Optimalisasi Persediaan Bahan Baku Produk Odner PT Batara Indah Indonesia

(1)

i

OPTIMALISASI PERSEDIAAN BAHAN BAKU PEMBUATAN

ODNER DI PT. BATARA INDAH INDONESIA

DICKY WISNU WARDHANA

H24087056

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011


(2)

iv

RINGKASAN

DICKY WISNU WARDHANA. H24087056. Optimalisasi Persediaan Bahan Baku Produk Odner Di PT Batara Indah Indonesia.

Di bawah bimbingan HETI MULYATI

PT Batara Indah merupakan perusahaan perdagangan dalam bidang peralatan kantor yang memiliki lisensi untuk memproduksi peralatan kantor yang bermutu tinggi dengan merek Bantex. Perusahaan ini bergerak dalam bidang manufaktur khususnya dalam produksi Odner atau biasa disebut dengan map. Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan odner tergolong multi item. Produk odner merupakan produk terbanyak yang dihasilkan oleh PT Batara Indah Indonesia dengan persentase 30 persen dari total produksi. Oleh karena itu perlu diadakan pengendalian bahan baku untuk menjaga kelancaran proses produksi.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menganalisis pemesanan bahan baku pada PT Batara Indah Indonesia. (2) Menganalisis klasifikasi bahan baku yang digunakan dalam proses produksi odner berdasarkan analisis ABC dan (3) Menganalisis besarnya tingkat pemesanan persediaan dan biaya yang optimum jika terjadi kendala terbatasnya volume gudang.

Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer meliputi data yang dikumpulkan dengan cara pencatatan data, pengamatan langsung dan wawancara. Pengamatan langsung dilakukan dengan cara melihat langsung kondisi tempat proses produksi dan gudang bahan baku. Sedangkan data sekunder meliputi data purchase order bulan Juni 2010, biaya simpan dan biaya pesan yang diperoleh dari bagian pembelian dan bagian PPIC.

Pada penelitian ini dilakukan tiga jenis perhitungan yaitu klasifikasi bahan baku dengan menggunakan klasifikasi ABC dan optimalisasi persediaan bahan baku dengan kendala volume gudang menggunakan metode lagrange multiplier. Perhitungannya dibantu software POM for Windows dan Microsoft Excell. Perhitungan analisis ABC menghasilkan kebijakan-kebijakan yang diterapkan pada bahan baku menurut klasifikasinya

Bahan baku yang digunakan dalam produksi odner adalah grey board, PVC, fox inpack dan mekanik. Grey board, PVC dan mekanik diperoleh dari luar negeri, sedangkan fox inpack diperoleh dari dalam negeri. Persentase bahan baku yang didatangkan dari luar negeri sekitar 90 persen dan dari dalam negeri sekitar 10 persen. Masing-masing bahan baku mempunyai biaya simpan dan biaya pesan yang berbeda-beda.

Perhitungan dengan Lagrange Multiplier menunjukkan bahwa bahan baku yang dipesan dapat dioptimalkan dan tidak melebihi batas volume gudang. Hal ini ditunjukkan dengan kapasitas gudang perusahaan adalah 200m3 sedangkan perhitungan menggunakan Lagrange Multiplier sebesar 199,9m3. Total biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam pembelian bahan baku sebesar Rp 445.159.560. Apabila menggunakan metode lagrange multiplier biaya pembelian bahan baku lebih rendah yaitu sebesar Rp 100.885.103,49. Perusahaan dapat menghemat biaya sebesar Rp 344.274.457.


(3)

ii

OPTIMALISASI PERSEDIAAN BAHAN BAKU PRODUK

ODNER

PT BATARA INDAH INDONESIA

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen

Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

DICKY WISNU WARDHANA

H 24087056

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011


(4)

iii

Judul Skripsi : Optimalisasi Persediaan Bahan Baku Produk Odner PT Batara Indah Indonesia

Nama : Dicky Wisnu Wardhana NIM : H 24087056

Menyetujui Pembimbing,

(Heti Mulyati, STP, MT) NIP : 19770812 200501 2 001

Mengetahui : Ketua Departemen,

(Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc) NIP. 1961012 3198601 1 002


(5)

v

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Dicky Wisnu Wardhana, dilahirkan di Pati pada tanggal 14 Agustus 1987. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Sutrisno dan Kuswardani. Penulis memulai jenjang pendidikan di TK Bhayangkari pada tahun 1992, kemudian melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri Pati Kidul 04 pada tahun 1993. Pada tahun 1999, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 3 Pati dan melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri 2 Pati. Pada tahun 2005 penulis melalui jalur USMI (Ujian Seleksi Masuk IPB) diterima di Institut Pertanian Bogor pada Program Keahlian Perencanaan dan Pengendalian Produksi Manufaktur/Jasa. Penulis lulus pada tahun 2008, kemudian melanjutkan pendidikan kembali pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis sebagai salah satu penerima beasiswa Indocement dan Beasiswa Khusus Mahasiswa periode 2007-2008. Selain itu penulis aktif dalam organisasi kemahasiswaan Executive of Management (EXOM) dengan menjabat sebagai staff Departemen Human Resource Department (HRD) periode 2008-2009 dan saat bekerja sebagai Surveyor di PT Asuransi Astra Buana.


(6)

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta pertolongan-Nya dalam penyusunan skripsi yang berjudul Optimalisasi Persediaan Bahan Baku Pembuatan Odner Di PT Batara Indah Indonesia. Skripsi ini disusun sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Pelaksanaan penelitian dilakukan mulai minggu pertama bulan Juli sampai September 2010. Penelitian ini dilakukan di PT. Batara Indah Indonesia yang beralamat di Jalan Raya Olympic Raya Blok A8 Sentul Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kapasitas optimal persediaan bahan baku dengan kendala volume gudang sehingga persediaan bahan baku dapat dikendalikan terhadap besarnya volume gudang yang dimiliki PT. Batara Indah Indonesia. Pengendalian persediaan bahan baku mempunyai fungsi antara lain menjamin terpenuhinya kebutuhan operasi, membatasi nilai seluruh investasi, membatasi jenis dan jumlah bahan baku dan memanfaatkan seoptimal mungkin bahan baku yang ada.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Hal ini disebabkan karena keterbatasan waktu dan kemampuan serta pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif sangat diperlukan untuk hal yang lebih baik. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis secara pribadi, maupun bagi pembaca pada umumnya.

Bogor, Mei 2011


(7)

vii

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini dapat selesai karena bimbingan, bantuan, serta dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Heti Mulyati, S.TP, MT sebagai dosen pembimbing yang dengan sabar meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, motivasi, dan arahan kepada penulis.

2. Ibu Farida Ratna Dewi, SE, MM dan Ibu Hardiana Widyastuti, S.Hut, MM sebagai dosen penguji yang telah bersedia meluangkan waktu untuk menguji dan memberikan masukan yang berharga.

3. Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc sebagai Ketua Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi Manajemen, IPB.

4. Bapak Encep Saebatul selaku Manager Produksi PT Batara Indah Indonesia yang telah memberikan kesempatan untuk dapat melaksanakan penelitian. 5. Kedua Orang tua, Mbak Dica Triesna Ningrum, Dhea Triesna Putri, serta

seluruh keluarga besar yang selalu memberikan doa restu, semangat, dan kasih sayang kepada penulis.

6. Teman-teman Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Angkatan 5 (Dita, Gita, Eta, Penti, Tia, Gilang, Recky), yang selalu memotivasi, mendengarkan, dan memberi nasehat kepada penulis.

7. Teman-teman di Kost Perwira 88 (Pawan, Mas Nope, Zeni, Mas Ardian, Mas Deny, Kristiawan, Mona) yang telah memberikan semangat kepada penulis. 8. Teman-teman Perencanaan Pengendalian Produksi Manufaktur Jasa 42 (Harry,

Fedra, Wisnu, Juliandi, Putri), terima kasih buat kebersamaan selama ini. 9. Ikatan Keluarga Mahasiswa Pati (IKMP) sebagai keluarga kedua selama di

Bogor.

10.Mahasiswa Pati angkatan 42 (Ika, Endah, Ismi, Binda, Dinarana, Momon, Wida, Desti, Becky) terima kasih buat keceriaan yang kalian berikan.

11.Sahabat-sahabat di Pati (Farid, Ayenk, Cita, Risky, Tita, Dani dan Sigit) terima kasih untuk motivasi dan semangat pada penulis.


(8)

viii

12.Seluruh karyawan PT Asuransi Astra Buana cabang Balikpapan yang memberikan semangat dan motivasi.

13.Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.


(9)

ix

DAFTAR ISI

Halaman RINGKASAN

RIWAYAT HIDUP ... v

KATA PENGANTAR ... vi

UCAPAN TERIMA KASIH ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTARTABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan ... 3

1.4 Manfaat ... 3

1.5 Ruang Lingkup ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Persediaan... 5

2.2 Jenis Persediaan ... 6

2.2.1 Klasifikasi Barang Persediaan ... 6

2.2.2 Biaya Persediaan ... 7

2.3 Analisis ABC ... 8

2.4 EOQ ... 9

2.5 Program Linier dan Program Non Linier ... 12

2.6 Penelitian Terdahulu ... 12

III. METODE PENELITIAN ... 14

3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian ... 14

3.2 Tahapan Penelitian ... 15

3.3 Waktu dan Tempat Penelitian ... 16

3.4 Jenis dan Metode Pengumpulan Data ... 16

3.5 Pengolahan Data ... 16

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 21

4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 21

4.2 Sistem Pemesanan Bahan Baku ... 23

4.2.1 Karakteristik Bahan Baku ... 23

4.2.2 Prosedur Pemesanan dan Penerimaan Bahan Baku ... 25

4.3 Analisis Persediaan Bahan Baku dengan Metode Analisis ABC ... 29

4.4 Persediaan Bahan Baku Optimal dengan Kendala Vol Gudang ... 31

4.4.1 Kapasitas Gudang dan Media Penanganan Bahan ... 31

4.4.2 Biaya Penyimpanan ... 33


(10)

x

KESIMPULAN DAN SARAN ... 39

1. Kesimpulan ... 39

2. Saran ... 40

DAFTAR PUSTAKA ... 41


(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1. Grafik Analisis ABC ... 9

2. Biaya Total Sebagai Fungsi Jumlah Pesanan ... 10

3. Penggunaan Persediaan Sepanjang Waktu ... 11

4. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 15

5. Tahapan Penelitian ... 16

6. Gambar Produk Odner ... 23

7. Skema Pembelian Bahan Baku dari Luar Negeri ... 27


(12)

xii

DAFTAR TABEL

No Halaman

1. Jenis Bahan Baku dan Asal Pemasok ... 24

2. Jenis Bahan Baku dan Nilai Investasi ... 31

3. Volume dan Kapasitas Media Penanganan Bahan ... 32

4. Biaya Pemesanan Bahan Baku PT Bino per pesan ... 32

5. Biaya Penyimpanan Bahan Baku PT Bino ... 33

6. Data Permintaan Item dan Biaya-Biaya yang Terkait dengan Persediaan ... 34

7. Jumlah Bahan Baku yang Optimal ... 35

8. Kebutuhan Volume Gudang Masing-Masing Bahan Baku ... 35


(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1. Struktur Organisasi PT Batara Indah Indonesia ... 43

2. Laporan Produksi PT Batara Indah Indonesia ... 44

3. Perhitungan dengan Software Solver Microsoft 2007... 45


(14)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses produksi barang atau jasa harus mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki perusahaan seperti tenaga kerja, mesin dan bahan baku. Salah satu yang berpengaruh dalam kelancaran proses produksi adalah ketersediaan bahan baku yang akan digunakan. Perusahaan harus mengelola persediaan bahan baku sehingga dapat menjaga kesinambungan proses produksi. Pengendalian persediaan bahan baku mempunyai fungsi antara lain menjamin terpenuhinya kebutuhan operasi, membatasi nilai seluruh investasi, membatasi jenis dan jumlah bahan baku dan memanfaatkan seoptimal mungkin bahan baku yang ada. Dampak yang diakibatkan jika barang yang dihasilkan tidak mampu memenuhi permintaan adalah konsumen beralih ke produk lain yang sejenis. Akibatnya perusahaan mengalami penurunan penjualan sehingga keuntungan menurun.

Persediaan bahan baku merupakan salah satu unsur dari proses produksi yang harus dikelola dengan baik. Selain itu pada prinsipnya semua perusahaan yang melaksanakan proses produksi akan melakukan persediaan bahan baku untuk kelangsungan proses produksi dalam perusahaan tersebut. Bahan baku akan digunakan untuk pelaksanaan proses produksi perusahaan tersebut yang tidak dapat dibeli atau didatangkan secara satu persatu dalam jumlah unit yang diperlukan perusahaan. Apabila perusahaan tidak mempunyai persediaan bahan baku, maka proses produksi di perusahaan tersebut akan terganggu. Hal tersebut dapat diantisipasi dengan mengelola persediaan untuk menghindari kekurangan bahan baku tersebut. Pengelolaan atau menajemen persediaan yang tepat dapat menghemat biaya yang dikeluarkan perusahaan. Persediaan bahan baku dalam jumlah besar akan mengakibatkan terjadinya biaya persediaan bahan yang semakin besar pula. Oleh karena itu biaya persediaan harus dihitung untuk menghasilkan nilai yang optimal.

Sistem persediaan meliputi lebih dari satu item jenis barang. Setiap jenis bahan baku yang ada harus dikelompokkan agar mudah dalam perhitungan kebutuhan dalam satu periode. Sistem persediaan yang dikelola akan mempermudah proses produksi sehingga produk dapat didistribusikan ke konsumen dengan cepat.


(15)

2

Salah satu kendala dalam sistem persediaan bahan baku adalah kapasitas gudang. Gudang mempunyai kapasitas yang terbatas untuk menyimpan bahan baku yang digunakan dalam proses produksi. Kapasitas gudang mempengaruhi jumlah bahan baku yang akan dipesan dan kapasitas produksi yang dijalankan oleh perusahaan. Jika kapasitas gudang memiliki kendala terhadap jumlah bahan baku yang akan disimpan maka bisa mengakibatkan terganggunya proses produksi. Artinya jumlah bahan baku yang akan diproduksi tergantung pada jumlah bahan baku yang disimpan di gudang. Jika diperhitungkan dengan baik antara pemesanan bahan baku dengan volume gudang maka dapat meningkatkan produktivitas hasil produksi.

PT Batara Indah merupakan perusahaan manufaktur dan perdagangan dalam bidang peralatan kantor yang memiliki lisensi untuk memproduksi peralatan kantor yang bermutu tinggi dengan bermerek Bantex. Perusahaan ini bergerak dalam bidang manufaktur khususnya dalam produksi Odner atau biasa disebut dengan map. Odner merupakan suatu media yang digunakan untuk menyimpan arsip. Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan odner tergolong multi item karena lebih dari satu bahan baku yang digunakan. Bahan baku yang digunakan pada produksi odner antara lain grey board, Poly Vinyl Cloride (PVC), Lem dan Mekanik. Semua bahan baku tersebut saling berpengaruh sehingga jika salah satu bahan baku tidak tersedia maka proses produksi tidak dapat berjalan. Permintaan akan kebutuhan odner oleh konsumen yang cukup tinggi membuat kapasitas produksi odner pada PT Batara Indah menjadi besar. Hal tersebut dapat dilihat dari kapasitas produksi odner 30 persen dari total produksi PT Batara Indah Indonesia. Oleh sebab itu, pengendalian bahan baku yang baik, diperlukan untuk menjaga produktivitas odner. Jika persediaan tidak terkelola dengan baik maka akan mengganggu kelancaran proses produksi dan terganggunya pemenuhan barang jadi pada konsumen.

Gudang penyimpanan bahan baku produk odner di PT Batara Indah Indonesia mempunyai kapasitas 200m3. Setiap bahan baku mempunyai proporsi jumlah penyimpanan sehingga tiap bahan baku memiliki jumlah yang berbeda-beda. Pada gudang bahan baku masih mempunyai ruang kosong yang bisa dimanfaatkan untuk menyimpan bahan baku.


(16)

3

Berdasarkan latar belakang tersebut mengenai sistem pengendalian bahan baku dengan judul “Optimalisasi Persediaan Bahan Baku Produk Odner di PT Batara Indah Indonesia. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat membantu perusahaan dalam mengoptimalkan persediaan bahan baku dengan memperhatikan volume gudang yang dimiliki oleh perusahaan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pemesanan bahan baku odner yang dilakukan selama ini di PT Batara Indah?

2. Bagaimana klasifikasi bahan baku yang digunakan dalam proses produksi odner PT Batara Indah?

3. Bagaimana tingkat pemesanan dan biaya yang optimal bahan baku jika terjadi kendala volume gudang?

1.3 Tujuan

Tujuan dari penelitian yang diharapkan dari penelitian adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui pemesanan bahan baku pada PT Batara Indah

2. Menganalisis klasifikasi bahan baku yang digunakan dalam proses produksi odner berdasarkan analisis ABC.

3. Menganalisis besarnya tingkat pemesanan persediaan dan biaya yang optimum jika terjadi kendala terbatasnya volume gudang.

1.4Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:

1. Bagi perusahaan, dapat membandingkan dengan pemesanan bahan baku yang dilakukan per tiga bulan dengan pemesanan bahan baku yang dilakukan dengan kendala volume gudang.

2. Bagi masyarakat umum, dapat memberikan informasi dan wawasan mengenai sistem persediaan dan bisa menjadikan referensi untuk dilakukan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pengendalian bahan baku.


(17)

4

3. Bagi ilmu pengetahuan dapat menambah khasanah keilmuan manajemen produksi dan operasi, khususnya yang terkait dengan manajemen persediaan.

1.5Ruang Lingkup

Penelitian ini dibatasi dengan jenis bahan baku odner yaitu grey board, PVC, lem dan mekanik. Kuantitas bahan baku disesuaikan dengan volume gudang yang dimiliki oleh PT Batara Indah Indonesia. Data yang digunakan pada penelitian ini merupakan data produksi bulan Juni tahun 2010.


(18)

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Persediaan

Menurut Handoko (2000), persediaan adalah suatu istilah umum yang menunjukkan segala sesuatu atau sumber daya-sumber daya organisasi yang disimpan dalam mengantisipasi permintaan. Persediaan ini meliputi persediaan bahan mentah, barang dalam proses, barang jadi atau produk akhir, bahan-bahan pembantu atau pelengkap, dan komponen-komponen lain yang menjadi bagian keluaran produk perusahaan.

Persediaan didefinisikan sebagai barang yang disimpan untuk digunakan atau dijual pada periode mendatang. Persediaan dapat berbentuk bahan baku yang disimpan untuk diproses, komponen yang diproses, barang dalam proses pada proses manufaktur, dan barang jadi yang disimpan untuk dijual (Kusuma, 1999). Persediaan merupakan bahan baku yang ditempatkan di sepanjang jaringan proses dan jalur distribusi (Heizer dan Render, 2005). Perencanaan dan pengendalian persediaan berguna untuk menjadikan proses produksi dan pemasaran stabil. Persediaan bahan baku bertujuan untuk mengurangi ketidakpastian produksi akibat fluktuasi pasokan bahan baku. Sementara itu persediaan produk jadi berguna untuk memenuhi fluktuasi permintaan yang tidak dapat dengan segera dipenuhi oleh produksi mengingat untuk produksi dibutuhkan bahan baku (Kusuma, 1999). Pada prinsipnya, semua perusahaan melaksanakan proses produksi akan menyelenggarakan persediaan bahan baku untuk kelangsungan proses produksi dalam perusahaan tersebut. Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2003), tujuan mengadakan persediaan antara lain :

a. Memenuhi kebutuhan normal b. Memenuhi kebutuhan mendadak

c. Memungkinkan pembelian atas dasar jumlah ekonomis

Menurut Sumayang (2003), pengendalian terhadap persediaan adalah aktivitas mempertahankan jumlah persediaan pada tingkat yang dikehendaki. Pada produk barang, pengendalian persediaan ditekankan pada pengendalian bahan baku. Jika investasi sangat besar akan mengakibatkan biaya modal yang sangat besar sehingga akan mengakibatkan juga biaya operasi yang tinggi. Investasi


(19)

6

untuk persediaan harus bersaing dengan investasi lain yang juga membutuhkan dana.

2.2 Jenis-jenis Persediaan

Menurut Tampubolon (2004), dilihat dari fungsinya, persediaan dapat dibedakan atas :

a. Fungsi Decoupling

Merupakan fungsi perusahaan untuk mengadakan persediaan decouple, dengan mengadakan pengelompokkan operasional secara terpisah-pisah

b. Fungsi Economic Size

Penyimpanan persediaan dalam jumlah besar dengan pertimbangan adanya diskon atas pembelian bahan, diskon atas kualitas untuk dipergunakan dalam proses konversi, serta didukung kapasitas gudang yang memadai.

c. Fungsi Antisipasi

Merupakan penyimpanan persediaan bahan yang fungsinya untuk penyelamatan jika sampai terjadi keterlambatan datangnya pesanan bahan dari pemasok atau leveransir. Tujuan utama adalah untuk menjaga konversi agar tetap berjalan dengan lancar.

2.2.1 Klasifikasi Barang Persediaan

MenurutIndrajit dan Djokopranoto (2003), barang persediaan dapat dibagi atas beberapa jenis atau klasifikasi, yang dibagi menjadi enam kategori yaitu : a. Bahan baku (raw materials)

Persediaan bahan baku merupakan persediaan bahan mentah yang belum diolah, yang akan diolah menjadi barang jadi, sebagai hasil utama dari perusahaan yang bersangkutan.

b. Barang setengah jadi (semi finished product)

Persediaan barang setengah jadi merupakan persediaan hasil olahan bahan mentah sebelum menjadi barang jadi, yang sebagian akan diolah lanjut menjadi barang jadi, dan terkadang dijual seperti apa adanya untuk menjadi bahan baku perusahaan lain.


(20)

7 c. Barang jadi (finished products)

Persediaan barang jadi merupakan persediaan barang yang sudah selesai diproduksi atau diolah, yang merupakan hasil utama perusahaan yang bersangkutan dan siap untuk dipasarkan/dijual

d. Barang umum dan suku cadang (general materials and spare part)

Persediaan barang umum atau suku cadang merupakan persediaan segala jenis barang atau suku cadang yang digunakan untuk operasi menjalankan perusahaan/pabrik dan untuk memelihara peralatan yang digunakan. Sering kali barang persediaan jenis ini disebut juga barang pemeliharaan, perbaikan, dan operasi, atau Maintenance, Repair, and Operation (MRO).

e. Barang untuk proyek (work in progress)

Persediaan barang untuk proyek merupakan persediaan barang-barang yang ditumpuk menunggu pemasangan dalam suatu proyek baru

f. Barang dagangan (commodities)

Persediaan barang dagangan merupakan persediaan barang yang dibeli, sudah merupakan barang jadi dan disimpan di gudang menunggu penjualan kembali dengan keuntungan tertentu.

2.2.2 Biaya Persediaan

Menurut Kusuma (1999), data biaya yang terdiri dari : a. Harga (P)

Nilai suatu item adalah harga beli jika didapatkan dari pemasok di luar perusahaan, atau biaya produksi per unit item jika item itu didapat dari dalam perusahaan.

b. Biaya Modal (iP)

Merupakan jumlah yang diinvestasikan dalam bahan dan tidak dapat diinvestasikan dalam bentuk lainnya sebelum bahan tersebut jadi dan terjual c. Ongkos Simpan (H=holding Cost)

Merupakan ongkos yang timbul akibat menyimpan suatu item persediaan d. Ongkos Pesan (O=Order Cost)

Pengadaan bahan, baik dari luar perusahaan maupun dari dalam perusahaan, tetap membutuhkan ongkos. Dalam hal item persediaan yang dipesan dari luar perusahaan. Ongkos pesan mencakup ongkos tetap pemesanan item barang ke


(21)

8

pemasok serta ongkos variable untuk menyiapkan dan melaksanakan pemesanan tersebut.

e. Ongkos Kesempatan

Merupakan ongkos ketiadaan persediaan 2.3 Analisis ABC

Analisis ABC membagi persediaan yang dimiliki ke dalam tiga golongan berdasarkan pada volume dollar tahunan (Handoko, 2000). Metode analisa ABC ini digunakan untuk memberikan penekanan perhatian pada golongan atau jenis-jenis bahan yang terdapat dalam persediaan yang mempunyai nilai penggunaan yang relatif tinggi/mahal (Assauri, 1980).

Menurut Life Cycle Engineering (2010), "A" item yang paling kritis. Item ini memerlukan kontrol persediaan ketat. Ramalan permintaan dan tingkat penggunaan, data bagian yang sangat akurat, dan siklus sering menghitung untuk memverifikasi akurasi keseimbangan persediaan perpetual. Biasanya ini terdiri dari 5 persen - 10 persen dari total item dan mewakili atas 70 persen- 85 persen dari nilai pemakaian tahunan.

Kategori "B" berarti item kekritisan lebih rendah. Item ini memerlukan kontrol inventaris nominal; terkadang dari ramalan permintaan dan tingkat penggunaan, data bagian yang cukup akurat, dan sering terjadi. Biasanya terdiri dari 15 persen - 25 persen dari jumlah total item dan mewakili 10 persen – 20 persen dari nilai dolar tahunan sebesar pemakaian.

Kategori "C" berarti item memiliki dampak setidaknya dalam hal aktivitas gudang dan keuangan,dan karena itu memerlukan minimal persediaan kontrol. Pada kenyataannya, tergantung pada sifat dari item. Analisis perkiraan permintaan dan tingkat penggunaan pada item "C" adalah kadang-kadang diabaikan dalam mendukung menempatkan pesanan jarang - seringkali dalam jumlah besar - untuk mempertahankan banyak saham di tangan. "C" item biasanya terdiri dari 65-80 persen dari jumlah total item dan mewakili 5 terakhir - 10 persen dari nilai dolar tahunan sebesar pemakaian. Karena penggunaan yang rendah setiap mati atau persediaan yang tidak aktif biasanya akan jatuh ke dalam kategori "C”. Grafik persentasi analisis ABC dapat dilihat pada Gambar 1.


(22)

9

Persentase Persediaan

15 35 100

10 25 100

Gambar 1. Grafik Analisis ABC (Heizer dan Render, 2005)

Kebijakan yang dapat didasarkan pada analisis ABC mencakup hal-hal di bawah ini :

a. Perkembangan sumber daya pembelian yang dibayarkan kepada pemasok harus lebih tinggi untuk butir persediaan A dibandingkan butir persediaan C

b. Butir persediaan A, berlainan dengan butir persediaan B dan C, harus dikendalikan secara lebih ketat; mungkin karena persediaan A ini ditempatkan di wilayah yang lebih tertutup dan mungkin karena keakuratan catatan persediaannya harus lebih sering diverifikasi

c. Meramalkan butir persediaan A mungkin harus lebih berhati-hati daripada meramalkan butir (kelas) persediaan yang lain.

2.4 Economic Order Quantity (EOQ)

Menurut Handoko (2000), metode manjemen persediaan yang paling terkenal adalah model Economic Order Quantity (EOQ) atau Economic Lot Size (ELS). Metode-metode ini dapat digunakan baik untuk barang yang dibeli maupun yang diproduksi sendiri. Model EOQ merupakan metode yang biasa digunakan untuk barang yang dibeli, sedangkan ELS untuk barang yang diproduksi secara internal.

A

B

C

Persentase Penggunaan


(23)

10

Jumlah pemesanan optimal Kuantitas Pemesanan

Konsep EOQ (kadang disebut sebagai model fixed order quantity) adalah sederhana. Model ini digunakan untuk menentukan kuantitas pesanan persediaan yang meminimumkan biaya langsung penyimpanan persediaan dan biaya kebalikannya (inverse cost) pemesanan persediaan (Handoko,2000). Biaya total sebagai fungsi jumlah pesanan bisa dilihat pada Gambar 2.

Biaya

Biaya Total (TC)

Biaya Penyimpanan

min Cost

Biaya pemesanan

Gambar 2. Biaya Total Sebagai Fungsi Jumlah Pesanan (Heizer dan Render,2001)

Menurut Waters (1992), model EOQ merupakan model yang digunakan sebagai alat analisis pengendalian persediaan karena dengan menggunakan analisis model EOQ ini dapat meminimasi total biaya jumlah permintaan. Menurut Handoko (2000), model EOQ ini digunakan untuk menentukan kuantitas pesanan persediaan yang meminimumkan biaya langsung penyimpanan persediaan dan biaya pemesanan persediaan. EOQ sebenarnya merupakan volume atau jumlah pembelian ekonomis untuk dilaksanakan pada setiap kali pembelian (Reksohadiprodjo, 1990).

Kemungkinan kekurangan persediaan itu akan timbul apabila :

a. Penggunaan bahan dasar di dalam proses produksi lebih besar daripada yang diperkirakan sebelumnya. Hal ini berakibat persediaan akan habis diproduksi sebelum pembelian/pesanan yang berikutnya datang, sehingga terjadilah kekurangan persediaan.


(24)

11

Tingkat Penggunaan

Persediaan ditangan rata-rata Jumlah

yang dipesan

b. Pesanan/pembelian bahan dasar itu tidak dapat datang tepat pada waktunya (mundur) (Reksohadiprodjo, 1990).

Model EOQ dapat diterapkan apabila asumsi-asumsi berikut dapat dipenuhi :

a. Permintaan akan produk adalah konstan, seragam dan diketahui (deterministik).

b. Harga per unit produk adalah konstan.

c. Biaya penyimpanan per unit per tahun konstan. d. Biaya pemesanan per pesanan konstan.

e. Waktu antara pesanan dilakukan dan barang-barang diterima (lead time) konstan.

f. Tidak terjadi kekurangan barang atau back orders. Rumus EOQ yang bisa digunakan yaitu :

……….(1)

Keterangan : D = Permintaan tahunan barang persediaan (unit) S = Biaya pemesanan per pesanan (Rupiah)

H = Biaya penyimpanan per unit per tahun (Rupiah)

Tingkat persediaan dengan asumsi EOQ dapat dilihat pada Gambar 3 berikut ini E

Gambar 3 . Penggunaan Persediaan Sepanjang Waktu (Heizer dan Render, 2001)

D 0

C


(25)

12 Keterangan : 0 = Persediaan habis

A-B = Waktu Tunggu C = Pesanan dilakukan

D = Tingkat persediaan saat melakukan pesanan E = Tingkat persediaan saat pesanan diterima 2.5 Program Linier dan Program Non Linier

Persamaan Linear adalah sebuah persamaan aljabar, yang tiap sukunya mengandung konstanta, atau perkalian konstanta dengan variabel tunggal. Persamaan ini dikatakan linear sebab hubungan matematis ini dapat digambarkan sebagai garis lurus. Sedangkan persamaan non linier mungkin tidak ada pertemuan garis atau titik sudut. Sebaliknya bidang solusi mungkin berupa garis atau bidang bergelombang, yang mencakup jumlah titik yang tidak terbatas (Bernard,2008).

2.6 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian yang telah dilakukan antara lain :

1) Resisca (2009) melakukan penelitian tentang sistem pengendalian persediaan bahan baku mi instan di PT Jakarana Tama. Pada penelitian ini menggunakan metode EOQ. Hasil dari penghitungan EOQ menunjukkan bahwa perusahaan akan menghasilkan biaya yang lebih murah dibandingkan dengan metode yang selama ini digunakan oleh perusahaan. Penghematan yang dihasilkan jika metode EOQ diterapkan pada perusahaan tahun 2008 adalah sebesar Rp 11.282.508.

2) Saragi (2010) mengenai Perencanaan dan Pengendalian Persediaan Bahan Baku pada UKM Waroeng Cokelat, Bogor. Pada penelitian dalam tahap perencanaan bahan baku menggunakan beberapa metode peramalan antara lain naive approachment, analisis regresi dan moving average. Sedangkan pada pengendalian bahan baku menggunakan metode EOQ. Pada penghitungan EOQ menunjukkan total biaya yang dikeluarkan perusahaan dengan jumlah pemesanan bahan baku terbesar yaitu Rp 2.521.909 dan dengan metode yang dipakai perusahaan sebesar Rp 2.587.800 sehingga menghasilkan penghematan sebesar Rp 65.891.


(26)

13

3) Kusrini (2005) mengenai sistem persediaan multi item dengan kendala investasi dan luas gudang dengan menggunakan metode lagrange multiplier. Hasil perhitungan menggunakan metode larange multiplier dapat lebih optimal dalam persediaan bahan baku karena persediaan bahan baku dibatasi dengan luas gudang yang dimiliki perusahaan.


(27)

14

III. METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian

Persediaan bahan baku merupakan salah satu unsur dari proses produksi yang harus dikelola dengan baik selain itu pada prinsipnya semua perusahaan yang melaksanakan proses produksi akan menyelenggarakan persediaan bahan baku untuk kelangsungan proses produksi dalam perusahaan tersebut. Apabila perusahaan tidak mempunyai persediaan bahan baku, sedangkan bahan baku yang dipesan belum datang maka pelaksanaan proses produksi dalam perusahaan tersebut akan terganggu. Hal tersebut dapat diantisipasi dengan mengelola peresediaan untuk menghindari kekurangan bahan baku tersebut. Pengelolaan atau menajemen persediaan yang tepat dapat menghemat biaya yang dikeluarkan perusahaan.

Pengendalian bahan baku penting dilakukan untuk menjaga kualitas barang atau kontinuitas yang akan diproduksi PT Batara Indah Indonesia. Jenis bahan baku diklasifikasikan menurut kategori A, B dan C. Klasifikasi A merupakan persediaan yang volume rupiah atau dollar tinggi tetapi volume item barang hanya sedikit. Klasifikasi B, persediaan yang nilai rupiah atau dollar lebih sedikit dari A tetapi jumlah barang lebih banyak dari A. Klasifikasi C merupakan barang dengan nilai rupiah atau dollar paling sedikit dibandingkan A dan B, tetapi jumlah item barang lebih banyak dari persediaan A dan B. Berdasarkan pengklasifikasian persediaan maka dapat dibuat kebijakan terhadap masing-masing klasifikasi tersebut.

Persediaan bahan baku yang digunakan harus dikendalikan agar jumlahnya tidak berlebihan dan disesuaikan dengan kapasitas gudang. Jumlah bahan baku yang berlebih bisa mengakibatkan pengeluaran biaya tambahan dari segi biaya simpan. Jumlah persediaan bahan baku diharapkan dapat mengoptimalkan kapasitas gudang. Pengendalian persediaan bahan baku diharapkan dapat memberikan efisiensi biaya PT Batara Indah Indonesia (Bino). Kerangka pemikiran yang menjadi dasar bagi penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.


(28)

15

Gambar 4. Kerangka Pemikiran Penelitian

3.2 Tahapan Penelitian

Persediaan bahan baku dapat dikendalikan berdasarkan kapasitas gudang yang ada. Hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada Gambar 5.

Proses Produksi Odner

Kebutuhan Bahan Baku Odner

Kapasitas Gudang

Persediaan Bahan Baku Odner

Efisiensi Biaya Optimalisasi

Gudang

Ya Klasifikasi

Bahan Baku

Tidak PT Batara Indah Indonesia


(29)

16

Gambar 5. Tahapan Penelitian

Kajian Pustaka 1. Referensi buku

2. Jurnal

3. Penelitian terdahulu

Pengumpulan Data

Primer 1. Wawancara

2. Pengamatan langsung

Sekunder

Data Purchase Order bahan baku tahun 2010

Analisis Data

1. Klasifikasi Bahan Baku menggunakan Analisis ABC 2. Optimalisasi persediaan bahan baku dengan kendala gudang

menggunakan metode non linier programming

3. Menghitung total biaya dengan menggunakan metode non linier programming

Hasil dan Pembahasan Rumusan Masalah

1. Bagaimana pemesanan bahan baku odner di PT Batara Indah? 2. Berapa klasifikasi bahan baku yang digunakan dalam proses

produksi odner PT Batara Indah dengan motode Analisis ABC? 3. Berapa tingkat pemesanan dan biaya optimal bahan baku jika

terjadi kendala volume gudang?

Kesimpulan dan Saran Tujuan

1. Mengetahui pemesanan bahan baku pada PT Batara Indah 2. Menganalisis klasifikasi bahan baku berdasarkan Analisis ABC

3. Menganalisis besarnya tingkat pemesanan persediaan dan biaya yang optimum jika terjadi kendala terbatasnya volume gudang


(30)

17

3.3 Waktu dan Tempat penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2010 – September 2010. Lokasi penelitian berada di PT Batara Indah Indonesia Kawasan Industri Sentul. Jalan Raya Olympic Raya Blok A 8 Sentul Bogor.

3.4 Jenis dan Metode Pengumpulan Data

Data-data yang diperlukan dalam penyelesaian masalah meliputi data primer dan data sekunder.

Data primer merupakan data yang dikumpulkan dengan cara pencatatan data, pengamatan langsung dan wawancara. Pengamatan langsung dilakukan dengan cara melihat langsung kondisi tempat proses produksi pembuatan odner dan gudang didampingi oleh manajer poduksi. Sedangkan wawancara tentang jenis bahan baku dan kapasitas gudang bahan baku dilakukan terhadap manajer produksi. Data yang didapat melalui hasil wawancara ini mengenai sistem persediaan, alur pemesanan bahan baku dan jenis barang yang diproduksi.

Data sekunder yang digunakan dalam penelitian merupakan data yang diperoleh dari bagian pembelian dan bagian Production Planning Inventory Control (PPIC). Data yang dibutuhkan meliputi data harga pembelian bahan baku dan data kebutuhan bahan baku per periode Juli 2010.

3.5Pengolahan Data

1. Langkah-langkah pengolahan data adalah sebagai berikut : a. Klasifikasi Bahan Baku

Pengelompokan persediaan bahan baku dengan Analisis ABC. Langkah-langkah yang harus dilakukan adalah

1. Menentukan volume tahunan dalam nilai rupiah yaitu: volume tahunan (unit) x harga per unit.

2. Menentukan persentase kebutuhan tahunan dalam nilai rupiah. Selanjutnya susun urutan item persediaan berdasarkan kebutuhan tahunan dalam nilai rupiah dari yang terbesar nilainya ke yang terkecil.

3. Klasifikasikan kedalam kelas A,B,C secara berturut-turut. Dalam pengolahan data untuk mendapatkan hasil yang akurat akan menggunakan software POM for Windows.


(31)

18

Penggunaan software POM for Windows menggunakan modul inventory dan kemudian masuk ke dalam fitur ABC Analysis. Parameter yang digunakan dalam menggunakan software tersebut adalah 20 persen untuk kategori A, 30 persen untuk kategori B dan 50 persen untuk kategori C. Penetapan parameter tersebut berdasarkan nilai yang biasa dipakai di berbagai perusahaan manufaktur.

b. Persediaan Bahan Baku dengan EOQ

Pengendalian persediaan bahan baku dalam penelitian ini menggunakan metode EOQ (Eonomic Order Quantity). Data yang dipergunakan dalam metode ini adalah biaya pesan, biaya simpan dan pemakaian per periode. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

... (1) Dimana : D = Penggunaan atau permintaan yang diperkirakan per periode waktu

S = Biaya pemesanan per pesanan (Rupiah)

H = Biaya penyimpanan per unit per tahun (Rupiah)

Hasil perhitungan metode EOQ akan menunjukkan jumlah ekonomis yang bisa dipesan oleh PT Bino. Jumlah ekonomis yang bisa dipesan diharapkan bisa menekan biaya produksi dan berdampak terhadap peningkatan keuntungan yang akan diterima oleh perusahaan. Perhitungan EOQ dibantu menggunakan software POM for Windows.

c. Klasifikasi Biaya Persediaan Bahan Baku Dengan Kendala Volume Gudang.

Gudang merupakan tempat untuk menyimpan bahan baku ataupun barang jadi. Terbatasnya luas gudang seringkali mengakibatkan pihak manajemen untuk membatasi kuantitas pemesanan. Pada penelitian ini didukung oleh data dari biaya pemesanan dan penyimpanan. Biaya pemesanan adalah biaya yang timbul selama proses pemesanan sampai barang tersebut dapat dikirim pemasok. Biaya pemesanan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain biaya sewa gudang, biaya inklaring, biaya bank, biaya telepon dan bea masuk. Biaya inklaring adalah biaya yang timbul dalam menyelesaikan dokumen-dokumen pengiriman barang. Biaya yang paling besar dikeluarkan PT Batara Indah secara umum terletak pada


(32)

19

biaya inklaring jika pemesanan diperoleh dari luar negeri. Biaya bank adalah biaya yang muncul pada saat transaksi pembayaran bahan baku kepada pemasok. Pembayaran dilakukan melalui bank sehingga dikenakan biaya tambahan untuk transfer uang ke negara pemasok yang dituju. Biaya telepon adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam melakukan pemesanan barang melalui telepon. Biaya bea masuk adalah biaya yang timbul pada saat barang sampai ke pelabuhan. Sedangkan biaya penyimpanan adalah biaya-biaya yang berkaitan dengan penyimpanan persediaan sepanjang waktu tertentu. Biaya penyimpanan meliputi biaya utilitas, biaya sewa gudang dan biaya equipment. Biaya utilitas adalah biaya fasilitas penyimpanan seperti biaya listrik, air, pemanas, pendingin. Namun biaya penyimpanan pada gudang bahan baku PT Bino hanya biaya listrik. Selain itu biaya simpan termasuk biaya sewa gudang. Biaya sewa gudang adalah biaya yang ditimbulkan karena penyimpanan bahan baku di gudang pelabuhan. Sebelum barang dibawa ke gudang pembeli maka terlebih dahulu menyelesaikan legal form sehingga barang yang dibawa tidak dinilai ilegal. Semakin lama legal form diselesaikan akan semakin tinggi pula biaya yang ditimbulkan.

Pada penelitian ini akan dilakukan penelitian terhadap persediaan bahan baku dengan kendala luas gudang. Metode yang akan digunakan adalah metode non linier programming. Data yang digunakan untuk metode ini antara lain luas gudang yang dipakai untuk menyimpan bahan baku, kemasan bahan baku dan cara menyimpan bahan baku. Perhitungan metode lagrange multiplier dibantu dengan software solver dari microsoft excell 2007. Penggunaan software ini dikarenakan formulasi yang digunakan bersifat non linier.

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

TC = = ) ...(2) Dengan pembatas


(33)

20 Dengan w : Kebutuhan luas gudang (m3)

W : Total luas gudang yang tersedia (m3) Qj : Jumlah pemesanan untuk item n (unit) Cj : Harga beli per unit item j (rupiah) Dj : Tingkat permintaan per tahun (unit) Aj : Biaya pesan (rupiah)

Ij : Persentase biaya simpan (%)

Perhitungan kebutuhan volume gudang masing-masing bahan baku dapat dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut :

……….(4)

Dengan Qn : Jumlah bahan baku yang dibutuhkan (unit)


(34)

21

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1Gambaran Umum Perusahaan

PT Batara Indah didirikan pada tahun 1986 sebagai perusahaan manufaktur dan distribusi peralatan kantor. PT Batara Indah memiliki lisensi untuk memproduksi peralatan kantor yang bermutu tinggi yaitu Bantex. PT Batara Indah melakukan penyempurnaan yang berkesinambungan dalam mutu produk dan sistem disribusi yang memungkinkan perusahaan untuk memberikan pelayanan yang lebih baik kepada para pelanggan. PT Batara Indah telah memakai memakai nama bino yang merupakan akronim dari Batara Indah Office Product. Akronim tersebut diharapkan dapat meningkatkan citra perusahaan sebagai perusahaan yang memiliki spesialisasi dalam memproduksi dan mendistribusi peralatan kantor yang bermutu tinggi. Kebijakan manajemen PT Bino tetap tidak berubah sesuai dengan motto perusahaan yaitu mutu dan pelayanan.

Selain memproduksi peralatan kantor PT Batara Indah juga mendistribusikan peralatan kantor dengan merek internasional dan bermerek Bantex, Elba, Linex, APLI, Lyra dan Xyron telah mengadakan ekspansi dan investasi dalam usaha memberikan tingkat yang terbaik kepada para pelanggan. Kantor pusat berada pada lahan seluas 12.000 meter persegi terletak di kawasan industri Sentul, Bogor , Jawa Barat. Komitmen perusahaan terhadap standar mutu yang tinggi telah mendapat pengakuan melalui Sertifikat ISO 9002 yang diberikan kepada Bantex Internasional pada tahun 1995.

PT Batara Indah dipimpin oleh seorang Komisaris yang bertanggung jawab atas seluruh kantor cabang perusahaan di berbagai negara dan sebagai pemegang saham. Setiap kantor cabang perusahaan yang ada di suatu negara dipimpin oleh seorang manajer direktur. Manajer direktur bertanggung jawab atas kinerja perusahaan lokal dan membuat laporan kepada komisaris. Manajer direktur juga membawahi seorang direktur yang bertanggung jawab atas kinerja perusahaan. Struktur Organisasi dapat dilihat pada Lampiran 1.

Direktur dalam perusahaan dibantu oleh beberapa divisi dengan tugas dan fungsi sebagai berikut :


(35)

22

a. Divisi Human Resources Development and General Affairs (HRD dan GA)

Divisi HRD dan GA bertanggung jawab atas pengembangan sumber daya manusia yang dibutuhkan agar proses produksi bisa berjalan dengan lancar. Selain itu juga bertanggung jawab atas rekrutmen karyawan. b. Divisi CashManagement

Divisi Cash Management bertanggung jawab dan berwenang terhadap keuangan perusahaan, arus uang yang berhubungan dengan keluar masuk dana. Divisi ini menerima berbagai transaksi keuangan maupun data lain yang menyebabkan pengurangan ataupun penambahan aktiva. Divisi ini juga bertugas menentukan harga pokok produk.

c. Divisi Information Technology (IT)

Divisi IT bertanggung jawab atas sistem perusahaan yang sifatnya virtual. Misalkan pengolahan database perusahaan.

d. Divisi Export

Divisi Export bertanggung jawab atas segala kelengkapan yang berhubungan dengan ekspor barang jadi. Divisi ini membuat dokumen yang akan digunakan sebagai kelengakapan dalam melakukan kegiatan ekspor sehingga ekspor bisa bersifat legal.

e. Divisi Research and Development (R & D)

Divisi Research and Development bertanggung jawab atas pengembangan produk yang akan diproduksi. Divisi ini melakukan penelitian terhadap kebutuhan konsumen mengenai jenis Alat Tulis Kantor (ATK) sehingga perusahaan dapat memproduksi dan memenuhi permintaan pasar.

f. Divisi Factory GM

Divisi Factory GM bertanggung jawab atas proses produksi yang berlangsung dari segi kualitas ataupun kuantitas. Dalam menjalankan tugasnya, Factory GM dibantu oleh beberapa bagian antara lain Production, Engineering, Planning Product Inventory Control dan Cost Accounting.


(36)

23 g. Divisi Distribution GM

Divisi Distribution GM bertanggung jawab atas pemasaran produk dan proses distribusi dari perusahaan ke konsumen. Divisi ini dibantu oleh beberapa bagian antara lain Marketing, Sales, Logistic, Accounting, Finance. Pada bagian Logistic dibantu beberapa bagian antara lain Inventory, Warehouse, Delivery.

4.2 Sistem Pemesanan Bahan Baku 4.2.1 Karakteristik Bahan Baku

PT Batara Indah merupakan perusahaan manufaktur yang memproduksi alat tulis kantor antara lan Odner, Document Files, Clip Board, Tape Dispenser, Binder dan lain-lain. Proses produksi odner membutuhkan berbagai macam bahan baku. Jenis odner yang diproduksi oleh PT Bino terdiri dari odner berukuran besar dan kecil. Produk odner bisa dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Gambar Produk Odner Bahan baku yang digunakan antara lain :

1. Grey Board

Grey board digunakan untuk membuat badan dari odner itu sendiri. Alasan pemilihan bahan grey board adalah agar odner yag dihasilkan akan lebih kuat dan tidak cepat rusak. Ukuran grey board yang digunakan dalam proses produksi odner adalah 2.35 x 639 x 344mm.

2. PVC (Poly Vinyl Cloride)

PVC digunakan untuk melapisi badan odner sehingga lebih menarik. Alasan pemilihan bahan PVC karena bahan tersebut mempunyai sifat yang tahan terhadap air sehingga odner jika terkena air tidak cepat rusak. Bahan PVC juga mempunyai warna yang berbeda-beda sehingga bisa menarik


(37)

24

konsumen. Ukuran PVC yang digunakan dalam proses produksi odner antara lain 0.13mm x 1.17 x 250m untuk odner berukuran kecil. Sedangkan PVC dengan ukuran 0.13mm x 1.34 x 250m untuk odner yang berukuran besar. Warna yang digunakan untuk melapisi badan odner antara lain merah, hitam, biru, silver, cobalt blue dan kuning.

3. Lem Putih (Fox Inpack)

Lem putih digunakan untuk merekatkan PVC pada grey board. Alasan penggunaan lem putih karena dapat menghasilkan daya rekat yang bagus antara PVC dengan grey board dan dari segi biaya lebih terjangkau.

4. Mekanik/LAF (Lever Arch File)

Mekanik digunakan untuk menaruh kertas yang diletakkan pada sisi dalam odner. Bahan baku mekanik terbuat dari aluminium. Cara kerja mekanik yang bisa terbuka dan tertutup memudahkan konsumen untuk meletakkan kertas di dalamnya. Ukuran mekanik yang digunakan dalam produksi odner antara lain LAF 50mm untuk odner yang berukuran kecil sedangkan LAF 75mm untuk odner yang berukuran besar.

Pemasok bahan baku dikelompokkan menjadi dua yaitu pemasok dari dalam negeri dan luar negeri. Artinya bahan baku sebagian diperoleh dari luar negeri dan dalam negeri. Jenis bahan baku dan pemasoknya dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Jenis Bahan Baku dan Asal Pemasok

Jenis Bahan Baku Pemasok Asal Negara

Grey Board

1. Muda Paper Mills Sdn

2. Roll & Ream Corp LTD

Malaysia Thailand

PVC (Poly Vinyl Cloride)

PVC 0.13mm x 1.17 x 250mm (Red) PVC 0.13mm x 1.17 x 250mm (Black) PVC 0.13mm x 1.17 x 250mm (Cobalt Blue) PVC 0.13mm x 1.34 x 250mm (Blue) PVC 0.13mm x 1.34 x 250mm (Red) PVC 0.13mm x 1.34 x 250mm (Black) PVC 0.13mm x 1.34 x 250mm (Orange) PVC 0.13mm x 1.34 x 250mm (Silver)

Ocean Plastic Co. LTD Taiwan

Fox Inpack 1. PT Ronadamar

Sejahtera Pulo Gadung (Indonesia) Mechanism LAF 50mm LAF 75mm

1. Wah Hing Stationery 2. World Wide

Stationery


(38)

25

4.2.2 Prosedur Pemesanan dan Penerimaan Bahan Baku

Pembelian bahan baku oleh PT Bino terdiri dari pembelian lokal dan pembelian impor. Hal ini dikarenakan bahan baku yang digunakan berasal dari dalam dan luar negeri. Namun sebagian besar bahan baku di dapat dari luar negeri. Proporsi bahan baku yang didatangkan dari luar negeri sekitar 90 persen dan yang didatangkan dari dalam negeri hanya sekitar 10 persen. Pemesanan bahan baku dilakukan oleh bagian Production Planning Inventory Control (PPIC).

Prosedur pembelian bahan baku diawali dengan laporan bahan baku yang diperoleh dari bagian gudang bahan baku. Kemudian bagian PPIC membuat Purchase Order (PO) untuk dikirimkan ke pemasok. Pembelian bahan baku yang bernilai lebih dari 200 juta rupiah harus mendapat persetujuan dari direktur. Namun pembelian bahan baku jika kurang dari dua ratus juta rupiah tidak harus mendapat persetujuan dari direktur dengan diterbitkan memo intern sebagai persetujuan pembelian bahan baku. Pemasok kemudian memproduksi bahan baku yang dipesan dalam kurun waktu dua minggu. Setelah selesai diproduksi barang yang dipesan oleh perusahaan dikirim menuju Pelabuhan Tanjung Priuk selama kurang lebih satu minggu. Barang yang telah sampai di Pelabuhan Tanjung Priuk tidak langsung dikirim ke PT Batara Indah Indonesia namun harus melalui proses ijin masuk ke Indonesia dikarenakan barang impor. Proses penyelesaian dokumen untuk mendapat ijin agar barang tersebut dapat masuk ke Indonesia diperlukan waktu kurang lebih satu minggu. Barang yang sudah dapat mendapat ijin masuk dapat langsung dikirim menuju gudang PT Batara Indah Indonesia

Bahan baku yang datang dari luar negeri langsung masuk ke dalam gudang bahan baku di PT Batara Indah Indonesia. Pemasok bahan baku sebelumnya mengirimkan Purchase List kepada PT Bino. Purchase List berisi jumlah bahan baku yang dikirimkan dan jenis bahan baku. Bahan baku yang datang akan dicocokkan dengan purchase list yang dikirimkan oleh pemasok. Jika isi kontainer dengan purchase list berbeda maka akan dikonfirmasi ulang kepada pihak pemasok. Bagian gudang material akan membuat Bukti Penerimaan Barang (BPB) jika barang yang datang telah cocok. Perbedaan pembelian bahan baku yang diperoleh dari dalam negeri dan luar negeri terletak pada waktu tunggu barang datang. Barag dari dalam negeri mempunyai masa tunggu yang relatif


(39)

26

singkat dikarenakan barang dikirim tidak menggunakan transportasi laut tapi menggunakan transportasi darat dan tidak melewati tahap validasi dokumen di pelabuhan. Skema pembelian dan penerimaan bahan baku impor dapat dilihat pada Gambar 7.


(40)

27

Gambar 7. Skema Pembelian bahan baku yang berasal dari luar negeri

Ya

Tidak

Melaporkan Persediaan Bahan baku

Membuat PO untuk pemasok

Pembelian bahan Baku

Persetujuan Direktur perusahaan Pembelian

≤ 200 juta

Pengiriman Bahan Baku via Kapal

Mengurus surat legal di Pelabuhan

Bahan Baku dikirim ke PT Batara Indah Indonesia Rencana Pembelian Bahan

Baku Odner


(41)

28

Waktu tunggu bahan baku datang ke gudang material PT Batara Indah Indonesia memerlukan waktu kurang lebih dua minggu. Skema pembelian bahan baku dari dalam negeri dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Skema Pembelian Bahan Baku yang berasal dari Dalam Negeri Membuat PO untuk pemasok

Pembelian bahan Baku

Persetujuan Direktur perusahaan

Ya

Tidak

Pembelian

≤ 200 juta

Laporan Persediaan Bahan baku

Bahan baku dikirim ke PT Batara Indah Indonesia Rencana Pembelian Bahan

Baku Mulai


(42)

29

4.3 Analisis Persediaan Bahan Baku dengan Metode Analisis ABC

Metode Analisis ABC digunakan untuk membagi persediaan di tangan ke dalam tiga klasifikasi berdasarkan volume tahunan dalam jumlah uang. Untuk menentukan nilai uang tahunan dari volume dalam analisis ABC yaitu mengukur permintaan tahunan dari setiap butir persediaan dikalikan dengan biaya per unit. Hasil dari investasi tahunan dijadikan dasar dalam mengelompokkan bahan baku menjadi tiga kategori yaitu kategori A,B dan C. Jenis bahan baku dan jumlah investasi tahunan dapat dilihat pada tabel 3.

Berdasarkan Tabel 3. dapat dilihat bahwa bahan baku yang masuk kategori A antara lain LAF 75 mm dan grey board. Jenis bahan baku yang masuk kategori B antara lain Lem, LAF 50mm, PVC 0.13mm x 1.34 x 250mm (Blue), PVC 0.13mm x 1.17 x 250mm (Cobalt Blue). Sedangkan jenis bahan baku yang masuk kategori C antara lain PVC 0.13mm x 1.34 x 250mm (Black), PVC 0.13mm x 1.17 x 250mm (Black), PVC 0.13mm x 1.17 x 250mm (Red), PVC 0.13mmx 1.34 x 250mm (Red), PVC 0.13mm x 1.34 x 250mm (Silver), PVC 0.13mm x 1.34 x 250mm (Orange).

Dapat dilihat juga bahwa bahan baku yang mempunyai tingkat penggunaan yang besar akan berpengaruh terhadap besarnya tingkat investasi yang dikeluarkan. Faktor tingkat penggunaan dan investasi juga akan menentukan kategori dari bahan baku itu sendiri. Misalkan LAF 75 mm mempunyai tingkat penggunaan paling besar dan nilai investasi yang besar. Oleh karena itu item tersebut masuk dalam kategori A.

Kebijakan yang bisa diambil dari hasil analisis ABC antara lain : a. Kategori A

Bahan baku LAF 75 mm terbuat dari bahan stainless dan bahan baku grey board terbuat dari kertas. Kedua bahan baku tersebut mempunyai tingkat penggunaan dan investasi yang tinggi. Sehingga pada penyimpanannya harus benar-benar diperhatikan. Jika terjadi kerusakan dalam penyimpanan akan menimbulkan kerugian yang cukup besar karena perusahaan harus memesan kembali bahan baku.

Kebijakan yang bisa diambil perusahaan dalam mengatasi bahan baku LAF 75mm adalah pertama, menjauhkan bahan baku dari air hl ini disebabkan


(43)

30

kemasan yang digunakan dalam menyimpan LAF 75mm adalah kardus. Sifat kemasan kardus yang mudah rusak jika terkena air dikhawatirkan akan merusak LAF 75mm di dalamnya. Kedua, jumlah tumpukan kardus harus dibatasi karena setiap kardus mempunyai kemampuan beban yang terbatas. Jika tumpukan kardus terlalu banyak maka akan merusak kardus dibawahnya dan bisa merusak LAF 75mm. Kebijakan yang bisa diambil dalam penyimpanan grey board tidak jauh beda dengan penyimpanan LAF 75mm karena grey board terbuat dari kertas yang rentan terhadap air. Sehingga jika grey board terkena air akan merusak bahan baku tersebut.

b. Kategori B

Kategori B merupakan bahan baku yang tingkat penggunaan dan tingkat investasinya dibawah kategori A. Bahan baku yang termasuk kategori B antara lain Lem, LAF 50mm, PVC 0,13mm x 1,34 x 250m (blue), PVC 0,13mm x 1,17 x 250m (cobalt blue). Jenis bahan baku yang termasuk kategori B adalah bahan baku yang penggunaan dan investasinya tidak terlalu besar dan terlalu kecil. Berdasarkan jenis bahan bakunya lem termasuk bahan baku utama. Lem, PVC 0,13mm x 1,34 x 250m (blue), PVC 0,13mm x 1,17 x 250m (cobalt blue) masuk kategori B dikarenakan tingkat penggunaan yang besar namun tingkat investasinya tidak besar. LAF 50mm masuk dalam kategori B juga dikarenakan alasan yang sama. Tingkat penggunaan yang tidak besar disebabkan kapasitas produksi odner kecil hanya 10% dari total produksi odner keseluruhan.

Kebijakan yang bisa diambil untuk mengatasi bahan baku LAF 50mm hampir sama dengan perlakuan LAF 75mm karena sifat barang dan kemasan yang sama. Lem bersifat liquid sehingga jika terkena panas akan merusak kualitas dari bahan itu sendiri. Penyimpanan Lem menggunakan drum berbahan rangka besi dan dijauhkan dari sinar matahari.

c. Kategori C

Kategori C merupakan bahan baku yang tingkat penggunaan dan tingkat investasi yang rendah. Bahan baku yang termasuk kategori C antara lain PVC 0.13mm x 1.34 x 250mm (Black), PVC 0.13mm x 1.17 x 250mm (Black), PVC 0.13mm x 1.17 x 250mm (Red), PVC 0.13mmx 1.34 x 250mm (Red), PVC 0.13mm x 1.34 x 250mm (Silver), PVC 0.13mm x 1.34 x 250mm (Orange).


(44)

31

Bahan baku dengan kategori C diletakkan di bagian belakang karena presentase penggunaaan bahan baku yang sedikit. Pengelompokkan jenis bahan baku berdasarkan Analisis ABC disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Pengelompokkan Jenis Bahan Baku Berdasarkan Analisis ABC

Jenis Bahan Baku Pemakaian Tahunan Biaya Investasi per item (Rp) Investasi Tahunan (Rp) Persentas e Biaya per tahun (%) Kumulatif Persentasi Biaya (%) Kelas

LAF 75 mm 2.554.200 pcs 2.031 5.187.580.200 42.64 42.64 A

Grey Board 2.138.400 lbr 2.037 4.355.920.800 35.8 78.44 A

Fox Inpack

1.584.000 ons 1.375 2.178.000.000 17.9 96.34 B

LAF 50mm 204.336 pcs 2.031 415.006.416 3.41 99.75 B

PVC 0.13mm x 1.34 x 250mm (Blue) 2.796 roll 4.417 1.007.076 0.09 99.84 B

PVC 0.13mm x 1.17 x 250mm (Cobalt

Blue) 2.052 roll 3.696 7.584.192 0.06 99.9 B

PVC 0.13mm x 1.34 x 250mm (Black) 9.36 roll 3.709 10.370.364 0.03 99.83 C

PVC 0.13mm x 1.17 x 250mm (Black)

6.84 roll 3.696 2.528.064 0.02 99.95 C

PVC 0.13mm x 1.17 x 250mm (Red)

6.84 roll 3.696 2.528.064 0.02 99.97 C

PVC 0.13mm x 1.34 x 250mm (Red) 4.68 roll 3.709 1.735.812 0.01 99.98 C

PVC 0.13mm x 1.34 x 250mm (Silver) 2.28 roll 3.709 3.471.624 0 100 C

PVC 0.13mm x 1.34 x 250mm

(Orange) 2.28 roll 3.709 845.652 0 100 C

4.4 Persediaan Bahan Baku yang Optimal dengan Kendala Volume Gudang 4.4.1 Kapasitas Gudang dan Media Penanganan Bahan.

PT Bino memiliki gudang bahan baku dengan kapasitas 200m3. Bahan baku diletakkan dalam beberapa alat penanganan seperti palet, kardus dan drum. Pada bahan baku pertama yaitu penyimpanan grey board menggunakan palet dengan ukuran 1,2m x 0,8m x 8.48m sehingga volume palet 8,14m3. Setiap palet terdiri dari empat tumpukan kertas dengan kapasitas tiap tumpukan adalah 1000 lembar. Sehingga setiap palet mempunyai kapasitas 4000 lembar. Bahan baku ketiga yaitu penyimpanan lem menggunakan drum sebagai alat penanganan bahan. Drum yang digunakan mempunyai ukuran diameter 58 cm dan tinggi 88 cm sehingga volume drum adalah 0,235 m3. Setiap drum dapat menampung 200 kg fox inpack. Bahan baku yang keempat adalah mekanik. Mekanik (LAF)


(45)

32

disimpan dalam kardus dengan dimensi 0,47m x 0,34m x 0,28m sehingga volume kardus adalah 0,045m3. Pada penyimpanan mekanik, kardus diatur di atas palet dengan ukuran 1,2m x 0,8m x 0,12m sehingga palet mempunyai volume 0,288m3. Setiap palet terdiri atas 30 kardus dengan kapasitas setiap kardus adalah 200 pcs artinya di atas palet terdapat mekanik sebanyak 6000 pcs. Volume dan kapasitas media penanganan bahan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Volume dan Kapasitas Media Penanganan Bahan No Jenis Bahan

Baku

Volume

(m3) Kapasitas

Media Penanganan Bahan

1 Grey Board 8,14 4.000 Lbr Palet

2 PVC 0,115 15 Roll Palet

3 Fox Inpack 0,235 200 Kg Drum

4 Mekanik (LAF) 0,288 6.000 pcs Palet dan Kardus

PT Bino mengeluarkan beberapa biaya untuk mendatangkan bahan baku dari pemasok hingga ke gudang material. Biaya persediaan terdiri dari biaya pemesanan dan biaya penyimpanan.

Biaya pemesanan yang dikeluarkan oleh PT Bino jika barang yang dipesan harus didatangkan dari luar negeri. Secara rinci biaya pemesanan bisa dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Biaya Pemesanan Bahan Baku PT Bino per pesan

Jenis Bahan Baku Komponen Biaya Pesan Biaya Pesan (Rp)

Grey Board Biaya Bank 220.000

Biaya Inklaring 1.650.000

Total 1.870.000

Fox Inpack Biaya Telepon ke

pemasok dalam negeri 3.300

Total 3300

LAF Biaya Bank 220.000

Biaya Inklaring 1.375.000

Total 1.595.000

PVC Biaya Bank 220.000


(46)

33 Lanjutan Tabel 4.

Jenis Bahan Baku Komponen Biaya Pesan Biaya Pesan (Rp)

PVC Biaya Inklaring 1.375.000

Total 33.696.300

4.4.2 Biaya Penyimpanan

Biaya penyimpanan yang dikeluarkan PT Bino untuk menyimpan bahan baku dapat secara rinci dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Biaya Penyimpanan Bahan Baku PT Bino

Jenis Bahan Baku Komponen Biaya Biaya/Unit/Tahun (Rp)

Grey Board Biaya Utilitas 5,38

Biaya Equipment 0,44 Biaya Sewa Gudang Pelabuhan Tanjung Priok

2,43

Total 8,26

FI Biaya Utilitas 1,81

Biaya Equipment 0,45

Total 2,26

LAF Biaya Utilitas 2,08

Biaya Equipment 0,17 Biaya Sewa Gudang Pelabuhan Tanjung Priok

2,02

Total 4,28

PVC Biaya Utilitas 232,7

Biaya Equipment 6,39 Biaya Sewa Gudang Pelabuhan Tanjung Priok

115,4


(47)

34

Tabel 6. Data Permintaan Item dan Biaya-Biaya yang Terkait dengan Inventory

Jenis Bahan

Baku Permintaan

Harga Beli (Rp)

Biaya pesan (Rp)

Biaya simpan per tahun per

unit (Rp) Grey Board 2.138.400 sheet 2.037 1.870.000 8,26

PVC 4.332 roll 3.792 33.696.300 354,5

Fox Inpack 1.584.000 kg 1.375 3.300 2,26

Mekanik 2.758.536 pcs 2.031 1.595.000 4,28

Berdasarkan data di atas maka bisa dibuat formulasi dengan tujuan minimalkan total biaya sebagai berikut ini :

Sedangkan formulasi fungsi kendala sebagai berikut :

Keterangan :

Q1 = Jumlah Grey Board Q2 = Jumlah PVC Q3 = Jumlah Fox Inpack Q4 = jumlah Mekanik

Dari fungsi tujuan dan kendala yang telah ditentukan diatas maka diperoleh nilai dari Q1,Q2.Q3 dan Q4 dapat dilihat pada Tabel 7 sebagai berikut :


(48)

35

Tabel 7. Jumlah bahan baku yang optimal

Jenis Bahan Baku Jumlah

Grey board 63.645,8 sheet

PVC 6.119 roll

Fox Inpack 3.032,9 kg

Mekanik 416.751.3 pcs

Total kebutuhan volume bahan baku 199.9 m3

Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa masing-masing bahan baku mempunyai kapasitas maksimal yang mampu ditampung dalam gudang bahan baku PT Batara Indah Indonesia. Jika jumlah bahan baku yang ada ditampung melebihi jumlah maksimal yang telah ditentukan maka gudang akan penuh. Hal tersebut berpengaruh terhadap penyimpanan bahan baku. Alternatif yang bisa diambil adalah menyimpan bahan baku diluar gudang bahan baku atau perusahaan menyewa gudang bahan baku lain untuk menyimpan sisa bahan baku yang tidak bisa ditampung pada gudang utama. Jumlah masing-masing bahan baku tersebut merupakan jumlah optimal dalam persediaan bahan baku. Kebutuhan volume gudang untuk setiap masing-masing bahan baku dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8. Kebutuhan Volume Gudang Masing-Masing Bahan Baku Jenis Bahan Baku Jumlah Bahan Baku Kebutuhan volume

gudang (m3) Grey Board

63.645,8 sheet 129,52

PVC

6.119 roll 46,91

Fox Inpack

3.032,9 Kg 3,56

Mekanik (LAF)

416.751 pcs 20

Total 199,9

Berdasarkan pada Tabel 8 bahwa grey board memiliki kebutuhan volume gudang yang paling besar. Besarnya kebutuhan volume gudang dipengaruhi beberapa faktor antara lain jumlah bahan baku, media penanganan bahan dan dimensi dari bahan baku itu sendiri. Jumlah kebutuhan volume gudang untuk masing-masing bahan baku adalah 199,9 m3. Sedangkan total volume gudang yang dimiliki oleh perusahaan adalah 200 m3. Sehingga jumlah kebutuhan volume


(49)

36

gudang untuk bahan baku tidak lebih besar dari total volume gudang yang dimiliki oleh perusahaan.

Jumlah masing-masing bahan baku tersebut dikatakan optimal karena tidak melebihi parameter total volume gudang yang ada. Sehingga perhitungan tersebut bisa dikatakan layak. Jika terjadi pemesanan melebihi jumlah perhitungan tanpa memperhatikan jumlah bahan baku lainnya maka jumlah kebutuhan volume gudang akan melebihi 199,9 m3. Maka yang akan terjadi adalah gudang akan penuh karena tidak mampu menampung bahan baku yang ada.

Berdasarkan perhitungan optimalisasi bahan baku dengan menggunakan metode lagrange multiplier terlihat perbedaan yang cukup signifikan dengan pengendalian persediaan yang dilakukan oleh perusahaan. Perbedaaan tersebut dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Kuantitas Pemesanan Bahan Baku dan Kebutuhan Luas Gudang

Jenis Bahan Baku

Metode Perusahaan Metode Lagrange Multiplier Kebutuhan

bahan baku

Kebutuhan Luas gudang

(m3)

Kebutuhan Bahan Baku

Kebutuhan Luas Gudang

(m3) Grey Board 78.000 sheet 158,73 63.645,8 sheet 129,52

PVC 280 roll 2,15 6.119 roll 46,91

Fox inpack 2500 kg 2,94 3.032,9 Kg 3,56

Mekanik 110.000 pcs 5,28 416.751 pcs 20

Total Luas gudang 169,09 199,9

Total Biaya Rp 445.159.560 Rp 100.885.103,49

Berdasarkan Tabel 9 di atas maka dapat dilihat bahwa pemesanan yang dilakukan oleh perusahaan belum maksimal. Masih terdapat ± 30,91 m3 sisa tempat yang masih bisa digunakan untuk menyimpan bahan baku. Pemanfaatan sisa ruang dapat dilakukan dengan penambahan jumlah bahan baku yang akan disimpan dalam gudang tersebut. Dengan memaksimalkan volume gudang maka persediaan bahan baku akan lebih optimal. Jumlah bahan baku juga berpengaruh terhadap total biaya yang dikeluarkan perusahaan. Total biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam pembelian bahan baku sebesar Rp 445.159.560 sedangkan


(50)

37

menggunakan metode non linier biaya pembelian bahan baku lebih rendah yaitu

sebesar Rp 100.885.103,49. Perusahaan dapat menghemat biaya sebesar Rp 344.274.457 atau sekitar 300%.

4.5 Implikasi Manajerial

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil implikasi manajerial yang bisa menjadi dasar pertimbangan PT Batara Indah Indonesia dalam pengendalian bahan baku odner. Beberapa implikasi manajerial yang bisa diterapkan dari hasil penelitian antara lain :

1. Klasifikasi Bahan Baku

Bahan baku yang akan digunakan dalam proses produksi dapat diklasifikasikan sesuai dengan masing-masing tingkat investasi dan kuantitas bahan baku. Sehingga dapat dibuat kebijakan-kebijakan terhadap masing-masing klasifikasi bahan baku. Penerapan kebijakan yang sesuai dengan klasifikasi bahan baku dapat mengendalikan bahan baku dari segi penyimpanan dan media penanganan bahan yang digunakan. Misalkan pada bahan baku jenis grey board yang termasuk klasifikasi A media penyimpanan menggunakan palet sehingga ada jarak antara grey board dengan lantai. Penyimpanan tersebut dilakukan agar grey board mudah dipindahkan ke tempat lain dikarenakan adanya palet sebagai alas. Penggunaan palet juga berfungsi sebagai pencegahan grey board untuk terkena air karena jika terkena air maka grey board akan rusak dan tidak bisa dipakai dalam proses produksi.

2. Optimalisasi Bahan Baku

Bahan baku merupakan faktor yang penting dalam proses produksi. Pemesanan bahan baku pada pemasok disesuaikan dengan kapasitas produksi dan kapasitas gudang bahan baku yang digunakan dalam menyimpan bahan baku sebelum dipakai dalam proses produksi. Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan perusahaan dapat memesan dalam jumlah maksimal bahan baku dengan grey board sebanyak 63.645 sheet, PVC sebanyak 6.119 roll, lem sebanyak 3.032 kg dan LAF (mekanik) sebanyak 416.751 pcs. Jumlah masing-masing bahan baku tersebut


(51)

38

merupakan jumlah yang optimal dengan dibatasi oleh volume gudang perusahaan sebesar 200 m3.

Pemesanan bahan baku dengan memperhatikan volume gudang yang dimiliki perusahaan dapat berguna bagi perusahaan untuk merencanakan jumlah bahan baku yang bisa dibeli sehingga semua bahan baku bisa disimpan dalam gudang bahan baku. Selain itu, perusahaan dapat menyesuaikan anggaran yang akan dikeluarkan untuk pembelian bahan baku. Sehingga selain dapat mengendalikan bahan baku dalam gudang juga bisa mengendalikan keuangan perusahaan yang digunakan untuk pembelian bahan baku.


(52)

39

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Pemesanan bahan baku dibedakan menjadi dua yaitu pemesanan bahan baku dari dalam negeri dan dari luar negeri. Bahan baku yang berasal dari luar negeri mempunyai lead time lebih lama satu minggu daripada bahan baku yang berasal dari dalam negeri. Hal ini dikarenakan adanya penyelesaian dokumen di pelabuhan kurang lebih satu minggu. Bahan baku yang berasal dari dalam negeri tidak melalui tahapan penyelesaian dokumen di pelabuhan karena bahan baku dikirim melalui perjalanan darat.

2. Bahan baku odner terdiri dari empat jenis yaitu grey board, PVC, fox inpack dan mekanik. Berdasarkan klasifikasi ABC maka,

a. Kategori A

Bahan baku yang termasuk dalam kategori A antara lain LAF 75mm dan Grey Board. Kebijakan yang bisa diambil pertama, menjauhkan bahan baku dari air. Karena kemasan yang digunakan dalam menyimpan LAF 75mm adalah kardus. Sifat kemasan kardus yang mudah rusak jika terkena air dikhawatirkan akan merusak LAF 75mm di dalamnya. Kedua, jumlah tumpukan kardus harus dibatasi karena setiap kardus mempunyai kemampuan beban yang terbatas. Sedangkan kebijakan yang bisa diambil dalam penyimpanan grey board tidak jauh beda dengan penyimpanan LAF 75mm karena grey board terbuat dari kertas yang rentan terhadap air. b. Kategori B

Bahan baku yang termasuk kategori B antara lain Fox Inpack, LAF 50mm, PVC 0,13mm x 1,34 x 250m (blue), PVC 0,13mm x 1,17 x 250m (cobalt blue). Kebijakan yang bisa diambil untuk mengatasi bahan baku LAF 50mm hampir sama dengan perlakuan LAF 75mm karena sifat barang dan kemasan yang sama. Fox inpack bersifat liquid sehingga jika terkena panas akan merusak kualitas dari bahan itu sendiri.

c. Kategori C

Bahan baku yang termasuk kategori C antara lain PVC 0.13mm x 1.34 x 250mm (Black), PVC 0.13mm x 1.17 x 250mm (Black), PVC 0.13mm x


(53)

40

1.17 x 250mm (Red), PVC 0.13mmx 1.34 x 250mm (Red), PVC 0.13mm x 1.34 x 250mm (Silver), PVC 0.13mm x 1.34 x 250mm.

2. Jumlah pemesanan optimal jenis bahan baku grey board sebesar 63.645 sheet, PVC sebesar 6.119 roll, Fox Inpack sebesar 3.032 kg dan Mekanik sebesar 416.751 pcs. Nilai dari masing-masing bahan baku tersebut terbukti optimal karena jika digabungkan tidak melebihi kapasitas gudang sebesar 200m3. Pengendalian bahan baku dengan menggunakan metode non linier akan terjadi penghematan total biaya sebesar 300 persen.

B.SARAN

1. Perusahaan dapat menerapkan klasifikasi bahan baku dengan analisis ABC sehingga bahan baku dapat dikelompokkan berdasarkan karakteristik bahan baku.

2. Pada penelitian selanjutnya dapat memperluas penelitian dengan menambah batasan investasi dalam perhitungan persediaan bahan baku.


(54)

41

DAFTAR PUSTAKA

Assauri, S. 1980. Managemen Produksi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Bernard, W. 2008. Management Science. Salemba Empat. Jakarta

Handoko, T.H 2000. Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi. BPFE, Yogyakarta.

Indrajit, E R dan R Djokopranoto. 2003. Manajemen Persediaan. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.

Kusrini E. 2005. Sistem Persediaan Multi Item dengan Kendala Investasi dan Luas Gudang. JTEKNOIN, Vol. 10, No. 2, Juni 2005, 95-103.

Kusuma, H. 1999. Manajemen Produksi Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Andi, Yogyakarta.

LCE (Life Cycle Engineering). 2010. ABC Analysis of MRO Inventory. Jurnal. Reksohadiprodjo, S. 1990. Manajemen Produksi dan Operasi, BPFE, Yogyakarta. Heizer, J dan B. Render. 2005. Manajemen Operasi (Terjemahan). Salemba

Empat. Jakarta.

Heizer, J dan B. Render. 2005. Principles of Operations Management. Prentice Hall. New Jersey

Heizer, J dan B. Render. 2001. Prinsip-Prinsip Manajemen Operasi. Salemba Empat. Jakarta.

Resisca, J. 2009. Mempelajari Sistem Pengendalian Persediaan Bahan Baku Mi Instan di PT Jakarana Tama. Skripsi. Fakultas Ekonomi Manajemen. Institut Pertanian Bogor.

Saragi, Y. 2010. Analisis Perencanaan dan Pengendalian Persediaan Bahan Baku pada UKM Waroeng Cokelat. Skripsi. Fakultas Ekonomi Manajemen. Institut Pertanian Bogor.

Sumayang, L. 2003. Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Salemba Empat, Jakarta.

Tampubolon, M. 2004. Manajemen Operasional (Operations Management). Ghalia Indonesia. Jakarta.

Waters, C.D.J. 1992. Inventory Control and Management. John Wiley and Sons Ltd, England.


(55)

42


(56)

43

Lampiran 1. Struktur Organisasi PT Batara Indah Indonesia Board of Commisioner

Kristanto Widjaja Managing Director

Linda Ismadi Director

Encep Saibatul HRD & GA

Fanny Secretary Tang Widiastuty Cash Management Henetick IT Gren Export R& D Johan Gunawan Distribution GM Encep Saibatul Factory GM Tunggul Siagian Wakil Logistic Rep Office Johan Gunawan Sales Tunggul Siagian Marketing Tanti Cost Accounting Fahmie PPIC Budi Saputro Engineering Nasikin Production Budi Saputro Delivery Asep Warehouse Fonda Inventory


(57)

44

Lampiran 2. Laporan Produksi PT Batara Indah Indonesia

Jenis produk Jumlah (unit)

LAF FC 7 cm /A4 1.155.983

LAF A5 7 cm/KW 75.715

Q-biz Ordner Plastic 14.520

LAF Economic 1401,1402,1403 272.752

Q-biz Ordner karton 41.160

Papeo Economic LAF FC/A5 29.724

LAF Binder A3 22.034

Comp File 14 7/8 23.522

Comp File 9 1/8 10.282

Data Ring 14 7/8 2.525

Data Ring 9 1/2 2.513

Ring Binder 210.845

Clip File 157.384

Insert Binder 503.649

Laminating, Linmaster 3.377

Trolley 0

Mylar 309.195

Cardboard Divider 401.360

PP Colour Divider 50.395

Magazine File 231.747

Q-biz Box File 3.657

PP Display Book 118.086

Suspension File 286.300

Desk Pad 200

747 889

Document File 37.066

Papeo Gift Box 9.984

Bantex Plastic Clipboard 7.300

PP Folder FC/A4 8.100

Sketch Book 26.870


(58)

45 Lampiran 3. SoftwareSolver dari Microsoft 2007


(59)

46 Lanjutan Lampiran 3


(60)

47 Lanjutan dari Lampiran 3


(61)

48 Lampiran 4.Biaya Simpan Per Unit Per Tahun

Jenis Bahan Baku Kebutuhan Tahunan Biaya Simpan Biaya Per Unit

LAL 2758536 5.760.000 2.088064104

475.200 0.172265289

5.596.707 2.028868574

Total 4.289197966

Grey Board 2138400 11.520.000 5.387205387

950.400 0.444444444

5.210.623 2.436692387

Total 8.268342218

Fox Inpack 1584000 2.880.000 1.818181818

712.800 0.45

Total 2.268181818

PVC 37128 8.640.000 232.708468

237.600 6.39948287

4.285.699 115.430376


(62)

(1)

44

Lampiran 2. Laporan Produksi PT Batara Indah Indonesia

Jenis produk Jumlah (unit)

LAF FC 7 cm /A4 1.155.983

LAF A5 7 cm/KW 75.715

Q-biz Ordner Plastic 14.520

LAF Economic 1401,1402,1403 272.752

Q-biz Ordner karton 41.160

Papeo Economic LAF FC/A5 29.724

LAF Binder A3 22.034

Comp File 14 7/8 23.522

Comp File 9 1/8 10.282

Data Ring 14 7/8 2.525

Data Ring 9 1/2 2.513

Ring Binder 210.845

Clip File 157.384

Insert Binder 503.649

Laminating, Linmaster 3.377

Trolley 0

Mylar 309.195

Cardboard Divider 401.360

PP Colour Divider 50.395

Magazine File 231.747

Q-biz Box File 3.657

PP Display Book 118.086

Suspension File 286.300

Desk Pad 200

747 889

Document File 37.066

Papeo Gift Box 9.984

Bantex Plastic Clipboard 7.300

PP Folder FC/A4 8.100

Sketch Book 26.870


(2)

45


(3)

46 Lanjutan Lampiran 3


(4)

47 3. Jika sudah terisi semua maka tekan “Solve”


(5)

48

Lampiran 4.Biaya Simpan Per Unit Per Tahun

Jenis Bahan Baku Kebutuhan Tahunan Biaya Simpan Biaya Per Unit

LAL 2758536 5.760.000 2.088064104

475.200 0.172265289

5.596.707 2.028868574

Total 4.289197966

Grey Board 2138400 11.520.000 5.387205387

950.400 0.444444444

5.210.623 2.436692387

Total 8.268342218

Fox Inpack 1584000 2.880.000 1.818181818

712.800 0.45

Total 2.268181818

PVC 37128 8.640.000 232.708468

237.600 6.39948287

4.285.699 115.430376


(6)