak ditonjolkan. Ditampilkan dan dihilangkan. Keseluruhan aspek ini akan membuat setiap media memiliki
pandangan yang berbeda terhadap satu realitas atau peristiwa yang terjadi. Media akan selalu memiliki sudut pandang tertentu dalam memandang
peristiwa, yang secara alamiah akan membuat mereka menseleksi mana peristiwa yang sesuai dengan sudut pandang mereka.
Kedua, menuliskan fakta. Proses ini berhubungkan dengan bagaimana media atau wartawan dalam konteks ini penceramah
menyampaikan suatu realitas kepada khalayak. Proses ini linier dengan proses pertama, media atau wartawan akan menunjukkan peristiwa yang
sesuai dengan sudut pandangnya. Secara alamiah akan diungkapkan dalam
70
Ibid., 66-67.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
bentuk kata, kalimat dan propisisi. Penggunaan bantuan seperti gambar, grafik, pengulangan kata, generalisasi serta simplifikasi dimunculkan untuk
mendukung peristiwa yang dimaksud. Akibatnya akan ada bagian dari berita atau peristiwa yang mendapat perhatian khusus dibandingkan bagian
yang lain. Semua ini dilakukan akan peristiwa tersebut mudah diingat dan bermakna bagi khalayak. Hal yang mudah diingat oleh khalayak akan
mempengaruhi khalayak dalam memahami suatu realitas yang disajikan oleh media atau wartawan.
71
E. Analisis Framing Robert N. Entman