digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
dari jumlah wanita yang dijumpai seorang pria mungkin memperoleh ribuat anak dari ratusan istri.
55
Di masa lampau jumlah anggota suku dipandang sebagai faktor sosial penting. Suku-suku dan komunitas biasa berusaha dengan segala
daya untuk menambah jumlahnya karena merupakan sebuah sumber kebanggan bagi mereka adalah jumlah besar anggota sukunya, maka
poligami dapat menjadi satu-satunya sumber memperbanyak jumlah anggota suku.
56
Tinjaun lainnya menyatakan bahwa poligami bisa bersifat sunnah, makruh, dan haram. Sunnah ketika ada kerelaan dari istri
pertama atau istri pertama dalam keadaan sakit yang membuat tidak bisa memiliki keturunan sedangkan suami sangat menginginkan anak dan
suami yakin bisa berbuat adil. Makruh ketika suami berpoligami hanya untuk kenikmatan dan masih memiliki keraguan berlaku adil kepada
para istrinya. Haram ketika suami tidak bisa berbuat adil dan membagi perhatian kepada para istrinya.
57
5. Syarat Diperbolehkan Poligami
Dalam Islam telah dibatasi syarat-syarat poligami dalam tiga faktor, yakni faktor jumlah, faktor nafkah dan keadilan diantara para istri.
Deskripsi dari ketiga hal tersebut sebagai berikut :
55
Ibid., 225.
56
Ibid., 226.
57
Ibid., 248.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
a. Faktor jumlah
Peraturan poligami dikenal dan dibolehkan sebelum Isla lahir dan itu berlaku dikalangan penganut agama-agama samawi.
Agama-agama tersebut membolehkan praktek poligami denga jumlah yang tidak terbatas. Dalam agama kristen, tidak ada
keterangan yang melarang pengikutnya untuk berpoligami dengan dua wanita atau lebih.
58
Diriwayatkan dari Ghailan bin Salamah Ats-Tsaqafi, bahwa dirinya memiliki sepuluh orang istri. Ketika masuk Islam,
Rasulullah saw berkata : “pilih empat orang dan ceraikan yang lainnya” Riwayat Ahmad, Syafi’I, Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Abi
Syaibah, Daruquthni, dan Baihaqi. Setelah Islam lahir, dasar dan sayarat poligami diatur sedemikian rupa, sehingga ada kejelasan
jumlah yang diperbolehkan yakni empat orang dan ditekankan prinsip keadilan di antara para istri dalam masalah fisik, material
atau nafkah bagi istri dan anak-anknya.
59
Kalangan pakar banyak yang menduga-duga penyebab mengapa jumlah wanita yang boleh dipoligami hanya empat orang.
Ada yang berpendapat bahwa itu penyesuaian dari empat musim. Ada yang menyimpulkan jumlah laki-laki lebih sedikit dari
perempuan dengan rasio 1:4, ketika dilebih dari empat, akan banyak
58
Mohammad Amin, “Konsep Keadilan Dalam Poligami Studi Tentang Pendapat Muhammad Abduh Tafsir al-
Manar” Tesis—UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2011, 42.
59
Ibid., 42.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
dimungkinkan laki-laki membujang. Sebaliknya, jika kurang dari empat akan banyak wanita yang hidup sendiri tanpa suami.
Selainnya ada yang berpendapat mengenai masa haid istri, dimana dia akan mendapati di antara istri-istrinya yang telah suci.
60
b. Faktor nafkah
Nafkah merupakan suatu kewajiban yang harus dipenuhi oleh suami kepada istrinya. Nafkah mencakup makanan, minuman,
pakaian, dan tempat tinggal. Laki-laki yang ingin menikahi seorang perempuan harus memiliki kemampuan untuk menyediakan biaya
hidup untuk wanita yang akan dinikahinya. Berdasarkan syari’at seorang laki-laki tidak diperbolehkan menikah jika belum mampu
memberikan nafkah kepada calon istrinya. Menurut ijma’, hukum
memberi nafkah adalah wajib.
61
Nafkah menjadi salah satu syarat yang harus dilakukan oleh seorang laki-laki jika ingin melakukan
poligami. Besarnya nafkah menurut penulis bergantung kepada kebutuhan dari masing-masing istri dan juga kemampuan suami.
c. Faktor keadilan
Dalam surat An- Nisa’ ayat 3, merupakan dasar keadilan
yang harus ditegakkan ketika melakukan poligami. Seorang laki-laki dituntut untuk memberikan persamaan di antara istri-istri dalam
urusan sandang, pagan, tempat tinggal kepada setiap istrinya. Aspek
60
Ibid., 46.
61
Ibid., 47.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
keadilan seperti masalah cinta dan kecenderungan hati yang sulit diwujudkan, maka suami tidak dituntut untuk mewujudkannya.
62
Dalam urusan bermalam di rumah istri-istrinya, seorang suami harus memiliki jadwal yang jelas. Kapan jadwal suami berada
dirumah yang satu dengan lainnya. Bermalamnya suami pada rumah atau kamar istri-istrinya jika tinggal dalam satu rumah besar dan
berbeda kamar antar istri harus seimbang karena hal ini merupakan hiburan dan kesenangan bagi istri. Bermalam suami bisa satu
malam, dua malam atau tiga malam. Tidak boleh seorang suami bermalam lebih dari tiga malam kecuali atas kesepakatan istri-istri
lainnya.
63
6. Poligami dalam Pandangan Hukum Positif