digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
pernikahannya, namun baru muncul ketika Khadijah wafat. Berikutnya juga mengenai wanita yang dinikahi oleh nabi setelah kematian
Khadijah adalah janda, kecuali Aisyah.
51
Sejarah ini menunjukkan bahwa nabi memiliki kesetiaan dalam pernikahannya dengan Khadijah,
dan ketika melakukan poligami juga wanita janda, sehingga nabi tidak memilih wanita-wanita yang masih muda dan belum menikah, kecuali
Aisyah.
4. Sebab-sebab Poligami
Seksualitas dan dominasi kaum pria semata-mata belumlah cukup menjadi sebab poligami secara pasti, sebab dan faktor lain juga
telah memberikan kontribusi untuk menjadikan poligami sesuatu hal yang normal. Banyak cara yang bisa dilakukan oleh pria yang ingin
mengumbar nafsu seksual dan serakah dalam memuaskan nafsunya tersebut, yakni menjadikan seorang wanita sebagai simpanan atau
kekasih tanpa ada status sebagai suami istri sehingga tidak ada tanggung jawab terhadap wanita tersebut dan anak-anaknya jika memang sudah
memiliki anak. Dalam masyarakat dimana poligami dilakukan, ada kekangan
moral terhadap pengumbaran nafsu secara terbuka dan perzinaan dan seorang pria yang mengikuti nafsu seksualnya harus membayar harga
dari nafsunya tersebut dengan menjadikan wanita tersebut sebagai
51
Ibid., 257.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
seorang istri yang sah, sehingga memiliki tanggung jawab kepada si wanita dan anak-anaknya. Di kasus lain, dapat dianggap sebagai sebab-
sebab lain yang bersifat geografis, ekonomis, atau sosial.
52
Faktor geografis, menurut Montesque dan Gustave Le Bon mengatakan poligami berkaitan dengan faktor geografis. Pemikir ini
percaya bahwa iklim timur memerlukan tradisi suci dan karenanya kaum pria merasa memerlukan istri yang dua dan ketiga. Di samping itu
seorang pria dibesarkan dalam iklim timur memiliki vitalitas seksual yang sedemikian rupa sehingga seorang wanita saja belum
memuaskannya.
53
Faktor ekonomi, ia juga diajukan sebagai penyebab poligami, dikatakan bahwa di zaman dahulu, memiliki banyak istri dan anak akan
menguntukan pria secara ekonomis. Sumber perbudakan bagi banyak orang bukanlah perampasan dalam perang, tetapi ketika ayah mereka
yang telah membawa dan menjual mereka ke pasar.
54
Faktor jumlah dan suku, serta kepentingan untuk mempunyai jumlah anak yang besar dan tambahan apapun terhadap jumlah anggota
keluarga dengan sendirinya merupakan salah satu faktor lain yang menjadi sebab poligami. Salah satu yang membedakan pria dan wanita
adalah bahwa anak seorang wanita terbatas, baik bersuami satu atau lebih, tetapi sebaliknya jumlah anak yang didapat laki-laki bergantung
52
Murtada Muttahhari, Hak-Hak Wanita Dalam Islam Bandung: Lentera Basitama, 2000, 220.
53
Ibid., 221.
54
Ibid., 224-225.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
dari jumlah wanita yang dijumpai seorang pria mungkin memperoleh ribuat anak dari ratusan istri.
55
Di masa lampau jumlah anggota suku dipandang sebagai faktor sosial penting. Suku-suku dan komunitas biasa berusaha dengan segala
daya untuk menambah jumlahnya karena merupakan sebuah sumber kebanggan bagi mereka adalah jumlah besar anggota sukunya, maka
poligami dapat menjadi satu-satunya sumber memperbanyak jumlah anggota suku.
56
Tinjaun lainnya menyatakan bahwa poligami bisa bersifat sunnah, makruh, dan haram. Sunnah ketika ada kerelaan dari istri
pertama atau istri pertama dalam keadaan sakit yang membuat tidak bisa memiliki keturunan sedangkan suami sangat menginginkan anak dan
suami yakin bisa berbuat adil. Makruh ketika suami berpoligami hanya untuk kenikmatan dan masih memiliki keraguan berlaku adil kepada
para istrinya. Haram ketika suami tidak bisa berbuat adil dan membagi perhatian kepada para istrinya.
57
5. Syarat Diperbolehkan Poligami