BAB II SEJARAH MUNCULNYA METODE
QIRÂ’ATI DAN METODE IQRA’
Setelah pada pendahuluan dipaparkan mengenai latar belakang penulisan skripsi, maka pada bab ini penulis akan sedikit menguraikan tentang sejarah
munculnya metode Qirâ’ati dan metode Iqra’, menjelaskan tentang klasifikasi metode Qirâ’ati dan metode Iqra’, juga menjelaskan bagaimana hubungan
metode Qirâ’ati dan metode Iqra’ dengan al-Qur’an.
A. Metode Qirâ’ati.
1
Sejarah dan penyusunan metode Qirâati membutuhkan perjalanan masa yang cukup lama dengan usaha, penelitian, pengamatan dan uji coba
selama bertahun-tahun. Dengan penuh ketekunan dan kesabaran KH. Dachlan Salim Zarkasyi selalu mengadakan pengamatan dan penelitian pada majelis
pengajaran al-Qur’an di mushala-mushala, masjid-masjid ataupun majelis tadarus
al-Qur’an.
2
Sebelum menemukan metode Qirâ’ati KH. Dachlan Salim Zarkasyi
3
adalah seorang guru ngaji yang menggunakan kaidah yang biasa dikenali dengan teturutan atau biasa juga disebut kaidah bagdadiyah. Namun ternyata
1
Ustadz Abdussalam, Koordinator Pentashih Cabang JABODETABEKA, Wawancara Pribadi
, Jakarta, 15 Desember 2009, Lihat Pula Qirâ’ati, Kaidah Praktis Membaca Al-Qur’an, artikel diakses pada 03 desember 2009 dari http : www.Qirâ’ati.comcontentview1326
2
Abu Bakar Dachlan, Pak Dachlan Pembaharu Dan Bapak TK Al-Qur’an, Yayasan Pendidikan Al-Qur’an Raudhatul Mujawwidin, Semarang, h.53
3
Pendiri TK al-Qur’an yang pertama di Indonesia, yang beralamat di kampung kebon arum 73 Semarang. Sekalipun KH. Dachlan Salim Zarkasyi telah lama mengajarkan al-Qur’an
yaitu sejak tahun 1963, namun berdirinya TK al-Qur’an baru dimulai pada tanggal 1 Juli 1986. Baca Pak Dachlan Pembaharu Dan Bapak TK Al-Qur’an, Yayasan Pendidikan Al-Qur’an
Raudhatul Mujawwidin, Semarang, h.67
12
hasil dari pengalaman dan pengamatan beliau, dalam menggunakan teturutan sebagian besar mereka hanya mampu menghafal huruf bukan mengerti huruf
dan biasanya waktu bagi siswa-siswa untuk menguasai bacaan tartil diperlukan waktu yang lama.
Berdasarkan pengalaman inilah beliau mencoba untuk mencari alternatif lain dengan cara membeli buku-buku kaidah baca al-Qur’an dengan
maksud, agar dapat mencapai hasil yang lebih memuaskan. Setelah mengamati semua kaidah yang ada, ternyata beliau belum menemukan kepuasan, beliau
tidak yakin dengan kejayaan kaidah-kaidah tersebut karena berbagai sebab seperti menggunakan contoh-contoh perkataan yang bukan dari bahasa arab
atau dari al-Qur’an bahkan ada yang berbunyi bahasa Indonesia atau bahasa Jawa.
Sejak itulah beliau mencoba memperkenalkan huruf dengan harakat
nya seperti ا, ب, ت dengan cara bacaan yang lancar dan cepat. Dalam
waktu yang sama anak-anak diperkenalkan dengan huruf-huruf yang tidak ada harakat
nya seperti ا, ب, ت hanya bedanya dengan sistem yang lama, kaidah
Qirâ’ati tidak mewajibkan anak murid mengeja huruf ketika membaca sebuah
perkataan. Pada tahun 1972, Qirâ’ati dicetak lebih banyak, tidak hanya di
Semarang, Kotagede termasuk kota yang memesan Qirâ’ati dalam jumlah banyak. Diterbitkan oleh Toha Putra Semarang, pada tahun 1980 dicetak oleh
Penerbit Al Alawiyyah. Sedangkan Qirâ’ati ditulis oleh Sahlan asal Kudus, dan diterbitkan oleh Yayasan Pendidikan Al-Qur’an Raudhatul Mujawwidin.
4
4
Dachlan, Pak Dachlan Pembaharu, h.69
Setelah uji coba berulang kali, beliau mendapatkan tehnik susunan seperti yang sekarang ini, metode Qirâ’ati ini bukan berupa satu paket buku
langsung jadi melainkan hasil pengamatan, penelitian, dan percobaan. Sehingga metode Qirâ’ati ini mempunyai gerak yang sesuai dengan
kebutuhan dan perkembangan. 1.
Sejarah Perkembangan Qirâ’ati Metode Qirâ’ati ditemukan KH. Dachlan Salim Zarkasyi di
lahirkan di semarang, tepatnya di Pekojan tanggal 28 agustus 1928
5
dan wafat tanggal 20 januari 2001M. Metode yang disebarkan sejak awal
1970an, ini memungkinkan anak-anak mempelajari al-Qur’an secara cepat dan mudah.
Kiai Dachlan menerbitkan sebuah buku enam jilid, dengan judul “pelajaran membaca al-Qur’an untuk TK al-Qur’an” untuk anak usia 4-6
tahun. Buku ini pertama terbit pada 1 juli 1986, bertepatan dengan berdirinya TK al-Qur’an yang pertama di bumi Indonesia. Pada awalnya
terdiri dari 10 jilid, lalu menjadi 8 jilid kemudian diringkas menjadi 6 jilid pada tahun 1963.
6
Seiring dengan perkembangan dan mobilitas masyarakat yang semakin hari semakin mencari al-Qur’an, perkembangan Qirâ’ati tidak
bisa dipungkiri lagi, sehingga untuk memperpendek jarak antara KH. Dachlan salim zarkasyi dengan pengguna Qirâ’ati di daerah, maka
ditunjuklah seseorang yang dapat meneruskan amanah beliau yang disebut
5
Dachlan, Pak Dachlan Pembaharu, h.1
6
Dachlan Salim Zarkasyi, Kata Pengantar Metode Praktis Belajar Membaca Al-Qur’an, Semarang, yayasan pendidikan al-Qur’an raudhatul mujawwidin, 1990 cet, 1-6
koordinator. Koordinator inilah yang membantu beliau yang mengembangkan Qirâ’ati.
Dari tahun ke tahun perkembangan Qirâ’ati makin meluas ke seluruh pelosok negeri bahkan di negara asing sampai tahun 2000 telah
masuk ke negara Australia, Malaysia, Brunei Darusalam, Singapura. Dari perkembangan tersebut beliau tidak terlalu gembira bahkan merasa
khawatir karyanya ini dimanfaatkan untuk bisnis belaka. Untuk itu pada tahun 1990 beliau mengundang seluruh kepala TKATPA dan lembaga
yang mempergunakan Qirâ’ati pada suatu acara Silatnas Nasional untuk mentashih ulang para kepala TKATPA dan pengelola Qirâ’ati, sekaligus
menunjuk koordinator tingkat Propinsi dan Kota Besar yang ada di Indonesia.
7
Tujuan Qirâ’ati yaitu sebagai berikut: 1.
Menjaga dan memelihara kehormatan atau kesucian al-Qur’an dari segi bacaan yang benar tartil sesuai dengan kaidah tajwid.
2. Menyebarkan ilmu baca al-Qur’an bukan menjual buku.
Jika hanya menjual buku buat apa bapak Dachlan Salim Zarkasyi, susah-susah membentuk koordinator, sebarkan saja ke toko-toko
buku, selesai. 3.
Mengigatkan guru ngaji agar berhati-hati dalam mengajar al-Qur’an. 4.
Meningkatkan mutu kwalitas pendidikan atau pengajaran al-Qur’an.
8
7
Muhammadhaidar, Sejarah Qirâ’ati, artikel diakses pada 11 Januari 2010 dari http:muhammadhaidar.blogspot.com200807sejarah-Qirâ’ati.html
8
Bunyamin Dachlan, Memahami Qirâ’ati, Yayasan Pendidikan Al-Qur’an Raudhatul Mujawwidin, Semarang, h.2
Ciri-ciri Qirâ’ati: a.
Tidak dijual secara bebas tidak ada di toko-toko, karena KH. Dachlan Salim Zarkasyi mengajarkan bahwa distribusi kitab Qirâ’ati
merupakan sebuah amanat. yang harus diketahui bahwa distribusinya tidak mengandung motivasi komersial. Pada prinsipnya amanat kitab
Qirâ’ati hanya diberikan kepada siswa yang telah lulus tashih.
b. Guru yang mengajarkan Qirâ’ati telah diuji untuk mendapatkan
syahadah sertifikat atau ijin mengajar, agar guru ngaji memiliki kompetensi yang memadai dalam mengajarkan al-Qur’an sekaligus
menjaga kaidah-kaidah pembacaan yang mujawwad murattal bacaan yang sesuai dengan tajwid.
9
c. Kelas TKQTPQ dalam disiplin yang sama, sistem pendidikan dan
pengajarannya berpusat pada siswa dan kenaikan kelas atau jilid tidak ditentukan oleh bulan tahun dan tidak secara klasikal, tetapi secara
individual perseorangan. siswa dapat pindah ke jilid berikutnya dengan syarat sudah menguasai materi dan lulus tes yang telah di
ujikan oleh koordinator setempat.
10
Prinsip-prnsip dasar Qirâ’ati yaitu: 1.
Prinsip-prinsip yang harus ditaati oleh guru yaitu: a.
Tiwagas teliti, waspada, tegas Guru diwajibkan untuk teliti dan waspada dalam menyimak
9
Dachlan, Pak Dachlan Pembaharu, h.iii
10
Qashtalhikmah, Macam-Macam Metode Pembelajaran Al-Qur’an, artikel diakses pada 10 Maret 2010 dari http:qashtalhikmah.blogspot.com201001macam-macam-metode -
pembelajaran-al-Qur’an.html
bacaan siswa dan tegas dalam memberi pelajaran kepada siswanya.
b. Daktun tidak boleh menuntun
Guru tidak boleh menuntun siswa dalam membaca al-Qur’an. 2.
Prinsip-prinsip yang harus ditaati oleh siswa yaitu: a.
CBSA: Cara belajar santri aktif b.
LTCB: Lancar, cepat, tepat dan benar Siswa diwajibkan untuk membaca al-qur’an secara lancar,
cepat, tepat dan benar, misalnya نْﻮ ﻌ ﻔْﻨ ﻳ siswa harus
membaca dengan samar dan ditekan.
11
Ada dua wasiat yang disampaikan oleh Dachlan Salim Zarkasyi untuk para guru al-Qur’an khususnya guru Qirâ’ati sewaktu beliau masih
di rumah sakit yaitu: 1. Bahwa guru ngaji harus melaksanakan tiga hal utama yaitu:
a. Guru ngaji harus sabar dan ikhlas
Dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, seorang guru ngaji harus sabar dalam menghadapi anak didiknya serta harus ikhlas
memberikan ilmu yang dimilikinya kepada anak didiknya. b.
Guru ngaji harus sering tahajjud Seorang guru ngaji, untuk memperkuat ilmu pengetahuan yang
dimilikinya, selain shalat 5 waktu. Ia juga harus sering tahajud agar ilmu pengetahuannya tidak mudah hilang.
11
Dydododo, Penerapan Metode Qirâ’ati Dalam Pembelajaran al-Qur’an, artikel diakses pada 25 Maret 2010 dari http:dydydodo.wordpress.com20100107penerapan-metode-Qirâ’ati-
dalam-pembelajaran-al-Qur’an
c. Guru ngaji harus sering tadarus al-Qur’an
Agar mudah dalam menghafal, guru ngaji harus sering membaca al-Qur’an.
12
2. Bahwa Qirâ’ati tidak boleh disodor-sodorkan, Qirâ’ati hanya diberikan
kepada yang mau, jangan diberikan kepada yang tidak mau, maksudnya mereka yang mau adalah mereka yang mengikuti aturan main yang saya
KH. Daclan Salim Zarkasyi terapkan, mereka yang tidak mau adalah mereka yang tidak megikuti aturan mainnya, semaunya sendiri,
walaupun mereka telah memakai Qirâ’ati cukup lama.
13
KH. Dachlan Salim Zarkasyi pernah berkata : a.
Jangan wariskan al-Qur’an yang salah, karena yang benar itu mudah.
b. Tidak semua orang boleh mengajar Qirâ’ati, tetapi semua orang
boleh diajari Qirâ’ati. c.
Dalam 100 siswa santri 1 yang bodoh, jika ada lebih dari 1 yang bodoh maka yang perlu dipertanyakan adalah gurunya.
14
2. Klasifikasi Metode Qirâ’ati yaitu: a.
Metode Praktis Belajar Membaca Al-Qur’an Untuk TKA Buku ini disusun untuk pengajaran membaca al-Quran bagi anak
didik yang berusia taman kanak-kanak 4-6 tahun b.
Metode Praktis Belajar Membaca Al-Qur’an Untuk Sekolah Dasar
12
Dachlan, Memahami Qirâ’ati, h.1
13
Makalah Penyegaran Qirâ’ati Kepala dan Wakil Kepala, Dokumentasi Ustadz Abdussalam, kordinator Pentashih Cabang JABOTABEKA, h. 12.
14
Dachlan, Memahami Qirâ’ati, h.16
Buku ini disiapkan untuk mengikuti kurikulum dalam sekolah dasar, sehingga diharapkan selesainya pelajaran ini sampai dengan
gharibmusykilat beserta tajwidnya bersamaan dengan kurikulum
SD. c.
Metode Praktis Membaca Al-Qur’an Untuk Dewasa Buku ini yang tidak terlalu banyak memuat materi driil atau latihan
dan disesuaikan dengan ukuran font yang tidak perlu besar mendukung penyusunan buku ini. Buku ini sangat cocok
diterapkan dalam dua semester Mata Kuliah Dasar Umum MKDU perguruan tinggi.
d. Pelajaran Gharib Musykilat
Buku ini memuat pengecualian-pengecualian dari bacaan yang diriwayatkan oleh Imam Âashim. Buku ini merupakan lanjutan dari
buku metode praktis, untuk TK, SD, maupun dewasa perlu melanjutkan materi pelajaran
e. Pelajaran ilmu Tajwid
Setelah para siswa berhasil menyelesaikan semua materi dalam Qirâ’ati
TK, SD, Dewasa, maka para siswa melanjutkan materi pengetahuan istilah-istilah dalam hukum bacaan al-Qur’an atau
yang lebih dikenal dengan ilmu tajwid. Buku ini memuat materi- materi ilmu tajwid yang sekaligus merupakan materi terakhir
dalam kurikulum Qirâ’ati.
15
15
Admin , Metode Cepat Membaca Kitab. Artikel diakses pada 03 Desember 2009 dari http:www.Qirâ’ati.orgpusatindex.phptentang-Qirâ’atifeaturesmetode cepat
3. Metode Qirâ’ati dan hubungannya dengan al-Qur’an.
Metode Qirâ’ati
adalah sebuah cara mengajar baca al-Qur’an secara baik dan benar mujawwad, murattal, dengan mempertahankan
mutu pengajaran dan mutu pengajar melalui mekanisme sertifikasi syahadah. Metode ini terangkum dalam bentuk buku-buku kecil
berkelompok yang disesuaikan dengan kaidah ilmu tajwid. Sedangkan Al-Qur’an telah diyakini kebenarannya oleh kaum
muslim, surat demi surat, ayat demi ayat, kata demi kata, bahkan huruf demi huruf. Semuanya telah disampaikan secara utuh kepada Nabi
Muhammad yang kemudian memerintahkan sahabat-sahabatnya untuk menuliskan, menghafalkan dan mempelajarinya.
Berdasarkan kutipan di atas jelas bahwa al-Qur’an sebagai petunjuk kepada manusia untuk kebahagian hidupnya di dunia dan di
akhirat. Di sini jelas ada hubungan yang erat sekali metode Qirâ’ati sebagai alat media membaca al-Qur’an, al-Qur’an juga dipahami dan
diyakini umat Islam sebagai satu kitab yang menjadi pedoman hidup. Menurut KH. Ahmad al-wafa’ wajih, seorang amanah metodologi
koordinator cabang gresik, ada kemiripan dalam sejarah Qirâ’ati dengan sejarah al-Qur’an antara lain:
a. Al-Qur’an bukan karya tulis tetapi wahyu sedangkan sedangkan buku
Qirâ’ati bukan karya tulis tetapi inayah dan hidayah atau ilham dari
Allah. b.
Al-Qur’an turun kepada Nabi ummi tidak bisa baca tulis sedangkan Qirâ’ati
diberikan Allah kepada seorang yang belum tamat SD.
c. Mushaf al-Qur’an awalnya menyebar bebas, kemudian pada zaman
khalifah sayyidina Utsman RA, al-Qur’an disebarkan harus melalui gurunya atau qorynya sedangkan buku Qirâ’ati awalnya juga bebas
beredar di toko, kemudian pada akhirnya Qirâ’ati hanya boleh diajarkan oleh guru yang lulus tashih.
16
Metode adalah suatu cara membaca al-Qur’an, jika tidak ada metode membacanya maka tidak bisa membaca al-Qur’an. Jika bacaannya
keliru, maka akan keliru pula arti dan makna suatu ayat, disini jelas ada hubungannya antara metode Qirâ’ati dan al-Qur’an yaitu menjaga supaya
tidak ada kekeliruan dalam membaca al-Qur’an dan mempercepat kemampuan dalam membaca al-Qur’an. Disamping itu pula metode
Qirâ’ati memperhatikan adanya kehati-hatian dalam membaca al-Qur’an
Qirâ’ati artinya ‘bacaanku’ secara bahasa arab merupakan kata
dasar atau masdar. Masdar yang disandarkan pada ya al yaa u mutakallim
, artinya ‘bacaanku’, bacaanku mempunyai arti sudah disetujui oleh beberapa para ahli al-Qur’an.
17
B. Metode Iqra’