Petunjuk Mengajar jilid 1 Metode Pengajarannya

tiin, al-insyirah dan adh-dhuhaa. Bacaan shalat seperti: niat shalat subuh, bacaan tahiyat akhir dzikir dan shalawat. Doa hariannya seperti: doa akan belajar, doa mohon kecerdasan, doa menetapkan agama Islam, istighfar, dan doa memohon kesembuhan. Misi jilid 6 yaitu: untuk memberantas bacaan al-Qur’an tidak bertajwid meneruskan jilid 5.

B. Metode Pengajarannya

Metode pengajaran Iqra’ ialah sebagai berikut:

1. Petunjuk Mengajar jilid 1

a. Sistem 1 CBSA: cara belajar santri siswa aktif biarkan peserta aktif membaca menulis berlatih, ustadz cukup menyimak dan menegur kalau ada kesalahan dan jangan sampai menuntun. 2 Private: siswa berhadapan langsung dengan guru 3 Asistensi: siswa senior dijadikan asisten untuk membantu mengajar mengatasi kekurangan guru. Catatan: Bila terpaksa klasikal, siswa dikelompokkan menurut kemampuan buku pelajaran. Buku hanya menerangkan pokok-pokok pelajaran secara bersama-sama, dan sebagai penguji bagi siswa yang sudah sampai EBTA. Jadi antara siswa harus ada saling ajar mengajar. b. Mengenai pokok pelajaran, guru langsung memberi contoh bacaannya. Jadi tidak perlu banyak komentar. 23 c. Sekali huruf di baca betul, tidak boleh atau jangan diulangi lagi. Contohnya: dibaca dengan benar. d. Jika siswa keliru panjang-panjang dalam membaca huruf, maka guru harus lebih tegas memperingatkan sebab yang betul dengan bacaan yang pendek-pendek seperti ج ج. e. Bila siswa keliru membaca huruf, cukup betulkan huruf-huruf yang keliru saja, dengan cara: 1 Isyarah: umpamanya dengan kata-kata “eee…awas…stop…”. 2 Bila dengan isyarah masih tetap keliru, berilah sedikit ingatan. Umpamanya siswa lupa baca huruf ز guru cukup mengingatkan titiknya, yaitu bila tidak ada titiknya di baca ر dan seterusnya. 3 Bila masih tetap lupa barulah ditunjukkan bacaan yang sebenarnya. f. Pelajaran satu ini berisi pengenalan huruf berfathah maka sebelum dikuasai benar, jangan naik ke jilid berikutnya. Sedangkan bila kemampuan maksimal tetap belum fasih, maka Sementara boleh: ش lebih diarahkan ke bunyi “sy” dari pada keliru س ض lebih diarahkan ke bunyi “d” kendor dari pada keliru ظ ظ lebih diarahkan ke bunyi ذ di baca dengan bibir agak maju ق lebih diarahkan ke bunyi “q” dari pada keliru خ 23 Setiap huruf atau kata baca betul, guru jangan diam saja, tetapi agar mengiyakan, umpama dengan kata-kata: “Bagus, betul, ya” dan sebagainya. Jadi bisa naik ke pelajaran dua dengan “her” pada huruf-huruf tertentu. g. Bagi siswa yang betul-betul menguasai pelajaran dan sekiranya mampu berpacu dalam menyelesaikan belajarnya, maka membacanya boleh meloncat-loncatkan, tidak harus utuh sehalaman. h. Untuk EBTA, sebaiknya ditentukan guru pengujinya. 24

2. Petunjuk Mengajar jilid 2