1. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
Adapun dasar-dasar hukum bagi pembelian kembali atau buy back saham yang telah dikeluarkan oleh perseroan secara umum antara lain
94
: a.
Pasal 37 ayat 1 UUPT Perseroan dapat membeli kembali saham yang telah dikeluarkan dengan
ketentuan: i.
Pembelian kembali saham tersebut tidak menyebabkan kekayaan bersih perseroan menjadi lebih kecil dari jumlah modal yang
ditetapkan ditambah cadangan diwajibkan yang telah disisihkan. ii.
Jumlah nilai nominal seluruh saham yang dibeli kembali oleh perseroan dan gadai saham atau jaminan fidusia atau saham yang
dipegang oleh perseroan sendiri dan atau perseroan lain yang sahamnya secara langsung atau tidak langsung dimiliki oleh perseroan,
tidak melebihi 10 sepuluh persen dari jumlah modal yang ditempatkan dalam perseroan, kecuali diatur lain dalam peraturan
perundangan-undangan dibidang pasar modal.
b. Pasal 37 ayat 2 UUPT
95
“Pembelian kembali saham, baik secara langsung maupun tidak langsung yang bertentangan dengan ayat 1 batal karena hukum”.
94
Ibid, halaman 240
95
Ibid
Fitri Wahyuni : Analisis Hukum Terhadap Pembelian Kembali Saham Sebagai Bentuk Pengambilalihan Perseroan Terbuka Dan Go Private Perusahaan, 2009
c. Pasal 37 ayat 3 UUPT
96
“Direksi secara tanggung renteng bertanggung jawab atas kerugian yang diderita pemegang saham yang beritikad baik, yang timbul akibat pembelian
kembali yang batal karena hukum sebagaimana dimaksud ayat 2”.
d. Pasal 37 ayat 4 UUPT
97
“Saham yang dibeli kembali perseroan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 hanya boleh dikuasai perseroan paling lama 3 tahun”.
Pasal 37 ayat 1 UUPT mengingatkan kepada konsep go private yang merupakan proses pembelian saham publik oleh perseroan dalam rangka
implementasi buy back atau repurchase saham yang wajib memenuhi
persyaratan pokok jumlahnya. Selain itu, jumlah nilai nominal seluruh saham yang dimiliki perseroan bersama dengan yang dimiliki perseroan bersama
dengan yang dimiliki perseroan oleh anak perusahaan dan gadai saham yang dipegang, tidak melebihi 10 sepuluh persen dari jumlah modal yang
ditempatkan dan dana yang digunakan untuk buy back adalah dana dari laba bersih
perseroan
98
. Selanjutnya ketentuan pasal 37 ayat 2 UUPT sudah memberikan rumusan
yang jelas bahwa perolehan saham, baik langsung maupun tidak langsung yang bertentangan dengan ketentuan pasal 37 ayat 1 UUPT adalah batal demi
96
Ibid
97
Ibid
98
Ibid,hal. 75
Fitri Wahyuni : Analisis Hukum Terhadap Pembelian Kembali Saham Sebagai Bentuk Pengambilalihan Perseroan Terbuka Dan Go Private Perusahaan, 2009
hukum dan pembayaran yang telah diterima harus dikembalikan ke perseroan. Ketentuan pasal 37 ayat 3 UUPT menjelaskan tentang tanggung jawab direksi
apabila pemegang saham mengalami kerugian
99
.
e. Pasal 38 ayat 1 UUPT
100
“Pembelian kembali saham sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 37 ayat 1 atau pengalihannya lebih lanjut hanya dapat dilakukan berdasarkan
persetujuan RUPS. Kecuali ditentukan lain dalam peraturan perundang- undangan dibidang pasar modal”.
f. Pasal 38 ayat 2 UUPT
101
“Keputusan RUPS yang memuat persetujuan sebagaimana dimaksudkan dalam ayat 1 sah apabila dilakukan sesuai dengan ketentuan mengenai
panggilan rapat, kuorum dan persetujuan jumlah suara untuk pembahasan anggaran dasar sebagaimana diatur dalan undang-undang ini dan atau
anggaran dasar”.
Inti sari dari pasal 38 ayat 1 UUPT ini adalah bahwa buy back saham hanya dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Rapat Umum Pemegang
99
Ibid, hal. 240
100
Ibid
101
Ibid
Fitri Wahyuni : Analisis Hukum Terhadap Pembelian Kembali Saham Sebagai Bentuk Pengambilalihan Perseroan Terbuka Dan Go Private Perusahaan, 2009
Saham
102
. Dengan demikian, tanpa dilakukannya RUPS, maka proses buy back tidak dilakukan dan dengan sendirinya menjadi batal demi hukum.
Dimana keputusan RUPS sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 akan sah apabila
dihadiri sedikitnya 23 dua pertiga bagian dari jumlah seluruh saham
dengan hak suara yang sah dan disetujui oleh paling sedikit 23 dua pertiga bagian dari jumlah suara tersebut atau sebagaimana diatur lain
dalam anggaran dasar.
g. Pasal 39 ayat 1 UUPT
103
Pembelian kembali saham sebagaimana dimaksud dalam pasal 37 ayat 1 atau pengalihannya harus dilakukan berdasarkan persetujuan RUPS yang sah
apabila dilakukan sesuai dengan katentuan megenai pemanggilan rapat, kuorum dan persyaratan lainnya. Kewenangan dewan komisaris yang
diberikan RUPS sehubungan dengan buy back saham perseroan harus memiliki
ketentuan: i.
RUPS dapat menyerahkan kewenangan kepada dewan komisaris guna menyetujui pelaksanaan putusan RUPS sebagaimana dimaksud dalam
pasal 38 untuk jangka waktu paling lama satu tahun.
102
Pengecualian dari persetujuan RUPS adalah RUPS dapat menyerahkan kewenangan untuk memberikan persetujuan dilakukannya buy back kepada organ perseroan yang lain baik direksi
ataupun komisaris
103
Ibid, hal. 240
Fitri Wahyuni : Analisis Hukum Terhadap Pembelian Kembali Saham Sebagai Bentuk Pengambilalihan Perseroan Terbuka Dan Go Private Perusahaan, 2009
ii. Penyerahan kewenangan sebagaimana dimaksud pada butir diatas,
setiap kali dapat diperpanjang untuk jangka waktu yang sama iii.
Penyerahan kewenangan sebagaimana yang dimaksud pada huruf I diatas, sewaktu-waktu dapat ditarik kembali oleh RUPS.
h. Pasal 40 ayat 1 dan ayat 2 UUPT
104
Pasal ini berbunyi sebagai berikut: i.
Saham yang dikuasai perseroan karena pembelian kembali, peralihan karena hukum hibah atau hibah wasiat, tidak dapat digunakan untuk
mengeluarkan suara dalam RUPS dan tidak diperhitungkan dalam menentukan jumlah kuorum yang harus dicapai sesuai dengan
ketentuan undang-undang ini dan atau anggaran dasar. ii.
Saham sebagaimana dimaksud pada butir diatas tidak berhak mendapat pembagian deviden.
iii. Saham yang dapat dibeli kembali sering juga disebut treasury stock
atau reacquired stock, yaitu saham yang dikeluarkan perusahaan dengan sengaja untuk dapat dibeli kembali
104
Ibid, hal. 240
Fitri Wahyuni : Analisis Hukum Terhadap Pembelian Kembali Saham Sebagai Bentuk Pengambilalihan Perseroan Terbuka Dan Go Private Perusahaan, 2009
i. Pasal 61 ayat 1 UUPT
105
“Setiap pemegang saham berhak mengajukan gugatan terhadap perseroan ke pengadilan negeri apabila dirugikan karena tindakan perseroan yang dianggap
tidak adil dan tanpa alasan yang wajar sebagai akibat keputusan RUPS, direksi
atau komisaris”.
Isi ketentuan pasal 61 ayat 1 UUPT ini memberikan hak kepada setiap pemegang saham untuk mengajukan gugatan terhadap perseroan kepada
pengadilan negeri
jika ia dirugikan atas tindakan perseroan yang dianggap
tidak adil dan tanpa alasan yang wajar sebagai akibat keputusan RUPS yang mengagendakan
buy back sebagai pembahasnya.
j. Pasal 62 ayat 1 UUPT
106
“Setiap pemegang saham berhak meninta kepada perseroan agar sahamnya dibeli dengan harga yang wajar, apabila yang bersangkutan tidak menyetujui
tindakan perseroan yang merugikan pemegang saham atau perseroan berupa: i.
Perubahan anggaran dasar ii.
Pengalihan atau penjaminan, seluruh kekayaan perseroan yang mempunyai nilai lebih dari 50 lima puluh persen kakayaan bersih
perseroan iii.
Penggabungan, peleburan, pengambilalihan perseroan atau pemisahan
105
Gunawan Widjaja dan Wulandari Risnamanitis, Go Public Dan Go Private Di Indonesia, Jakarta: Kencana,2009, hal. 76
106
Ibid
Fitri Wahyuni : Analisis Hukum Terhadap Pembelian Kembali Saham Sebagai Bentuk Pengambilalihan Perseroan Terbuka Dan Go Private Perusahaan, 2009
k. Pasal 62 ayat 2 UUPT
107
“Dalam hal saham yang diminta untuk dibeli sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 melebihi batas ketentuan pembelian kembali saham oleh perseroan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 37 ayat 1, perseroan wajib mengusahakan agar sisa saham dibeli oleh pihak lain”.
2. Peraturan Bapepam No. XI.B.2 Tanggal 14 Agustus 1998 Tentang Pembelian Kembali Saham Yang Dikeluarkan Oleh Emiten Atau Perusahaan Publik
108
Pada peraturan ini dijelaskan antara lain: a.
RUPS dilarang mendelegasikan kewenangan untuk membeli kembali saham kepada direksi atau komisaris dalam jangka waktu lebih dari 18 delapan
belas bulan. b.
Emiten atau perusahaan publik wajib mengungkapkan rencana pembelian kembali saham kepada seluruh pemegang saham sekurang-kurangnya 28 dua
puluh delapan hari sebelum RUPS. Rencana pembelian kembali saham wajib memuat informasi sebagai berikut:
i. Perkiraan jadwal dan biaya pembelian kembali saham tersebut.
ii. Perkiraan menurunnya pendapatan emiten atau perusahaan publik
sebagai akibat pelaksanaan pembelian kembali saham dan dampak atas biaya pembiayaan emiten atau perusahaan publik.
107
Ibid, hal. 77
108
Opcit, hal. 240
Fitri Wahyuni : Analisis Hukum Terhadap Pembelian Kembali Saham Sebagai Bentuk Pengambilalihan Perseroan Terbuka Dan Go Private Perusahaan, 2009
iii. Proforma laba per saham emiten atau perusahaan publik setelah
rencana pembelian kembali saham dilaksanakan, dengan mempertimbangkan menurunnya pendapatan.
iv. Pembatasan harga saham untuk pembelian kembali saham.
v. Pembatasan jangka waktu pembelian kembali saham.
vi. Metode yang akan digunakan untuk membeli kembali saham.
vii. Pembahasan dan analisis manajemen mengenai pengaruh pembelian
kembali saham terhadap kegiatan usaha dan pertumbuhan emiten atau perusahaan publik dimasa yang akan datang.
viii. Rencana emiten atau perusahaan publik atas saham yang akan dibeli
kembali, apakah akan dijual kembali atau akan mengurangi modal emiten atau perusahaan publik.
3. Peraturan Bapepam No. XI.B.3 Tanggal 9 Oktober 2008 Tentang Pembelian Kembali Saham Emiten Atau Perusahaan Publik Dalam Kondisi Pasar Yang
Berpotensi Krisis
109
Akibat kondisi pasar yang terus memburuk seiring jatuhnya perekonomian Amerika Serikat, sehingga mamicu anjloknya pasar saham regional diberbagai negara
termasuk Indonesia, hal ini membuat BAPEPAM-LK akhirnya merilis peraturan tentang buyback atau pembelian kembali saham perusahaan publik, berikut aturan
109
Peraturan ini sendiri bersifat insidentil dan berlaku hanya pada kondisi tertentu yaitu kondisi krisis. Ketentuan mengenai kondisi krisis sendiri diakatakan jelas di dalam pengaturan Bapepam ini.
Fitri Wahyuni : Analisis Hukum Terhadap Pembelian Kembali Saham Sebagai Bentuk Pengambilalihan Perseroan Terbuka Dan Go Private Perusahaan, 2009
buyback sesuai Peraturan Nomor XI.B.3 yang diterbitkan tanggal 9 Oktober 2008 oleh BAPEPAM-LK. Adapun isi dari Peraturan Bapepam tersebut antara lain
110
. 1.
Kondisi pasar yang berpotensi krisis adalah kondisi pasar dimana indeks harga saham gabungan pada bursa efek di Indonesia mengalami penurunan
yang signifikan dalam jangka waktu yang paling kurang 20 dua puluh hari bursa akibat kondisi perekonomian yang tidak mendukung pergerakan harga
pasar efek yang wajar dan dapat bersifat sistematik. 2.
Emiten atau perusahaan publik dapat membeli kembali sahamnya tanpa melanggar ketentuan pasal 91, pasal 92, pasal 95 dan pasal 96 Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1995, sepanjang memenuhi peraturan ini. 3.
Dalam hal terjadi kondisi pasar yang berpotensi krisis sebagaimana yang dimaksud dalam angka 1, maka emiten atau perusahaan publik dapat
melakukan pembelian kembali sahamnya tanpa persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham.
4. Pembelian kembali saham oleh emiten atau perusahaan publik sebagaimana
dimaksud dalam angka 3 paling banyak 20 dua puluh perseratus dari modal disetor.
5. Pembelian kembali saham sebagaimana dimaksud dalam angka 4 hanya dapat
dilakukan dalam jangka waktu paling lama 3 tiga bulan sejak keterbukaan informasi sebagaimana dimaksud dalam angka 7.
110
Ibid, hal. 242
Fitri Wahyuni : Analisis Hukum Terhadap Pembelian Kembali Saham Sebagai Bentuk Pengambilalihan Perseroan Terbuka Dan Go Private Perusahaan, 2009
6. Besarnya volume pembelian kembali saham oleh emiten atau perusahaan
publik sebagaimana dimaksud dalam angka 4 dalam satu hari bursa tidak dibatasi.
7. Emiten atau perusahaan publik yang melaksanakan pembelian kembali saham sebagaimana dimaksud dalam angka 4 wajib menyampaikan kepada
BAPEPAM dan LK dan Bursa Efek dimana sahamnya diperdagangkan paling lambat satu hari sebelum pelaksanaan pembelian kembali saham, informasi
sebagai berikut: a.
perkiraan jadwal dan biaya pembelian kembali saham tersebut; b.
perkiraan menurunnya pendapatan emiten atau perusahaan publik sebagai akibat pelaksanaan kembali saham dan dampak atas biaya pembiayaan
emiten atau perusahaan publik; dan c.
pembahasan dan analisis manajemen mengenai pengaruh pembelian kembali saham terhadap kegiatan usaha dan pertumbuhan emiten atau
perusahaan publik di masa mendatang. 8.
Jika pembelian kembali saham dilakukan melalui bursa efek, maka transaksi beli dilakukan melalui satu anggota bursa efek.
9. Orang dalam emiten atau perusahaan publik dilarang melakukan transaksi atas
saham emiten atau perusahaan publik tersebut pada masa pembelian kembali saham yang dilakukan oleh emiten atau perusahaan publik dimaksud.
10. Saham yang dibeli kembali oleh emiten atau perusahaan publik dapat dijual
kembali kepada direktur atau karyawan melalui Employee Stock Option Plan
Fitri Wahyuni : Analisis Hukum Terhadap Pembelian Kembali Saham Sebagai Bentuk Pengambilalihan Perseroan Terbuka Dan Go Private Perusahaan, 2009
atau Employee Stock Purchase Plan yang telah disetujui oleh oleh Rapat Umum Pemegang Saham dengan memperhatikan Peraturan Nomor IX.E.1
tentang Transaksi Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu. 11.
Saham yang dibeli kembali oleh emiten atau perusahaan publik dapat dujual kembali di luar bursa pada nilai pasar wajar, tetapi tidak lebih rendah dari
harga pembalian kembali saham tersebut. 12.
Saham yang dibeli kembali dapat dijual melalui bursa efek dengan ketentuan sebagai berikut:
a. transaksi jual wajib dilaksanakan melalui satu anggota bursa
b. transaksi jual hanya dapat dilaksanakan setelah 30 tiga puluh hari sejak
pembelian kembali oleh Emiten atau Perusahaan Publik selesai dilaksanakan seluruhnya;
c. penjualan dilarang dilaksanakan pada saat pembukaan atau penutupan
perdagangan atau dalam waktu 30 tiga puluh menit sesudah pembukaan atau 30 tiga puluh menit sebelum penutupan
d. penawaran jual harus sama atau lebih tinggi dari harga perdagangan
sebelumnya e.
maksimum penjualan kembali saham pada setiap hari adalah 25 dua puluh perseratus dari volume perdagangan harian Emiten atau
Perusahaan Publik tersebut, dengan ketentuan apabila mengakibatkan pecahan satuan perdagangan maka penjualan tersebut dibulatkan menjadi
satu satuan perdagangan
Fitri Wahyuni : Analisis Hukum Terhadap Pembelian Kembali Saham Sebagai Bentuk Pengambilalihan Perseroan Terbuka Dan Go Private Perusahaan, 2009
f. Orang Dalam Emiten atau Perusahaan Publik dilarang melakukan
transaksi saham Emiten atau Perusahaan Publik tersebut pada hari yang sama dengan penjualan kembali saham yang dilakukan oleh Emiten atau
Perusahaan Publik melalui Bursa Efek. 6.
Jika dalam rangka memenuhi peraturan perundang-undangan, emiten atau perusahaan publik menjual saham yang dibeli kembali pada harga yang lebih
rendah dari harga pembelian, maka kerugian yang terjadi wajib diungkapkan secara jelas dalam laporan laba rugi emiten atau perusahaan publik.
7. Emiten atau perusahaan publik yang sahamnya dicatatkan pada bursa efek
dilarang membeli kembali sahamnya jika akan mengakibatkan berkurangnya jumlah saham pada suatu tingkat tertentu yang mungkin mengurangi secara
signifikan likuiditas saham pada pasar atau dipenuhinya persyaratan delisting saham tersebut dalam bursa efek.
8. Kondisi sebagaimana dimaksud dalam angka 1 ditetapkan oleh BAPEPAM
dan LK. 9.
Dengan tidak mengurangi ketentuan pidana di bidang pasar modal, BAPEPAM dan LK dapat mengenakan sanksi terhadap setiap pelanggaran
ketentuan peraturan ini, termasuk kepada pihak yang menyebabkan terjadi pelanggaran tersebut.
Hal yang penting untuk diingat adalah bahwa peraturan diatas bersifat insidentil karena dikeluarkan dan diberlakukan dalam keadaan khusus yaitu keadaan
Fitri Wahyuni : Analisis Hukum Terhadap Pembelian Kembali Saham Sebagai Bentuk Pengambilalihan Perseroan Terbuka Dan Go Private Perusahaan, 2009
yang dianggap dalam kondisi berpotensi krisis. Hal ini dilakukan agar tidak menimbulkan kejatuhan harga pasar pada saat itu. Ini karena salah satu tujuan
buyback adalah untuk meredan kepanikan pelaku pasar dan mencegah kejatuhan harga
111
. Terbukti dari dana Rp.10 Trilyun dari program buyback saham BUMN dapat meredam kurang dari 9 sembilan persen potensi jual yang ada dibursa
112
. Terlepas dari seberapa sesar jumlahya, hal ini terbukti mampu menjaga harga dari
kejatuhan. Buyback sendiri kala itu dianggap sebagai salah satu jurus untuk mengantisipasi krisis yang dihadapi
113
.
C. Ketentuan Pembelian Kembali Dan Penjualan Kembali Di Bursa Efek
Tata cara pembelian kembali saham dan penjualan kembali di bursa efek diatur dalam Peraturan Bapepam No. XI.B.2 tentang Pembelian Kembali Saham
Yang Dikeluarkan Oleh Emiten Atau Perusahaan Publik Adapun ketentuan pembelian kembali saham jika dilakukan di bursa efek antara lain
114
: a.
Transaksi beli dilakukan melalui 1 satu anggota bursa efek. b.
Transaksi beli tidak dapat dilakukan pada saat pembukaan atau penutupan perdagangan atau dalam jangka waktu 30 tiga puluh menit
sesudah pembukaan atau 30 tiga puluh menit sebelum penutupan.
111
Investor Daily, Buyback Saham BUMN Belum Optimal, tanggal 17 Oktober 2008, hal.1
112
Investor Daily, Buyback Saham BUMN Dan Stabilitas Bursa, tanggal 17 Oktober 2008
113
Kompas, Rp.4 Triliun Untuk Beli Saham, tanggal 10 Oktober 2008
114
Ibid, hal. 243
Fitri Wahyuni : Analisis Hukum Terhadap Pembelian Kembali Saham Sebagai Bentuk Pengambilalihan Perseroan Terbuka Dan Go Private Perusahaan, 2009
c. Tawaran untuk membeli kembali saham harus lebih rendah atau sama
dengan harga perdagangan sebelumnya. d.
Maksimum pembelian kembali saham pada setiap hari adalah 25 dua puluh lima persen dari volume perdagangan harian, dengan
ketentuan apabila mengakibatkan pecahan satuan perdagangan , maka pembelian kembali tersebut dibulatkan menjadi 1 satu satuan
perdagangan. e.
Orang dalam emiten atau perusahaan publik dilarang melakukan transaksi atas saham emiten atau perusahaan publik tersebut pada hari
yang sama dengan pembelian kembali saham yang dilakukan oleh perusahaan melalui bursa efek.
Saham yang dibeli kembali dapat dijual kembali oleh emiten melalui bursa efek dengan ketentuan:
a. Transaksi jual wajib dilaksanakan melalui 1 satu anggota bursa.
b. Transaksi jual dilarang dilaksanakan dalam jangka waktu 30 tiga
puluh hari sejak pembelian kembali oleh emiten atau perusahaan publik.
c. Penjualan dilarang dilaksanakan pada saat pembukaan atau dalam
waktu 30 tiga puluh menit sebelum penutupan. d.
Penawaran jual harus sama atau lebih tinggi dari harga perdagangan sebelumnya.
Fitri Wahyuni : Analisis Hukum Terhadap Pembelian Kembali Saham Sebagai Bentuk Pengambilalihan Perseroan Terbuka Dan Go Private Perusahaan, 2009
e. Maksimum penjualan kembali saham pada setiap hari adalah 25 dua
puluh lima persen dari volume perdagangan harian, dengan ketentuan apabila mengakibatkan pecahan satuan perdagangan, maka penjualan
tersebut dibulatkan menjadi 1 satu satuan perdagangan. f.
Orang dalam emiten atau perusahaan publik dilarang melakukan transaksi atas saham emiten atau perusahaan publik tersebut pada hari
yang sama dengan penjualan kembali saham yang dilakukan oleh emiten atau perusahaan publik melalui bursa efek.
Emiten harus menyusun strategi kapan harus melakukan pembelian kembali sahamnya dan kapan harus menjual kembali saham yang telah dibeli kembali
tersebut, dengan memperhatikan beberapa ketantuan tersebut diatas. Hal ini perlu dilakukan agar manfaat pembelian kembali saham dapat dimanfaatkan seoptimal
mungkin baik bagi emiten maupun bagi pemegang saham. Emiten biasanya diberikan waktu yang cukup lama paling lama 18 bulan untuk merealisasikan pembelian
kembali saham tersebut. Emiten dapat memecahkan pembelian kembali saham dimaksud dalam rentang waktu tersebut.
Sesuai dengan Peraturan Bapepam No. X.K.1 tentang Keterbukaan Informasi Yang Harus Segera Diumumkan Kepada Publik, pembelian kembali saham termasuk
dalam informasi yang harus dilaporkan ke Bapepam dan publik paling lambat hari kerja ke-2 setelah terlaksananya pembelian kembali saham tersebut.dalam prakteknya
disamping melaporkan kepada Bapepam, biasanya emiten melaporkan kepada Bursa
Fitri Wahyuni : Analisis Hukum Terhadap Pembelian Kembali Saham Sebagai Bentuk Pengambilalihan Perseroan Terbuka Dan Go Private Perusahaan, 2009
untuk diumumkan kepada publik. Laporan Pembelian Kembali Saham yang disampaikan meliputi tanggal transaksi pembelian, jumlah lembar saham yang telah
dibeli kembali, harga pembelian, total jumlah lembar saham yang telah dibeli sampai dengan tanggal laporan dan jumlah lembar saham yang direncanakan akan dibeli
kembali.
Contoh Kasus Pembelian Kembali SahamPerseroan
Untuk memberikan gambaran pelaksanaan pembelian kembali saham yang dilakukan emiten, berikut diberikan contoh buy back yang dilakukan beberapa
emiten: 1.
Buy back saham PT. Medco Energi Tbk. a.
Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa RUPSLB PT. Medco Energi Tbk pada tanggal 25 Juni 2001 menyetujui untuk melakukan
program pembelian kembali saham dalam jangka waktu 18 bulan dan anggaran yang disediakan sebesar Rp. 264 Miliar.
b. Saham yang telah dibeli kembali, direncanakan akan digunakan dalam
rangka ESOP atau dijual kembali kepada masyarakat di bursa. c.
Perseroan telah selesai melaksanakan pembelian kembali saham tersebut dimana pembelian saham terakhir pada tanggal 27 Desember
2002. d.
Rata-rata harga pembelian kembali saham adalah Rp. 1.257,16 per saham.
Fitri Wahyuni : Analisis Hukum Terhadap Pembelian Kembali Saham Sebagai Bentuk Pengambilalihan Perseroan Terbuka Dan Go Private Perusahaan, 2009
e. Total saham yang dibeli perseroan sebanyak 228.198.500 lembar
saham atau sebesar 6,84 dari seluruh saham yang beredar dan dibukukan perseroan sebagai treasury stock.
f. Perusahaan sekuritas yang ditunjuk untuk melakukan pembelian
kembali saham adalah PT. Trimegah Securities.
2 Buy back saham PT. Matahari Putra Prima Tbk MPPA.
1. RUPSLB MPPA pada tanggal 21 November 2001 menyetujui untuk
melakukan pembelian kembali saham dengan jangka waktu 18 bulan, dan anggaran yang disediakan sebesar Rp. 270,6 Miliar yang berasal
dari laba ditahan tahun buku 2000 setelah dikurangi biaya deviden. 2.
Pembelian kembali direncanakan dilakukan selama 18 bulan terhitung mulai tanggal 22 November 2001 sampai dengan 23 Mei 2003.
3. Perusahaan Sekuritas yang ditunjuk untuk melakukan pembelian
kembali saham adalah PT.Ciptadana Sekuritas.
3. Buy back saham PT. Bank Central Asia Tbk BBCA a.
RUPSLB BBCA pada tanggal 26 Mei 2005 menyetujui melakukan program pembelian kembali saham dalam jangka waktu18 bulan sejak
RUPSLB dan mendapat persetujuan dari Bank Indonesia.
Fitri Wahyuni : Analisis Hukum Terhadap Pembelian Kembali Saham Sebagai Bentuk Pengambilalihan Perseroan Terbuka Dan Go Private Perusahaan, 2009
b. Jumlah saham yang akan di buy back maksimal 5 lima persen dari
saham yang beredar dan saham-saham tersebut akan dijadikan treasury stock dan suatu ketika akan dilepas ke pasar jika menguntungkan.
c. Salah satu tujuan pelaksanaan buy back adalah untuk meningkatkan
kinerja saham yaitu peningkatan laba per saham EPS. Selain itu dampak dari buy back adalah peningkatan return on equity ROE.
d. Dana yang digunakan untuk buy back berasal dari saldo laba.
e. Perusahaan sekuritas yang ditunjuk untuk melakukan pembelian
kembali saham adalah PT. Trimegah Securities.
D. Alasan Perseroan Terbatas Melakukan Buy Back Saham
Pembelian kembali sebagian saham yang telah dilepas ke publik atau sering juga disebut dengan istilah stock buy back merupakan salah satu bentuk tindakan
korporasi yang dilakukan emiten. Bahkan di bursa-bursa saham yang sudah maju, aksi tersebut merupakan hal yang umum dilakukan emiten. Hal ini terjadi karena
pasar modal merupakan hal yang sangat berkaitan dengan buy back pada perseroan terbuka
115
. Ada beberapa alasan yang menjadi dasar bagi emiten untuk membeli kembali
sahamnya yang ada di publik. Ada beberapa kemungkinan alasan perseroan membeli kembali sahamnya antara lain:
115
Munir Fuady, Pasar Modal Modern, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003, hal. 4
Fitri Wahyuni : Analisis Hukum Terhadap Pembelian Kembali Saham Sebagai Bentuk Pengambilalihan Perseroan Terbuka Dan Go Private Perusahaan, 2009
1. Untuk menjaga kewajaran harga sahamnya
116
Di pasar modal, harga saham suatu perusahaan dapat dijadikan sebagai salah satu tolak ukur baik tidaknya kinerja keuangan perusahaan tersebut sehingga
dapat dikatakan dalam kondisi yang wajar dan normal, semakin baik kinerja keuangan suatu perusahaan, maka harga sahamnya juga semakin membaik
meningkat. Dengan demikian wajar jika emiten perlu menjaga harga sahamnya agar mencerminkan kondisi yang sebenarnya. Buy back saham
dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif yang dapat dipakai oleh emiten untuk meningkatkan kembali harga sahamnya yang telah jatuh di pasar.
Dengan buy back saham maka berakibat pada naiknya laba per saham
earning per share yang dapat berakibat menaikkan harga saham di pasar. Di samping itu, dengan buy back saham, saham yang dimiliki oleh masyarakat
akan berkurang, akibatnya adalah harga saham akan naik dengan asumsi jumlah permintaan terhadap saham tersebut tetap.
Namun perlu dicatat pula bahwa alasan emiten untuk melakukan buy back adalah untuk meningkatkan EPS perusahaan sebenarnya perlu dilihat lebih
mendalam. Karena
naiknya laba per saham tersebut bukan diakibatkan oleh peningkatan pendapatan atau laba perusahaan, namun lebih disebabkan
jumlah saham beredar yang semakin berkurang sehingga rasio laba per saham atau EPS menjadi meningkat. Atau dengan kata lain, kenaikan harga saham
emiten yang
melakukan stock buy back bukan diakibatkan dari peningkatan
116
Opcit, hal. 235
Fitri Wahyuni : Analisis Hukum Terhadap Pembelian Kembali Saham Sebagai Bentuk Pengambilalihan Perseroan Terbuka Dan Go Private Perusahaan, 2009
kinerja fundamental, namun hanya dari mekanisme permintaan dan penawaran pasar yang berubah.
2. Sinyal psikologis ke pasar
117
Pengumuman buy back diharapkan mampu menularkan sinyal positif ke pasar
bahwa harga saham mungkin sudah undervalued, dengan demikian investor atau pasar diharapkan bereaksi positif untuk melakukan pembelian pada
saham tersebut sehingga pada gilirannya harga saham kembali ke tingkat yang diharapkan
emmiten. Ketika
terjadi crash di pasar modal Amerika Serikat tahun 1987, banyak
perusahaan besar mengumumkan akan melakukan buy back. Hal tersebut dilakukan dengan motivasi agar pasar mendapat sinyal positif dan segera
bereaksi positif sehingga harga-harga saham menjadi relatif lebih terjaga.
3. Melakukan pembelian kembali saham untuk dijual kembali
118
. Emiten yang telah melakukan pembelian kembali saham dapat menjual
kembali sahamnya di bursa. Jika saham yang telah dibeli kembali ini dapat dijual kembali dengan harga yang lebih tinggi dari harga perolehannya maka
selisih antara harga penjualan dengan harga pembelian kembali saham
117
Ibid, halaman 236
118
Ibid, hal. 237
Fitri Wahyuni : Analisis Hukum Terhadap Pembelian Kembali Saham Sebagai Bentuk Pengambilalihan Perseroan Terbuka Dan Go Private Perusahaan, 2009
tersebut ditambahkan sebagai tambahan modal disetor. Hal ini akan memperbaiki struktur permodalan emiten tersebut.
4. Melakukan pembelian kembali saham untuk dibagikan kepada karyawan
ESOP
119
. Beberapa perusahaan melakukan pembelian kembali saham dengan tujuan
saham yang telah dibeli kembali akan dibagikan kepada karyawan sebagai insentif agar karyawan tersebut dapat terus bekerja di perusahaan tersebut.
Insentif seperti ini biasa disebut Empolyee Stock Option Plan yaitu semacam program insentif bagi karyawan untuk memiliki saham perusahaan dimana
karyawan tadi bekerja. Banyak hal positif yang dapat dihasilkan dari program semacam ESOP ini, diantaranya karyawan akan semakin giat bekerja karena
merasa ikut memiliki perusahaan, karyawan akan semakin betah dalam jangka waktu yang lama mengurangi tingkat turnover atau keluar masuknya
karyawan diperusahaan tersebut.
5. Untuk menghindarkan diri dari akuisisi oleh perusahaan yang lain karena
memiliki dana kas yang melimpah
120
. Perusahaan yang memiliki prospek yang bagus dimasa depan apalagi sedang
memiliki dana kas yang melimpah merupakan salah satu perusahaan yang
119
Ibid
120
Ibid
Fitri Wahyuni : Analisis Hukum Terhadap Pembelian Kembali Saham Sebagai Bentuk Pengambilalihan Perseroan Terbuka Dan Go Private Perusahaan, 2009
sering diincar untuk diakuisisi. Sebagai salah satu cara pertahanan diri agar tidak diakuisisi, perusahaan tersebut dapat menggunakan dana kas yang
dimilikinya untuk membeli kembali sahamnya. Di bursa saham yang sudah maju seperti New York Stock Exchange, buy
back sering dilakukan sebagai strategi pertahanan untuk menggagalkan upaya
take over atau pengambilalihan dari perusahaan lain yang tidak disukai emiten. Biasanya emiten yang memiliki saldo kas yang besar dalam neraca
sering kali menjadi target yang menarik untuk akuisisi. Maka emiten yang menjadi sasaran menggunakan kas untuk membeli saham mereka sendiri agar
membuat mereka kurang menarik untuk dijadikan target akuisisi.
6. Pertimbangan pajak
121
. Pelaksanaan
buy back yang dilandasi oleh pertimbangan pajak sering kali terjadi khususnya dinegara-negara maju. Karena ketika seorang investor
mendapatkan pembagian deviden maka investor tersebut akan dikenakan sejumlah pajak atas penghasilan dari deviden tersebut. Artinya, return yang
diberikan oleh emiten kepada pemegang saham menjadi berkurang karena adanya pajak atas deviden. Hal tersebut menjadi semakin krusial ketika
tingkat pajak yang dikenakan atas pendapatan deviden relatif besar. Untuk alasan demikian maka emiten memilih melakukan buy back sehingga
pemegang saham diberikan pilihan untuk menjual saham ketika investor
121
Ibid, hal. 238
Fitri Wahyuni : Analisis Hukum Terhadap Pembelian Kembali Saham Sebagai Bentuk Pengambilalihan Perseroan Terbuka Dan Go Private Perusahaan, 2009
merasa bahwa pilihan tersebut akan memberikan return yang lebih riil atau return yang memang diharapkan investor. Investor tentu akan bersedia
menjual saham yang dipegangnya ketika emiten bersedia membeli pada harga yang lebih tinggi disbanding harga pasar.
7. Faktor fleksibilitas bagi emiten
122
. Keputusan emiten untuk membagikan deviden merupakan keputusan yang
harus direncanakan secara matang baik menyangkut timing, dana kas yang tersedia dan pertimbangan kondisi keuangan perusahaan lainnya. Berbeda
dengan keputusan deviden, pelaksanaan buy back bagi manajemen emiten lebih fleksibel karena manajemen emiten memiliki keleluasaan untuk
mengatur kapan dan berapa besar transaksi yang akan dilakukan pembelian kembali saham. Sebagai contoh di Indonesia, emiten memiliki waktu yang
relatif fleksibel selama kurun waktu 18 bulan untuk merealisasikan pelaksanaan
buy back Peraturan Bapepam No. XI.B.2 tentang Pembelian Kembali Saham Yang Dikeluarkan Oleh Emiten Atau Perusahaan Publik.
8. Sebagai upaya saving deviden
123
Pembelian kembali saham dapat mengurangi saham yang beredar di masyarakat
free float sehingga perusahaan dapat banyak menghemat
122
Ibid
123
Ibid,hal. 239
Fitri Wahyuni : Analisis Hukum Terhadap Pembelian Kembali Saham Sebagai Bentuk Pengambilalihan Perseroan Terbuka Dan Go Private Perusahaan, 2009
pembagian deviden jika melakukan pembagian deviden saham. Hal ini karena saham yang telah dibeli kembali tidak mendapat hak memperoleh deviden.
Fitri Wahyuni : Analisis Hukum Terhadap Pembelian Kembali Saham Sebagai Bentuk Pengambilalihan Perseroan Terbuka Dan Go Private Perusahaan, 2009
B A B I I I PENGATURAN MENGENAI GO PRIVATE BAGI PERSEROAN TERBUKA
DI INDONESIA
A. Pengaturan Go Private Perseroan Terbatas Terbuka
Indonesia sebagai negara berkembang pada dekade terakhir ini mengalami kemajuan yang cukup besar, walaupun kemajuan itu ditandai dengan masa-masa yang
cukup sulit karena baru saja bangkit dari krisis ekonomi yang berkepanjangan. Secara umum, kemajuan yang dicapai oleh bangsa Indonesia dalam berbagai bidang
kehidupan tidak diraih begitu saja, akan tetapi memerlukan kerja keras serta kerja sama segenap lapisan masyarakat secara terus menerus serta berkesinambungan
124
. Hal ini tentu juga menyangkut antara hukum dan dunia ekonomi ataupun bisnis.
Tindakan go private merupakan aksi korporasi yang merupakan kebalikan dari tindakan go public. Pada tindakan go public suatu perusahaan menjual sahamnya
kepada public sehingga menjadi perusahaan terbuka. Sebaliknya, pada tindakan go private perusahaan terbuka berubah statusnya menjadi perusahaan tertutup.
Menurut Black’s Law Dictionary, go private adalah
125
: “The process of changing a public corporation by terminating the
corporation’s status with securities exchange commission as a publicly held corporation and by having its outstanding publicly held shares
acquired by a single shareholder or a small group”
124
Johannes Ibrahim dan Linsawaty Sewu, Hukum Bisnis Dalam Persepsi Manusia Modern, Bandung: PT. Refika Aditama, 2007, hal. 23
125
Gunawan Widjaja dan Wulandari Risnamanitis D, Go Public Dan Go Private Di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2009, hal. 31
Fitri Wahyuni : Analisis Hukum Terhadap Pembelian Kembali Saham Sebagai Bentuk Pengambilalihan Perseroan Terbuka Dan Go Private Perusahaan, 2009
Sedangkan menurut Young Moo Shin, yang dimaksud dengan going private adalah
126
: “…any transaction or series of transaction engaged by an issuer or its
affiliate, which would if successful, permit or its affiliate, which would if successful, permit the issuer to cease filing reports under the securities
law and return to privately held status…”
Pengertian sebelumnya memberi kesimpulan bahwa go private adalah perubahan status dari perusahaan terbuka menjadi perusahaan yang tertutup
127
. Go private artinya perusahaan yang sahamnya semula dimiliki oleh publik perusahaan
terbuka, berubah kembali menjadi perusahaan tertutup yang dimiliki oleh segelintir pemegang saham saja. Fenomena ini menarik terjadi dipasar modal saat ini. Disatu
sisi banyak perusahaan dari kelas kakap sampai kelas menengah ramai-ramai masuk bursa tetapi sebaliknya beberapa perusahaan kelas kakap justru berniat hengkang dari
bursa, dengan alasan saham mereka tidak aktif diperdagangkan. Emiten kemudian melihat lebih banyak keburukannya daripada manfaatnya.
Jumlah perusahaan publik yang beralih menjadi perusahaan tertutup memang tidak terlalu banyak, namun itu dapat menjadi pertanda yang kurang baik di tengah
upaya untuk meningkatkan minat sektor korporasi untuk mencatatkan sahamnya di lantai bursa. Para pelaku dunia usaha yang tadinya mempunyai minat untuk masuk ke
pasar modal, tentunya akan kembali melakukan pertimbangan lebih dalam dengan berubahnya status sejumlah perusahaan publik menjadi perusahaan tertutup.
126
Ibid
127
Ibid, hal. 32
Fitri Wahyuni : Analisis Hukum Terhadap Pembelian Kembali Saham Sebagai Bentuk Pengambilalihan Perseroan Terbuka Dan Go Private Perusahaan, 2009
Fenomena go private juga menjadi mengkhawatirkan karena adanya perbedaan proses antara perusahaan yang melakukan go private dengan sukarela dan yang
dipaksa atau dengan force delisting. Dalam beberapa hal perusahaan publik yang akan melakukan go private dapat mengalami kesulitan dalam penentuan harga saham
yang harus dia beli kembali dari para investor publik. Sampai saat ini belum ada peraturan khusus yang mengatur mengenai go
private. Peraturan yang selama ini dijadikan acuan dalam melaksanakan go private adalah peraturan mengenai benturan kepentingan dan peraturan mengenai penawaran
tender. Kedua aturan ini meliputi peraturan Bapepam dan juga peratutan yang dikeluarkan oleh Bursa efek Jakarta BEJ. Disamping itu, proses go private juga
harus mengacu pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan juga Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1998 tentang Pasar Modal. Hal
ini didukung pendapat Indra Safitri, pengamat hukum pasar modal bahwa ternyata tebalnya tumpukan pasal demi pasal dalam peraturan Bapepam dan BEJ tidak
menjamin kelengkapannya.
128
Penelitian menunjukkan bahwa dalan praktek yang dilakukan oleh beberapa perusahaan yang melakukan go private, dapat ditemukan adanya berbagai dasar
hukum yang menjadi acuan atau kerangka atau pijakan dalam melaksanakan go private itu sendiri. Secara umum dasar hukum dan peraturan tersebut dapat
disebutkan dan dijelaskan berikut dibawah ini:
128
Ibid, hal.72
Fitri Wahyuni : Analisis Hukum Terhadap Pembelian Kembali Saham Sebagai Bentuk Pengambilalihan Perseroan Terbuka Dan Go Private Perusahaan, 2009
1. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas