67
berulang-ulang kosa kata baru dengan rangkaian kalimat yang ada dalam teks, sehingga sampi ditemukan makna
yang terkandung sesuai konteks kalimatnya. 10.
Mencari dalam kamus taftisy-l-ma’ajim Guru menjeaskan arti kosa kata baru dengan
mengajak bersama-sama atau sendirian memeriksa arti kosa kata baru tersebut dalam kamus. Cara semacam ini
justru lebih cocok untuk digunakan bagi siswa di tingkat mutawashshith
atau mutaqaddim. 11.
Menerjemahkan langsung tarjamah fawriyyah Guru menjelaskan arti kosa kata baru dengan
secara langsung menerjemahkannya ke dalam bahasa yang digunakan siswa bahasa pertama. Cara ini
hendaknya menjadi pilihan terakhir dalam menjelaskan makna kosa kata baru.
b. Pembelajaran Nahwu
Dari perkembangan sejarah tentang bergulirnya berbagai macam metode pembelajaran bahasa kedua
asing, dapat diketahui bahwa nahwu gramatika menempati pada posisi yang berbeda-beda. Perbedaan
tersebut dilatar belakangi oleh pandangan yang berbeda pula
–baik filosofis, startegis, dan teknisnya - terhadap bagaimana mengajarkan bahasa pada siswa.
Nahwu dapat dipandang sebagai sesuatu yang
mendasar dalam pembelajaran bahasa. Prinsip ini sebagaimana terdapat dalam metode pembelajaran bahasa
68
yang dikenal dengan metode al-nahwu wa-l-tarjamah. Sedangkan pada metode yang lain, nahwu sama sekali
diabaikan dalam proses pembelajaran bahasa. Ia tidak diajarkan secara eksplisit, akan tetapi cukup diambil
pemahamannya saja disela-sela proses pembelajaran berlangsung. Posisi nahwu seperti ini seperti terdapat dalam
metode al-mubasyarah. Sementara itu, dalam metode yang lain, penyajiannya
diundur setelah tingkat ibtida’iy, yakni seperti terdapat
dalam metode
al- sam’iyyah al-syafahiyyah. Demikian
keberadaan nahwu dalam dunia pembelajaran bahasa asing. Mengenai deskripsi macam-macam metode pembelajaran
bahasa dibahas dalam bab tersendiri. Pembelajaran nahwu mengikuti dua cara:
1. al-Qiyasiyyat
Cara mengajar dengan pendekatan ini diawali oleh guru dengan menyebutkan kaidah nahwu yang ingin
diajarkan, lalu menguraikannya dengan memberikan contoh-contoh.
Pemberian contoh-contoh
tersebut disesuaikan dengan topikmuatan materi dan tingkat
kemampuan siswa. Cara seperti ini lebih dianjurkan pada siswa di tingkat mutawashshith dan mutaqaddim.
2. al-Istiqraiyyat
Pada pembelajaran bahasa nahwu dengan pendekatan ini, guru justru memulai pelajaran dengan menampilkan
contoh-contoh pola kalimat terlebih dulu. Lalu guru menggiring penjelasan dengan pengambilan kesimpulan
69
kaidah yang terdapat dalam contoh-contoh tersebut. Cara ini lebih baik untuk diberikan pada siswa tingkat
ibtida’iy.
c. Pembelajaran Adab