Pelaksanaan Pemberian Hak Tanggungan Atas Tanah Yang Belum

3. Pelaksanaan Pemberian Hak Tanggungan Atas Tanah Yang Belum

Bersertipikat di Kota Lhokseumawe Ada beberapa cara yang dilakukan untuk melakukan pemberian Hak Tanggungan atas tanah yang belum bersertipikat di Kota Lhokseumawe. Pemberian Hak Tanggungan tersebut dapat dilakukan melalui Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan SKMHT dan dapat juga langsung dilakukan dengan penandatanganan Akta Pemberian Hak Tanggungan APHT. Pada umumnya pembebanan Hak Tanggungan atas tanah yang belum bersertipikat selalu didahului dengan pembuat Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan. Setelah penandatanganan Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan dilakukan antara pemberi Hak Tanggungan dengan Bank selaku kreditur, baru kemudian dilakukan pendaftaran hak atas tanah yang dijadikan sebagai objek Hak Tanggungan pada Kantor Pertanahan. Pengurusan pendaftaran hak atas tanah tersebut biasanya dikuasakan oleh pemilik tanah kepada Notaris atau PPAT yang membuat Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan tersbebut. Setelah sertipikat hak atas tanah tersebut keluar barulah dilakukan atau ditandatangani Akta Pemberian Hak Tanggungan. Penandatanganan Akta Pemberian Hak Tanggungan ini dilakukan oleh Bank sendiri, baik selaku kuasa dari pemilik tanah pemberi Hak Tanggungan berdasarkan Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan dan juga sekaligus bertindak sebagai pihak yang menerima Hak Tanggungan. Pembebanan Hak Tanggungan yang dilakukan melalui SKMHT dikarenakan objek Hak Tanggungan tersebut masih mempunyai data-data yang kurang lengkap. Universitas Sumatera Utara Data yang kurang lengkap itu dapat berupa data fisik dari tanah yang bersangkutan, dapat juga berupa data yuridis atau kepastian kepemilikan dari tanah tersebut berhubungan belum ada sertipikat hak atas tanah. 93 Hal ini dilakukan untuk menghindari dari permasalahan-permasalahan yang mungkin timbul di kemudian hari apabila pendaftaran tanah bekas hak milik adat yang dijadikan sebagai objek Hak Tanggungan tersebut terkendala dalam pendaftarannya. Pemberian Hak Tanggungan atas tanah yang berasal dari hak milik adat juga dapat dilakukan dengan penandatanganan Akta Pemberian Hak Tanggungan APHT secara langsung. Hal tersebut telah diatur dalam pasal 10 ayat 3 Undang-Undang Hak Tanggungan. Pemberian Hak Tanggungan yang langsung menggunakan Akta Pemberian Hak Tanggungan ini lebih memberikan kepastian hukum pada kreditur karena atas objek Hak Tanggungan tersebut telah ada ikatannya dengan Akta Pemberian Hak Tanggungan, walaupun pendaftaran Hak Tanggungan tersebut dalam buku tanah Hak Tanggungan belum dapat dilakukan karena masih menunggu penyelesaian pendaftaran hak atas tanah yang bersangkutan. Kalau hanya diikat dengan Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan SKMHT, hal tersebut malah belum memberikan kepastian hukum bagi kreditur. Karena ikatan yang ada antara pemberi Hak Tanggungan dengan Bank selaku kreditur baru sebatas kuasa untuk 93 Hasil wawancara dengan Cut Nilawati, Notaris dan PPAT di Kota Lhokseumawe, pada tanggal 23 Juni 2010, di Kota Lhokseumawe Universitas Sumatera Utara membebankan Hak Tanggungan, belum sampai pada tahap pemberian Hak Tanggungan. 94 Tabel 2. Rekapitulasi Pembuatan APHT Tanah Belum Bersertipikat Pada Bank BPD dan BRI di Kota Lhokseumawe Pada Tahun 2005 sd 2010 Jumlah Alas Hak Bank Tahun APHT AJB Hibah APHB Lain- lain BRI BPD Keterangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2005 5 5 - - - 1 4 semua selesai 2006 53 43 3 7 - 29 24 semua selesai 2007 10 10 - - - 8 2 9 selesai, 3 gagal 2008 24 20 1 3 - 19 5 21 selesai, 2 belum 2009 6 2 1 3 - 2 4 4 selesai, 2 belum 2010 2 2 - - - - 2 belum selesai Jumlah 100 82 5 13 - 59 41 Sumber : Kantor Notaris Taufik, SH Kota Lhokseumawe Tahun 2010 Ketentuan yang terdapat dalam pasal 10 ayat 3 Undang-Undang Hak Tanggungan tersebut selain memberikan rasa keadilan bagi masyarakat golongan ekonomi kecil, juga memberikan kepastian hukum dalam pemberian Hak Tanggungan bagi para pihak. Hal itu sejalan dengan asas dari Hak Tanggungan itu sendiri yang menghendaki adanya kepastian hukum dalam pemberian jaminan. 94 Hasil wawancara dengan Bukhari Muhammad, Notaris dan PPAT di Kota Lhokseumawe, pada tanggal 14 Juli 2010, di Kota Lhokseumawe. Universitas Sumatera Utara

BAB III PERTIMBANGAN BANK DAN PPAT

DALAM MENERIMA JAMINAN ATAS TANAH YANG BELUM BERSERTIPIKAT

A. Bank

1. Pengertian Bank Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. 95 Dari pengertian tersebut terlihat bahwa bank merupakan lembaga yang merupakan inti dari sistem keuangan dari setiap negara. 96 Bank adalah lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi orang perseorangan, badan-badan usaha swasta, badan-badan usaha milik negara, bahkan lembaga-lembaga pemerintah menyimpan dana-dana yang dimilikinya. Melalui kegiatan perkreditan dan berbagai jasa yang diberikan, bank melayani kebutuhan pembiayaan bagi semua sektor perekonomian. Masalah Bank pada saat ini diatur dalam Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 10 Tahun 1998. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bank adalah usaha di bidang keuangan yang menarik dan mengeluarkan uang di masyarakat terutama memberikan kredit dan jasa di lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. 95 Pasal 1 Undang-Undang nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan 96 Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, ditunjau menurut Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 10 tahun 1998 dan Undang-undang No. 23 tahun 1999 jo. Undang-undang No. 3 tahun 2004 tentang Bank Indonesia, Edisi Revisi, cetakan ke-5, kencana, 2009, hal.7. Universitas Sumatera Utara Rumusan mengenai pengertian bank yang lain, dapat juga kita temui dalam kamus istilah hukum Fockema Andreae yang mengatakan bank adalah suatu lembaga atau orang pribadi yang menjalankan perusahaan dalam menerima dan memberikan uang dari dan kepada pihak ketiga. Berhubung dengan adanya cek yang hanya dapat diberikan kepada bankir sebagai tertarik, maka bank dalam arti luas adalah orang atau lembaga yang dalam pekerjaannya secara teratur menyediakan uang untuk pihak ketiga. 97 Berdasarkan pengertian di atas dapat dikatakan bahwa pada dasarnya bank adalah badan usaha yang menjalankan kegiatan menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada pihak-pihak yang membutuhkan dalam bentuk kredit dan memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Berkaitan dengan pengertian bank, pasal 1 ayat 2 Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan merumuskan bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit danatau bentuk-bentuk lain dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

2. Kegiatan Pokok Bank