Sistem Operasional Asuransi Jiwa Syariah

Apabila salah satu syarat tidak dapat terpenuhi mempunyai konsekuensi yuridis terhadap perjanjian tersebut dapat dibatalkan atau batal demi hukum, sedangkan bagi perjanjian yang sah akan mengikat bagi para pihak sebagai undang-undang dan para pihak wajib melaksanakan perjanjian secara sukarela dengan itikad baik serta tidak bisa memutuskan perjanjian tersebut secara sepihak. Apabila salah satu pihak mengabaikan perjanjian maka akan mendapat sanksi dari Allah di akhirat nanti.

E. Sistem Operasional Asuransi Jiwa Syariah

1. Akad Perjanjian Sebagaimana telah dijelaskan dalam bab terdahulu bahwa akad merupakan salah satu persoalan pokok dalam Asuransi Konvensional yang diharamkan oleh ulama. Akad yang ada di Asuransi Konvensional akan berdampak pada munculnya gharar dan maisir. Oleh karena itu, para ulama mencari solusi bagaimana masalah gharar dan maisir ini dapat dihindarkan. Masalah pertamaadalah gharar “penipuan” yang muncul karena akad yang dipakai di asuransi konvensional adalah aqd tabaduli “akad pertukaran” sesuai dengan syarat-syarat akad pertukaran, maka harus jelas beberapa pembayaran premi dan berapa uang pertanggungan yang akan diterima. Masalah hukum syariah ini muncul karena kita tidak bisa menentukan secara tepat jumlah premi yang akan dibayarkan, sekalipun syarat-syarat lainnya, penjual, pembeli, ijab kabul dan jumlah uang pertanggungan barang dapat dihitung. Jumlah premi yang akan dibayar sangat tergantung pada takdir, tahun berapa kita meninggal atau mungkin sampai akhir kontrak kita tetap hidup, disini gharar terjadi. Asuransi Syariah, masalah gharar ini dapat diatasi dengan menganti akad tabaduli dengan akad takafuli “tolong-menolong” atau akad tabarru dan akad mudharabah bagi hasil. Dengan akad tabarru, persyaratan dalam akad pertukaran tidak perlu lagi atau gugur. Asuransi Syariah menyiapkan rekening khusus sebagai rekening dana tolong menolong atau rekening tabarru yang telah diniatkan diakadkan secara ikhlas oleh setiap peserta Asuransi Syariah. Oleh karena itu, dalam mekanisme dana di Asuransi Syariah, premi yang dibayarkan oleh peserta dibagi menjadi dua jenis rekening, yaitu rekening peserta dan rekening tabarru. pada rekening tabarru ini di tampung semua dana tabarru’ peserta sebagai dana tolong menolong-menolong atau dana kebajikan, yang jumlahnya sekitar 5-10 dar premi pertama tergantung usia. Selanjutnya dari dana ini pula klaim-klaim peserta dibayarkan apabila ada diantara peserta yang meninggal atau mengambil dana tunai. Syafi’i Antonio memberikan ilustrasi yang simpel tapi jelas dalam masalah gharar. Dalam konsep syariah, masalah gharar dapat dieliminisir karena akad yang dipakai bukanlah aqd tabaduli, tetapi akad aqd takafuli atau tolong- menolong dan salin menjamin. 66 Dalam hal ini yang menjadi masalah adalah sebagaimana jika tuan A meninggal paket asuransi 10 tahun dengan besar uang pertanggungan 10 juta. Apabila pada tahun keempat, tuan A meninggal dunia dan baru membayar premi Konsep Asuransi Syariah, semua peserta asuransi menjadi penolong dan penjamin satu sama lainnya. Sehingga jika peserta A meninggal, peserta B, C, D harus membantu, demikian sebaliknya. 66 Muhammad Syarif Antonio, Op.cit, Hal.2. 4 juta, maka ahli warisnya mendapat jumlah penuh 10 juta. Pertanyaan yang muncul dari mana uang sisa 6 juta diperoleh. Uang 6 juta inilah yang disebut oleh ulama sebagai gharar. Konsep takaful, tiap pembayaran premi sejak awal akan dibagi dua, masuk kedalam rekening pemegang polis peserta dan satu lagi dimasukan ke rekening khusus peserta yang telah di niatkan tabarru untuk membantu saudaranya yang lain jika ada yang tertimpa musibah. Rekening khusus inilah sisa 6 juta diatas tadi di ambil, dan semua peserta sejak awal masuk telah ikhlas memberika tabarru. Masalah kedua, yaitu maisir judigambling. Sebagaimana dijelaskan pada bab sebelumnya, maisir artinya adanya salah satu pihak yang untung namun dipihak lain justru mengalami kerugian. Misalnya seseorang peserta dengan alasan tertentu ingin membatalkan kontraknya sebelum reversing period, biasanya tahun ketiga, maka yang bersangkutan tidak akan menerima kembali uang yang telah dibayarkan kecuali sebagian kecil saja. Disini maisir, dimana ada pihak yang untung dan disisi lain ada pihak yang dirugikan. Dalam asuransi syariah, reversing period, bermula dari awal akad dimana setiap peserta memiliki hak untuk mendapatkan cash value, kapan saja dan mendapatkan semua uang yang telah dibayarkannya kecuali sebagian kecil saja. diniatkannya dalam tabungan tabarru yang telah dimasukan ke dalam rekening khusus peserta dalam bentuk tabarru atau dana kebajikan. Demikian juga dengan adanya unsur keuntungan yang dipengaruhi oleh pengalaman underwritingmortalita pada asuransi konvensiona, dimana untung rugi suatu perusahaan terjadi sebagai hasil dari ketepatan chance. Fadli Yusuf mengatakan bahwa terjadinya unsur maisir sebagai kelanjutan dari pada unsur gharar pada asuransi konvensional. Keuntungan dari asuransi juga dilihat sebagai hasil yang mengandung unsur perjudian karena keuntungan sangat tergantung dari pengalaman penanggung underwriting experience. 67 2. Mekanisme Pengelolahan Dana Sehingga untung dan rugi dari suatu perusahaan tergantung pada nasib. Hal ini mengandung gharar karena ini termaksud judi. Masalah syariah diatas dapat selesai dengan benarnya akad. Asuransi Syariah telah mengubah akadnya dan membagi dana peserta kedalam dua rekening pada produk life yang mengandung unsur tabungan. Karena rekening khusus yang menampung dana tabarru yang ada tidak tercampur dengan rekening peserta, maka reserving period di asuransi syariah terjadi sejak awal. Kapan saja peserta dapat mengambil uang karena pada hakikatnya itu adalah uang mereka sendiri, dan nilai tunai sudah ada sejak awal tahun pertama ia masuk. Karena itu tidak ada maisir, tidak ada gambling, karena tidak ada pihak yang dirugikan. Masalah ketigaadalah riba bunga. Pada asuransi syariah, masalah riba dieliminir dengan konsep mudharabah bagi hasil. Seluruh bagian dari proses oprasional asuransi yang didalamnya menganut hasil riba, digantikannya dengan akad mudharabah atau akad lainnya yang dibenarkan secara syari’i. Baik dalam penentuan bunga teknik, investasi, maupun penempatan dana kepihak tiga, semua mengunakan instrumen akad syari’i yang bebas dari riba. A. Perusahaan sebagai pemegang amanah 67 Fadzli Yusof, Op.cit. Hal.10. Sistem oprasional Asuransi Syariah adalah saling bertanggunga jawab, bantu-membantu, dan saling melindungi antara pesertanya. Perusahaan Asuransi Syariah diberi kepercayaan untuk amanah oleh para peserta untuk mengelolah premi, mengembangkan dengan jalan yang halal, dan memberikan santunan kepada yang mengalami musibah sesuai dengan isi akta perjanjian. 68 1. Sistem Pada Produk Saving Ada Unsur Tabungan Keuntungan perusahaan diperoleh dari pembagian keuntungan dana peserta yang dikembangkan dengan prinsip mudharabah sistem pembagian hasil. Peserta syariah berkedudukan sebagai pemilik modal shohibul mal dan perusahan syariah berfungsi sebagai pemegang amanah mudharib. Keuntungan yang diperoleh dari perkembangan dana itu dibagi antara para peserta dan perusahaan sesuai dengan ketentuan nisbah yang telah disepakati. Mekanisme pengelolahan dana peserta premi terbagi menjadi dua sistem yaitu: Setiap peserta wajib membayar sejumlah uang premi secara teratur kepada perusahaan. Besar premi yang dibayarkan sesuai dengan kepada keuangan peserta. Akan tetapi, perusahaan menetapkan jumlah minimum premi yang akan dibayarkan. Setiap premi yang dibayarkan oleh peserta, akan dipisah dalam dua rekening yang berbeda. a. Rekening tabungan peserta yaitu dana yang merupakan milik peserta, yang dibayarkan bila: 1. Perjanjian berakhir, 2. Peserta mengundurkan diri, 68 Muhammad Syakir Sula. Op.cit, Hal.176. 3. Peserta meninggal dunia. b. Rekening tabarru yaitu kumpulan dana kebajikan yang telah diniatkan oleh peserta sebagai iuran dana kebajikan untuk tujuan saling menolong dan saling membantu, yang dibayarkan bila: 1. Peserta meninggal dunia, 2. Perjanjian telah berakhir jika ada surplus dana. Sistem inilah inflementasi dari akad takafuli dan akad mudharabah, sehingga Asuransi Syariah dapat terhindar dari unsur gharar dan maisir. Selanjutnya kumpulan dana peresta ini diinvestasikan sesuai dengan syariah. Tiap keuntungan dari hasil investasi, setelah dikurangi dengan beban asuransi klaim dan premi asuransi, akan dibagi menurut prinsip al-mudharabah. Persentase pembagian mudharabah dibuat suatu perbandingan tetap berdasarkan perjanjian kerja sama antara perusahaan dan peserta, misalnya dengan 30:70, 40:60, dan seterusnya. 2. Sistem Pada Produk Non Saving Setiap premi yang dibayar oleh peserta, akan dimasukan dalam rekening tabarru perusahaan. Yaitu, kumpulan dana yang telah diniatkan oleh peserta sebagai iuran dan kebajikan untuk tujuan saling menolong dan saling membantu, dan dibayarkan bila: a. Peserta meninggal, b. Perjanjian telah berakhir jika ada surplus dana. Kumpulan dana peserta ini akan diinvestasikan dengan syariat Islam. Keuntungan hasil investasi setelah dikurangi dengan beban asuransi klaim dan premi asuransi, akan dibagi antara perserta dan perusahaan menurut prinsip al- mudharabah dalam suatu pertandingan tetap berdasarkan perjanjian kerja sama antara perusahaan syariah dengan peserta. B. Manfaat Asuransi Manfaat Takaful 1. Manfaat Takafuli pada Produk Tabungan Manfaat takaful yang akan diperoleh oleh peserta takaful atau ahli warisnya adalah sebagai berikut: a. Jika peserta ditakdirkan meninggal dunia dalam masa perjanjian, maka ahli warinya akan memperoleh : 1. Dana rekening tabungan yang telah disetor, 2. Bagian keuntungan atas hasil investasi mudharabah dari rekening tabungan, 3. Selisih dari manfaat takaful awal rencana menabung demi premi yang dibayar. b. Bila peserta mengundurkan diri sebelum perjanjian berakhir, maka peserta akan memperoleh: 1. Dana rekening tabungan yang telah disetor, 2. Bagian keuntungan atas hasil investasi mudharabah dari rekening tabungan. 2. Manfaat Takafuli pada Produk Non Saving a. Bila peserta ditakdirkan meninggal dunia dalam masa perjanjian, maka ahli warisnya akan mendapatkan dana santunan meninggal dari perusahaan, sesuai dengan jumlah yang telah direncanakan peserta. b. Bila peserta hidup sampai perjanjian berakhir, maka peserta akan mendapatkan bagian keuntungan atas rekening tabarru yang ditentukan oleh perusahaan dengan skema mudharabah. C. Sumber Daya Operasional Dalam operasional Asuransi Syariah yang berbentuk bisnis seperti perseroan terbatas PT, sumber biaya operasional menjadi sangat menentukan dalam perkembangan dan percepatan pertumbuhan industri. Lain halnya dengan industri syariah yang berbentuk sosial, mutual, atau koperasi, disini peran pemerintah harus dominan terutama dalam memberikan subsidi di tahap awal berdirinya asuransi tersebut. 69 69 Ibid. Hal.18 Asuransi Syariah yang bersifat sosial tentu tidak terlampau mengutamakan aspek bisnis atau perolehan profit. Tetapi lebih mengutamakan aspek manfaat sebesar-besarnya bagi anggotanya sebagaimana fungsi utama Asuransi Syariah, yaitu saling menolong dalam kebajikan dan takwa.

BAB IV PERBANDINGAN ASURANSI KONVENSIONAL DENGAN SYARIAH ISLAM