Metode Iqra’ SEJARAH MUNCULNYA METODE

c. Mushaf al-Qur’an awalnya menyebar bebas, kemudian pada zaman khalifah sayyidina Utsman RA, al-Qur’an disebarkan harus melalui gurunya atau qorynya sedangkan buku Qirâ’ati awalnya juga bebas beredar di toko, kemudian pada akhirnya Qirâ’ati hanya boleh diajarkan oleh guru yang lulus tashih. 16 Metode adalah suatu cara membaca al-Qur’an, jika tidak ada metode membacanya maka tidak bisa membaca al-Qur’an. Jika bacaannya keliru, maka akan keliru pula arti dan makna suatu ayat, disini jelas ada hubungannya antara metode Qirâ’ati dan al-Qur’an yaitu menjaga supaya tidak ada kekeliruan dalam membaca al-Qur’an dan mempercepat kemampuan dalam membaca al-Qur’an. Disamping itu pula metode Qirâ’ati memperhatikan adanya kehati-hatian dalam membaca al-Qur’an Qirâ’ati artinya ‘bacaanku’ secara bahasa arab merupakan kata dasar atau masdar. Masdar yang disandarkan pada ya al yaa u mutakallim , artinya ‘bacaanku’, bacaanku mempunyai arti sudah disetujui oleh beberapa para ahli al-Qur’an. 17

B. Metode Iqra’

Berawal dari sekelompok anak-anak muda yang tergabung dalam Team tadarus angkatan muda masjid dan mushala Amm Yogyakarta, mengadakan pengamatan seperti salah satu masalah umat Islam Indonesia yang cukup mendasar dan ada beberapa faktor yang mendasari hal tersebut yaitu: 1 16 Dachlan, Pak Dachlan Pembaharu, h.ix 17 Ibid, h. 61 Banyaknya generasi muda Islam yang tidak mampu membaca al-Qur’an, padahal hal tersebut merupakan salah satu modal dasar upaya pemahaman dan pengamalan al-Qur’an, 2 Sepinya rumah keluarga muslim dari alunan bacaan ayat-ayat suci al-Qur’an, 3 Kaidah Bagdadiyah yang menjadi metodologi pengajaran membaca al-Qur’an sudah waktunya untuk ditinjau dan disempurnakan kembali. 18 Dengan adanya faktor-faktor tersebut, membuat team AMM melakukan study banding di berbagai lembaga pendidikan al-Qur’an antara lain ke pondok pesantren “Mamba’ul Hisan” Sedayu Gresik, TK al-Qur’an “Mujawwidin” Semarang, maka team AMM mencoba bentuk baru bagi sistem dan metode pengajaran membaca al-Qur’an, yang mampu mengatasi masalah umat muslim Indonesia. 19 Sejak tahun lima puluhan, Bapak As’ad Humam telah berkecimpung dalam dunia mengajar membaca al-Qur’an dengan menggunakan berbagai metode. Dalam perjalanan mengajar al-Qur’an beliau merasa bahwa metode- metode yang selama ini masih banyak kekurangannya. Kemudian atas desakan rekan-rekan team tadarus angkatan muda masjid dan mushala AMM di berbagai penjuru, maka disusunlah buku Iqra’. 20 18 Ali Sunhaji, Salah Satu Penataran Depot Iqra’ Lembaga Da’wah Al Qolam, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2010. 19 Metode Iqra’, Pedoman Pengelolaan, Pembinaan Dan Pengembangan TKA-TPA Indonesia , Yogyakarta, Team Tadarus Amm, 1992 h. 2 20 As’ad Humam, Kata Pengantar Buku Iqra’, Cara Cepat Membaca Al-Qur’an , Yogyakarta, Balai Litbang LPTQ Nasional Team Tadarus Amm, 2000 1. Sejarah Perkembangan Iqra’ 21 Metode Iqra’ disusun oleh As’ad Humam dari Kotagede Yogyakarta, lahir tahun 1933, beliau wafat pada awal Februari tahun 1996 dalam usia 63 tahun. 22 Dan dikembangkan oleh AMM Angkatan Muda Masjid dan Mushala Yogyakarta. Team AMM ini berdiri sekitar Tahun 1984, dengan kegiatannya memotivasi agar setiap masjid dan mushala terselenggara jamaah tadarus yang diikuti oleh angkatan mudanya putra maupun putri dengan pola kegiatan yang sama. Team AMM kemudian mendirikan TK al-Qur’an pada tanggal 16 maret 1988 oleh Drs. H. Djunaidi Kepala Bidang Penerangan Agama Islam Kanwil Depag DIY selaku pengurus LPTQ DIY. Metode Iqra’ semakin berkembang dan menyebar secara merata di Indonesia setelah Musyawarah Nasional V Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia BKPRMI yang menjadikan TK al-Qur’an dan metode Iqra’ sebagai program nasional tepatnya pada 27-30 Juni 1989 di Surabaya. Setelah TK al-Qur’an AMM berlangsung selama 1 tahun dan menunjukkan hasil yang baik, maka atas desakan dari orangtua yang memiliki putra-putri SD yang belum mampu membaca al-Qur’an, maka tepat pada tanggal 16 Ramadhan 1409 dibukalah Taman Pendidikan Al- 21 Ustadz Maman, Pengurus Metode Iqra’ Yayasan Mabdail Falakh, Wawancara Pribadi , Jakarta, 10 Januari 2010. Lihat juga Komari, Metode Pengajaran Baca Tulis Al-Qur’an, artikel diakses pada 29 Desember 2009 http:studyofislamiccenter.blogspot.com200911metode- pengajaran-baca-tulis-al-quran1.ht ml 22 Hidayatulamin, Mengenang 14 Tahun Wafatnya KH. Asad Humam, artikel diakses pada 25 maret 2010 dari http:hidayatulamin .wordpress.com20100228mengenang-14tahun- wafatnya-k-h-as’ad-humam Qur’an TPA AMM. Secara garis besarnya memiliki sistem dan metode pengajaran yang sama. Dalam waktu yang singkat, rata-rata 6-9 bulan anak-anak TK dan SD telah mampu membaca al-Qur’an. Karena keberhasilan inilah yang mendorong LPTQ Munas yang ke VI di Yogyakarta telah menetapkan Team Tadarus AMM yang mengelola TKA-TPA sehingga Balai Penelitian dan Pengembangan Pengajaran Baca Tulis Al-Qur’an keputusan LPTQ Tingkat Nasional No 1 tahun1991 tertanggal 7 Februari diresmikan oleh Menteri Agama Munawir Syadzali. 23 Metode Iqra’ dari awal penyusunannya sudah terdiri dari 6 jilid di mulai dari tingkat yang sederhana, tahap demi tahap sampai pada tingkatan yang sempurna. 10 sifat buku Iqra’ adalah: a. Bacaan langsung: tanpa dieja, tidak usah dikenalkan nama huruf, tidak ada hafalan hijaiyah. Jadi tidak dikenalkan huruf alif, tanda baca fathah, kemudian dieja alif fathah A, dan seterusnya, tetapi langsung diajarkan bunyi huruf A, Ba, Ta dan seterusnya. b. CBSA: cara belajar santri siswa aktif biarkan peserta aktif membaca menulis berlatih, guru cukup menyimak dan menegur kalau ada kesalahan dan jangan sampai menuntun. Siswa harus didorong untuk aktif dan guru hanya membimbing dan menerangkan pokok pelajaran saja. Sesudah siswa jelas dan bisa mengulangi dengan baik, maka siswa 23 Iqra’, Pedoman Pengelolaan, Pembinaan Dan Pengembangan TKA-TPA Indonesia, h.3 disuruh membaca sendiri bacaan-bacaan berikutnya dan guru hanya menyimak saja. c. Private: siswa berhadapan langsung dengan guru. Dalam belajar membaca al-Qur’an, siswa harus berhadapan langsung dengan gurunya, agar siswa mengetahui bagaimana mengucapkan huruf-huruf sesuai dengan makhrajnya, karena itulah siswa disimak satu persatu secara bergantian. d. Modul: siswa belajar sesuai dengan kemampuannya. Siswa dalam menyelesaikan materi Iqra‘ tergantung dari kemampuan dan usahanya sendiri, tidak berdasarkan kemampuan kelas atau orang lain. Jadi cepat dan lambatnya dalam menyelesaikan Iqra‘ tergantung dari kemampuan masing-masing siswa, sehingga meskipun mulainya bersama-sama akan tetapi selesainya bervariasi. 1. Listening skill: melatih mendengar bunyi huruf dan kata. 2. Oral drill: latihan lisan, mengucapkan yang didengar. 3. Reading skill: membaca huruf yang didengarkan dan diucapkan. e. Asistensi: siswa senior dijadikan asisten untuk membantu mengajar mengatasi kekurangan guru. Jika terpaksa kekurangan tenaga guru, maka bisa menunjuk siswa-siswa terpilih untuk menjadi asisten penyimak bagi siswa yang lain yang tingkat jilidnya berada dibawahnya. f. Praktis: teori ilmu tajwid diajarkan setelah santri mampu membaca al- Qur’an. Buku Iqra’ disusun dan diajarkan secara praktis, langsung menekankan praktek, tanpa mengenalkan istilah-istilah ilmu tajwidnya, jadi langsung diajarkan bagaimana pengucapannya. g. Sistematis: diajarkan secara bertahap. Disusun secara lengkap dan sempurna, terencana serta terarah, dimulai dari pelajaran yang dasar dan sederhana, dengan rangkaian huruf demi huruf, sedikit demi sedikit, tahap demi tahap akhirnya ketingkat suatu kalimat yang bermakna. h. Variatif: buku Iqra’ 6 jilid berwarna. Disusun secara berjilid-jilid terdiri dari 6 jilid dengan sampul yang warna-warni, sehingga menarik selera siswa untuk saling berlomba dalam mencapai warna-warna jilid berikutnya. i. Komunikatif: dalam buku Iqra’ terdapat rambu petunjuk yang akrab dan mudah dipahami. Ungkapan kata rambu-rambu petunjuk, menyenangkan bagi pembaca dan yang mempelajarinya, juga diikuti ungkapan kata dalam bahasa indonesia yang terasa akrab dan mudah dipahami. j. Fleksibel: cocok untuk segala usia, dari balita taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah umum, sampai orang dewasa. Buku Iqra’ bisa dipelajari oleh anak usia TK, SD, SMP, SMU, mahasiswa serta orang-orang tua manula disamping itu, siapa pun yang sudah bisa membaca al-Qur’an pasti bisa mengajarkannya. 24 24 Fitriinsani, Metode-Metode Baca Tulis Al-Qur’an Di Indonesia, artikel diakses pada 10 Maret 2010 dari http:fitriinsani.wordpress.com20091212metode-metode-baca-tulis-al-Qur’an- di-indonesia Tujuan Iqra’ yaitu sebagai berikut: 1. Menjaga kesucian dan kemurnian al-Qur’an dari segi bacaannya, yang sesuai dengan kaidah tajwid. 2. Menyiapkan anak didiknya agar menjadi generasi yang Qur’ani, yaitu generasi yang mencintai al-Qur’an dan menjadikan al-Qur’an sebagai bacaan dan pandangan hidup sehari-hari. 3. Dapat melakukan shalat dengan baik dan terbiasa hidup dalam suasana yang Islami. 4. Meningkatkan kembali para guru ngaji agar lebih hati-hati dalam mengajarkan al-Qur’an 5. Anak dapat menghafal surat-surat pendek. 6. Anak dapat membaca ayat-ayat pilihan. 7. Anak dapat menulis huruf al-Qur’an. 25 Buku bacaan Iqra’ ialah buku bacaan yang sangat populer selain mudah praktik membaca dan menghafal al-Qur’an, tidak hanya di Indonesia tapi juga di sebagian negara Asia Selatan Timur. Guru Agama lokal pengajian Qur’an di Kotagede, Yogyakarta Jawa Tengah membuat buku bacaan Iqra’ pada akhir 1980an dan mendirikan TPA dan sekolah al-Qur’an untuk anak-anak SD. Metode buku Iqra’ telah diperkenalkan kepada masyarakat melalui jaringan Mahasiswa Muslim Universitas sepanjang dan seluruh 25 Iqra’, Pedoman Pengelolaan, Pembinaan Dan Pengembangan TKA-TPA Indonesia, h. 6 Indonesia, karena investor dari buku Iqra’ mencakup pendidikan al-Qur’an pada masyarakat Yogyakarta dan bekerja sama dengan mahasiswa. Perhatian dan usaha untuk mempelajari al-Quran bukan hanya dipelajari oleh para pemeluk agama Islam di Jazirah Arab saja, tetapi juga berkembang sampai ke negara-negara pinggiran Islam, seperti dunia Melayu yang mencakup Malaysia dan Indonesia. Di Indonesia, buku pegangan pembelajaran al-Quran pengajaran baca-tulis huruf al-Quran yang umum diajarkan kepada anak-anak adalah buku Iqra’. Adapun penggunaan buku Iqra’ dalam pembelajaran bertujuan untuk mempermudah para siswa dalam membaca al-Quran. Dalam pembelajaran al-Qur’an di Indonesia, metodologi Iqra’ menjadi pilihan populer oleh Taman Pendidikan Al-Qur’an TPA. Hal ini tidak dapat dilepaskan dari beberapa alasan: pertama, sosialisasi Iqra’ oleh KH. As’ad Humam bersama balai litbang LPTQ Nasional dan team tadarus Amm Yogyakarta sebagai metodologi yang sistematis, terstruktur dan mengandalkan cara cepat belajar membaca al-Qur’an secara nasional merupakan yang pertama dari pada metodologi yang lain. Kedua, buku panduan Iqra’ mudah didapat di pasaran, dan tidak melalui prosedur yang rumit untuk membelinya. Ketiga, pengajarnya tidak harus ada persyaratan ujian, maka siapapun yang bisa membaca al-Qur’an dengan baik dan benar, bisa mengajar baca Qur’an dengan buku Iqra’. Keempat, dari segi pembelajaran, Iqra’ merupakan metode yang simpel dan mudah. Kelima, para instruktur TPA saat ini sebagian besar pernah mengalami pembinaan dari Iqra’, minimal pernah mengajar dengan metodologi ini. 26 Keberhasilan suatu Pendidikan, khususnya dalam pengajaran al- Qur’an tidak lepas dari penggunaan sistem pengajaran yang baik yang digunakan dalam pengajaran, karena sistem pengajaran merupakan salah satu hal terpenting dalam pendidikan. 2. Klasifikasi Metode Iqra’ a. Metode Iqra’ untuk anak-anak b. Metode Iqra’ untuk dewasa Pada awalnya As’ad Humam hanya menyusun Iqra’ jilid 1 sampai 6 itu untuk TKA Taman Kanak-Kanak Al-Qur’an. Yaitu lembaga pendidikan dan pengajaran Islam untuk anak-anak usia dini 4 sampai 6 tahun dan TPA Taman Pendidikan Al-Qur’an yaitu lembaga pendidikan dan pengajaran Islam untuk anak-anak usia SD 7 sampai 12 tahun Sebagaimana telah penulis jelaskan sebelumnya. Pada tahun 1992, Tasyrifin Karim dari Kalimantan Selatan mengembangkan pengajian untuk orang dewasa dengan menggunakan metode Iqra’ dewasa. Ternyata hasilnya cukup memuaskan antara 10-20 kali pertemuan yang tadinya buta huruf al-Qur’an hingga menjadi mampu membaca al-Qur’an. Perbedaan antara metode Iqra’ untuk anak-anak dengan metode Iqra’ dewasa dari prinsip-prinsip pengajarannya saja seperti: 26 Ali Sunhaji, Salah Satu Penataran Depot Iqra’ Lembaga Da’wah Al Qolam, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2010. 1. Usahakan sebelum memulai pelajaran mengulang-ulang bacaan lengkap huruf hijaiyah baik secara urut maupun acak serta mengulang- ulang huruf yang sering keliru bacaan maupun makhrajnya baik dengan irama atau tidak. 2. Buku panduan praktis belajar baca tulis al-Qur’an metode Iqra’ terpadu digunakan saat tatap muka, khususnya pada saat klasikal, sementara pada saat privat bila masih ada waktu yang cukup sebaiknya dilengkapi dengan buku Iqra’ yang halamannya disesuaikan dengan pokok bahasan. 3. Pada pertemuan V-VI dan seterusnya kelompok lanjut pada saat klasikal boleh diberikan penjelasan tentang harakat, sukun, tasydid, panjang pendek, maupun bacaan tanwin sesuai dengan pelajaran yang akan dibahas berikutnya, serta materi surat-surat pendek maupun doa- doa harian seperlunya. 4. Dianjurkan kepada peserta untuk banyak berlatih membaca maupun menulis diluar waktu belajar mengajar yang sudah disepakati. 27 Dalam hal ini, penulis hanya meneliti metode Iqra’ yang disusun oleh As’ad Humam saja. 3. Metode Iqra’ dan Hubungannya Dengan Al-Qur’an Membahas metode Iqra’ dan hubungannya dengan al-Qur’an untuk itu harus mengetahui arti kedua kata tersebut. Metode Iqra’ adalah suatu metode membaca al-Qur’an yang menekankan langsung pada latihan 27 Karim dan Sulaiman, Panduan Praktis Belajar Baca Tulis Al-Qur’an, h. v membaca. 28 Metode Iqra’ juga, suatu cara membaca al-Qur’an yang mendahulukan bacaan idzhar, yaitu bacaan yang terang dan jelas. Buku bacaan yang dimulai dengan mengucapkan huruf-huruf Arab dan kata-kata yang mudah, di dalamnya sudah diberi harokat atau tanda baca. Jadi akan memudahkan pembacanya dalam menghafalkan kata-katanya. Buku bacaan ini memudahkan anak-anak membaca dan menghafalnya dari pada mereka harus mengulang-ulang bacaannya, seperti metode Bagdadiyah. Dengan menggunakan buku bacaan Iqra’ anak-anak usia 5-6 tahun, bisa membaca al-Quran dalam waktu 6 bulan. Sedangkan al-Qur’an secara harfiah berarti bacaan atau hafalan. Bisa juga diartikan sebagai kitab yang berisi firman Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad dalam bahasa arab kepada umatnya melalui periwayatan yang tidak terputus. 29 Dari segi bahasa, banyak pendapat para ahli tentang penulisan lafal al-Qur’an, ada yang berpendapat al-Qur’an dibubuhi lafal hamzah, yang dibaca al-Qur’an, akan tetapi menurut Asy-syafi’i, Al-farra dan Al-asy’ari termasuk di antara para ulama yang berpendapat bahwa lafal al-Qur’an ditulis tanpa huruf hamzah. 30 Berdasarkan kutipan di atas jelas bahwa al-Qur’an sebagai petunjuk kepada manusia untuk kebahagian hidupnya di dunia dan di akhirat, al-Qur’an dalam mengarahkan pendidikannya kepada manusia 28 Qashtalhikmah, Macam-Macam Metode Pembelajaran Al-Qur’an, artikel diakses pada 10 Maret 2010 dari http:qashtalhikmah.blogspot.com201001macam-macam-metode - pembelajaran-al-Qur’an.html 29 Muhammad Hasyim Kamali, Prinsip Dan Teori-Teori Hukum Islam, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 1996, h.17 30 Subhi Ash-shalih, Membahas Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, terj, Tim Pustaka Firdaus, Jakarta, Pustaka Firdaus, 1991, h.10 menghadapi dan memperlakukan mahluk tersebut. Sejalan dengan unsur penciptaannya yaitu jasmani, akal dan jiwa, oleh karena itu materi-materi pendidikan yang disajikan al-Qur’an, selalu mengarah kepada jiwa, akal dan raga manusia. 31 Metode pengajaran adalah cara atau jalan yang digunakan oleh guru untuk mencapai tujuan belajar yang diharapkan yaitu untuk mendapatkan pengetahuan, sikap, kecakapan dan keterampilan. 32 Jika tidak ada metode membacanya maka tidak bisa membaca al-Qur’an. Jika bacaannya keliru, maka akan keliru pula arti dan makna suatu ayat, di sini jelas ada hubungannya antara metode Iqra’ dan al-Qur’an yaitu menjaga supaya tidak ada kekeliruan dalam membaca al-Qur’an dan mempercepat kemampuan dalam membaca al-Qur’an. Apabila ditinjau dari sudut bahasa, jelaslah bahwa metode Iqra’ dan al-Qur’an mempunyai hubungan yang erat sekali, metode Iqra’ merupakan alat atau media untuk dapat membaca al-Qur’an dengan baik dan benar. Allah menciptakan al-Qur’an sebagai sumber utama dalam Islam untuk mengaji, mengkaji dan mengamalkannya, sedangkan buku Iqra’ merupakan sarana ibadah untuk belajar membaca al-Qur’an. Dinamakan Iqra’ karena sesuai dengan ayat pertama turun yaitu surat al- alaq, dimana mempunyai arti bacaan. 31 Umar Shihab, Kontekstualitas Al-Qur’an: Kajian Tematik Atas Ayat-Ayat Hukum Dalam Al-Qur’an , Jakarta: Penamadani, Agustus 2005 cet: ke-3, h. 158 32 Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta, Bina Aksara, 1998, cet 1, h.84

BAB III ANALISA METODE