Perbandingan Daya Kelembaban Minyak Zaitun (Olea europaea) Dan Gliserol Dalam Sediaan Krim Tangan

(1)

PERBANDINGAN DAYA KELEMBABAN MINYAK ZAITUN

(Olea europaea) DAN GLISEROL DALAM

SEDIAAN KRIM TANGAN

SKRIPSI

OLEH:

CUT YUNITA SAVITRI NIM 091524053

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PERBANDINGAN DAYA KELEMBABAN MINYAK ZAITUN

(Olea europaea) DAN GLISEROL DALAM

SEDIAAN KRIM TANGAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

CUT YUNITA SAVITRI NIM 091524053

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

PERBANDINGAN DAYA KELEMBABAN MINYAK ZAITUN (Olea europae) DAN GLISEROL DALAM

SEDIAAN KRIM TANGAN OLEH:

CUT YUNITA SAVITRI 091524053

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal: Agustus 2011

Pembimbing I, Panitia Penguji,

Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt. Dra. Julia Reveny, M.Si., Ph.D., Apt. NIP 195111021977102001 NIP 195807101986012001

Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt. NIP 195111021977102001

Pembimbing II,

Dra. Fat Aminah, M.Sc., Apt. NIP 19501117198002201 Dra. Saodah, M.Sc., Apt.

NIP 194901131976032001

Drs. Suryanto, M.Si., Apt. NIP 196106191991031001

Dekan Fakultas Farmasi,

Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. NIP 195311281983031002


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan penulis kesehatan dan kesempatan untuk menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. Terima kasih tidak terhingga kepada Ayahanda Barrul Walidin dan Ibunda Cut Ratna Dewi, b’ Syibran, b’ Putra, b’Pon, cutkak,k’Meidi, k’Ifri, k’Mali, k’Yuni yang memberikan do’a dan dorongan demi suksesnya penulis.

Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt., dan Ibu Dra. Saodah, M.Sc., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan waktu, bimbingan dan nasehat selama melakukan penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., sebagai Dekan Fakultas Farmasi, Bapak Drs. Muchlisyam, M.Si.,Apt., sebagai dosen penasehat akademik penulis, beserta seluruh staf pengajar Fakultas Farmasi USU Medan yang telah mendidik penulis.

2. Ibu Dra. Julia Reveny, M.Si., Ph.D., Apt, Bapak Drs. Suryanto, M.Si., Apt., dan Ibu Dra. Fat Aminah, M.Sc., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan kritikan kepada penulis hingga selesainya penulisan skripsi ini.

3. Staf Laboratorium Teknologi Formulasi Sediaan Cair dan Semi Solid (Farmasetika) yang telah memberikan petunjuk dan saran serta fasilitas laboratorium selama penulis melakukan penelitian.


(5)

4. Teman-teman penulis, Teti, Rika, Ika, Dara, Srie, Anna, Hartie, Safrina, Ain, K’Nda, K’ Memel, K’Lel, Hetty, Izza, Ayu dan rekan-rekan Farmasi Ekstensi angkatan 2009 lainnya yang tidak dapat disebut satu persatu, yang telah memberikan bantuan, saran, dan semangat kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu penulis dengan kerendahan hati bersedia menerima kritikan dan saran yang membangun dari kesempurnaan skripsi ini.

Medan, Agustus 2011 Penulis,


(6)

ABSTRAK

Minyak zaitun adalah salah satu contoh bahan alam yang dapat digunakan sebagai bahan pelembab kulit. Minyak zaitun mengandung zat-zat minyak, berbagai vitamin, dan sejumlah kecil mineral. Minyak zaitun merupakan pelembab yang baik untuk melembabkan kulit wajah dan tubuh. Gliserol juga dapat digunakan sebagai pelembab dimana dapat mencegah dehidrasi lapisan stratum corneum.

Berdasarkan fungsi dari minyak zaitun dan gliserol dicoba untuk melakukan penelitian dengan membandingkan minyak zaitun dan gliserol yang dibuat menjadi sediaan hand cream. Minyak zaitun dan gliserol diformulasikan dalam krim tipe m/a untuk membuat sediaan yang berfungsi sebagai pelembab.

Telah dilakukan penelitian terhadap minyak zaitun dan gliserol dalam dasar krim m/a (minyak/air) sebagai pelembab. Konsentrasi minyak zaitun dan gliserol yang digunakan adalah 0,5%, 2%, 4%, 6%, 8%, 10%, dan 12%. Beberapa pengujian telah dilakukan terhadap sediaan, antara lain: uji homogenitas, pengamatan stabilitas sediaan, penentuan pH, penentuan tipe emulsi, iritasi terhadap kulit, dan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit dengan menggunakan 6 orang sukarelawan.

Hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa sediaan krim pelembab yang dihasilkan adalah homogen. Pada penyimpanan selama 12 minggu sediaan krim minyak zaitun dan gliserol adalah stabil atau tidak mengalami perubahan warna, bau, maupun pecahnya emulsi. Sediaan krim minyak zaitun mempunyai pH 7,4 – 7,63, sedangkan gliserol mempunyai pH 7,5 – 7,67. Sediaan krim yang dihasilkan merupakan tipe emulsi m/a, tidak mengiritasi dan tidak menyebabkan kulit gatal serta tidak menyebabkan kulit kasar. Hasil pengujian kemampuan pengurangan penguapan air dari kulit menunjukkan semakin tinggi konsentrasi minyak zaitun dan gliserol yang ditambahkan ke dalam sediaan krim maka semakin besar kemampuan sediaan krim tersebut untuk mengurangi penguapan air dari kulit. Tetapi kemampuan minyak zaitun untuk mengurangi penguapan air dari kulit lebih besar daripada gliserol.


(7)

ABSTRACT

Olive oil is one of natural material can be as moisturizing skin. Olive oil contain substance of oil, some kind of vitamin, and few mineral. Olive oil is good moisturizing for face and body. Glycerol also can be used as moisturizer.

Based on the function of olive oil and glycerol can be tried to do a research compare moisturizers of olive oil and glycerol is made to be hand cream. Olive oil and gliserol was formulated in a type of cream o/w to made preparations used to as moisturizer.

A research has been done to the olive oil and glycerol in o/w (oil/water) cream base as natural moisturizer in cream preparations. The concentration of olive oil and glycerol used were 0.5%, 2%, 4%, 6%, 8%, 10%, and 12%. Some test have been done to the preparation including homogenate test, stability observation, pH determination, type of emulsion determation, skin irritation test, and the ability of the preparation to reduce the evaporation of water on the 6 volunteers skin.

The result of the homogenate test showed that moisturizing cream preparation was homogenous. In the storage of 12 weeks preparation cream, olive oil and glycerol are stable. Olive oil having pH 7.4 – 7.63, while glycerol having pH 7.5 – 7.67. Produced of the preparation cream was type of emulsion o/w, does not irritated skin and cause itching and does not cause rough skin. Result of testing the ability reducing water evaporation from the skin showed higher concentration of olive oil and glycerol were added into the cream preparation the grater ability of the cream to reduce the evaporation of water from the skin. But ability olive oil to reduce the evaporation of water from the skin higher than glycerol.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3. Hipotesa ... 3

1.4. Tujuan Penelitian ... 4

1.5. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Uraian tanaman zaitun ... 5

2.1.1 Jenis-jenis pohon zaitun ... 5

2.1.2 Kandungan dan manfaat minyak zaitun ... 6

2.1.3 Macam minyak zaitun ... 7

2.2 Kulit ... 8

2.2.1 Fungsi Kulit ... 7

2.2.2 Struktur Kulit ... 10


(9)

2.3 Emulsi ... 12

2.4 Krim ... 14

2.5 Kosmetik ... 15

2.5.1 Kosmetik Pelembab ... 16

2.5.2 Alasan Kulit Dilembabkan ... 16

2.5.3 Faktor yang Menyebabkan Dehidrasi Kulit ... 17

2.5.4 Macam-macam Kosmetik Pelembab ... 17

2.6. Bahan-bahan Sediaan Krim Pelembab ... 18

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 20

3.1 Alat-alat... 20

3.2 Bahan-bahan ... 20

3.3 Sukarelawan ... 20

3.4 Prosedur kerja ... 20

3.4.1 Formula Dasar Krim ... 20

3.4.2 Formula standar handcream... 21

3.4.3 Pembuatan sediaan krim ... 22

2.5. Penentuan Mutu Fisik Sediaan ... 24

2.5.1. Pemeriksaan homogenitas ... 24

2.5.2. Pengamatan Stabilitas Sediaan...24

2.5.3. Penentuan pH sediaan ... 24

2.6. Penentuan Tipe Emulsi Sediaan ... 25

2.7. Uji Iritasi Terhadap Sukarelawan ... 25

2.8. Penentuan Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air Dari Kulit ... 26


(10)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 27

4.1 Penentuan Mutu Fisik Sediaan ... 27

4.1.1 Homogenitas sediaan ... 27

4.1.2 Pengamatan Stabilitas Sediaan Setelah Selesai Dibuat, Penyimpanan 1, 4, 8 dan 12 minggu ... 27

4.1.3. pH sediaan ... 28

4.1.4 Tipe Emulsi Sediaan ... 31

4.2 Data Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan ... 33

4.3 Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air Dari Kulit ... 34

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 39

4.1. Kesimpulan ... 39

4.2. Saran ... 39

DAFTAR PUSTAKA ... 40


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1 Formula Sediaan Krim dengan Minyak Zaitun Sebagai

Pelembab ... 22 Tabel 2 Formula Sediaan Krim dengan Gliserol Sebagai Pelembab ... 23 Tabel 3 Data Pengamatan Terhadap Sediaan Pada Saat Sediaan Selesai dibuat, 1, 4, 8, dan 12 minggu ... 27 Tabel 4 Data Pengukuran pH Sediaan Selesai dibuat ... 29

Tabel 5 Data Pengukuran pH Sediaan setelah Penyimpanan Selama 12 Minggu ... 30 Tabel 6 Data Penentuan Tipe Emulsi Sediaan ... 32 Tabel 7 Data Uji Daya Iritasi terhadap Kulit Sukarelawan...33 Tabel 8 Data Kemampuan Krim Minyak Zaitun Untuk Mengurangi

Penguapan Air Dari Kulit………34 Tabel 9 Data Kemampuan Krim Gliserol Untuk Mengurangi


(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Minyak Zaitun ... 41

Gambar 2 Sediaan Krim .. ... 41

Gambar 3 Sediaan Krim Setelah Penyimpanan Selama 12 minggu ... 42

Gambar 4 Uji Tipe Emulsi Minyak Zaitun ... ...42

Gambar 5 Uji Tipe Emulsi Gliserol………..43

Gambar 6 Uji Tipe Emulsi di atas Objek Glass ... 43

Gambar 7 Rangkaian Alat Untuk Pengujian ... 44


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Gambar minyak zaitun………...…...41 Lampiran 2 Gambar sediaan krim... . 41 Lampiran 3 Gambar sediaan krim seyelah penyimpanan selama

12 minggu ...42 Lampiran 4 Gambar uji tipe emulsi minyak zaitun………...42 Lampiran 5 Gambar rangkaian alat yang digunakan untuk

pengujian ………..…...44 Lampiran 6 Gambar pH meter... ...45 Lampiran 7 Perhitungan... ...46 Lampiran 8 Tabel kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit...47


(14)

ABSTRAK

Minyak zaitun adalah salah satu contoh bahan alam yang dapat digunakan sebagai bahan pelembab kulit. Minyak zaitun mengandung zat-zat minyak, berbagai vitamin, dan sejumlah kecil mineral. Minyak zaitun merupakan pelembab yang baik untuk melembabkan kulit wajah dan tubuh. Gliserol juga dapat digunakan sebagai pelembab dimana dapat mencegah dehidrasi lapisan stratum corneum.

Berdasarkan fungsi dari minyak zaitun dan gliserol dicoba untuk melakukan penelitian dengan membandingkan minyak zaitun dan gliserol yang dibuat menjadi sediaan hand cream. Minyak zaitun dan gliserol diformulasikan dalam krim tipe m/a untuk membuat sediaan yang berfungsi sebagai pelembab.

Telah dilakukan penelitian terhadap minyak zaitun dan gliserol dalam dasar krim m/a (minyak/air) sebagai pelembab. Konsentrasi minyak zaitun dan gliserol yang digunakan adalah 0,5%, 2%, 4%, 6%, 8%, 10%, dan 12%. Beberapa pengujian telah dilakukan terhadap sediaan, antara lain: uji homogenitas, pengamatan stabilitas sediaan, penentuan pH, penentuan tipe emulsi, iritasi terhadap kulit, dan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit dengan menggunakan 6 orang sukarelawan.

Hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa sediaan krim pelembab yang dihasilkan adalah homogen. Pada penyimpanan selama 12 minggu sediaan krim minyak zaitun dan gliserol adalah stabil atau tidak mengalami perubahan warna, bau, maupun pecahnya emulsi. Sediaan krim minyak zaitun mempunyai pH 7,4 – 7,63, sedangkan gliserol mempunyai pH 7,5 – 7,67. Sediaan krim yang dihasilkan merupakan tipe emulsi m/a, tidak mengiritasi dan tidak menyebabkan kulit gatal serta tidak menyebabkan kulit kasar. Hasil pengujian kemampuan pengurangan penguapan air dari kulit menunjukkan semakin tinggi konsentrasi minyak zaitun dan gliserol yang ditambahkan ke dalam sediaan krim maka semakin besar kemampuan sediaan krim tersebut untuk mengurangi penguapan air dari kulit. Tetapi kemampuan minyak zaitun untuk mengurangi penguapan air dari kulit lebih besar daripada gliserol.


(15)

ABSTRACT

Olive oil is one of natural material can be as moisturizing skin. Olive oil contain substance of oil, some kind of vitamin, and few mineral. Olive oil is good moisturizing for face and body. Glycerol also can be used as moisturizer.

Based on the function of olive oil and glycerol can be tried to do a research compare moisturizers of olive oil and glycerol is made to be hand cream. Olive oil and gliserol was formulated in a type of cream o/w to made preparations used to as moisturizer.

A research has been done to the olive oil and glycerol in o/w (oil/water) cream base as natural moisturizer in cream preparations. The concentration of olive oil and glycerol used were 0.5%, 2%, 4%, 6%, 8%, 10%, and 12%. Some test have been done to the preparation including homogenate test, stability observation, pH determination, type of emulsion determation, skin irritation test, and the ability of the preparation to reduce the evaporation of water on the 6 volunteers skin.

The result of the homogenate test showed that moisturizing cream preparation was homogenous. In the storage of 12 weeks preparation cream, olive oil and glycerol are stable. Olive oil having pH 7.4 – 7.63, while glycerol having pH 7.5 – 7.67. Produced of the preparation cream was type of emulsion o/w, does not irritated skin and cause itching and does not cause rough skin. Result of testing the ability reducing water evaporation from the skin showed higher concentration of olive oil and glycerol were added into the cream preparation the grater ability of the cream to reduce the evaporation of water from the skin. But ability olive oil to reduce the evaporation of water from the skin higher than glycerol.


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kulit merupakan ”selimut” yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis, seperti pembentukan lapisan tanduk secara terus menerus, respirasi dan pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan keringat, dan pembentukan pigmen melanin untuk melindungi kulit dari bahaya sinar ultraviolet matahari.

Kulit juga merupakan salah satu panca indera manusia yang terletak di permukaan tubuh. Bagi tubuh kulit mempunyai fungsi yang sangat penting dan fungsi ini tidak sepadan dengan lapisannya yang tipis. Berkaitan dengan letaknya yang ada di permukaan tubuh maka kulit merupakan organ pertama yang terkena pengaruh tidak menguntungkan dari lingkungan. Oleh karenanya menjaga kesehatan kulit sama pentingnya dengan menjaga organ lain (Santoso, 2001).

Untuk memperbaiki dan mempertahankan kesehatan kulit diperlukan jenis kosmetik tertentu. Selama kosmetik tersebut tidak mengandung bahan berbahaya yang secara farmakologis aktif mempengaruhi kulit, penggunaan kosmetik jenis ini menguntungkan dan bermanfaat untuk kulit itu sendiri.

Kosmetik dikenal manusia sejak berabad-abad yang lalu. Pada abad ke-19, pemakaian kosmetik mulai mendapat perhatian, yaitu selain untuk kecantikan juga untuk kesehatan. Perkembangan ilmu kosmetik serta indrustrinya baru dimulai secara besar-besaran pada abad ke-20. Kosmetik menjadi salah satu bagian dunia usaha. Bahkan sekarang teknologi kosmetik begitu maju dan merupakan paduan


(17)

antara kosmetik dan obat (pharmaceutical) atau yang disebut kosmetik medik

(cosmeceuticals) (Tranggono dan Latifah, 2007).

Kosmetik adalah bahan atau campuran bahan untuk digosokkan, dilekatkan, dituangkan, dipercikkan atau disemprotkan pada, dimasukkan kedalam, dipergunakan pada badan atau bagian badan manusia dengan maksud untuk membersihkan, memelihara, menambah daya tarik atau mengubah rupa, dan tidak termasuk golongan obat (Wasitaatmadja, 1997).

Menurut peraturan Menteri Kesehatan RI, sediaan krim tangan termasuk penggolongan kosmetik bagian preparat perawatan kulit. Krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi yang mengandung air tidak kurang dari 60% dimaksudkan untuk pemakaian luar. Bahan yang digunakan mencakup zat emolien, zat sawar (barier), zat pengental dan pembentuk lapisan tipis, zat penutup kulit yang berpori lebar, zat pengemulsi, zat pengawet, parfum dan zat warna (Ditjen POM, 1985).

Kosmetik pelembab yang didasarkan pada gliserol akan mengering di permukaan kulit, membentuk lapisan yang bersifat higroskopis, yang menyerap uap air dari udara dan mempertahankannya di permukaan kulit. Preparat ini membuat kulit nampak lebih halus dan mencegah dehidrasi lapisan stratum corneum kulit. Tetapi konsentrasi gliserol yang tinggi sedikit banyak dapat mengiritasi kulit. Sekarang konsentrasi gliserol yang lazim digunakan adalah 10-20 %. Sedangkan kosmetik yang ditambahkan campuran minyak seperti minyak tumbuhan lebih mudah bercampur dengan lemak kulit, lebih mampu menembus sel-sel stratum corneum, dan memiliki daya adhesi yang lebih kuat (Tranggono dan Latifah, 2007).


(18)

Minyak zaitun dengan kandungan asam oleat hingga 80% dapat mengenyalkan kulit dan melindungi elastis kulit dari kerusakan. Selain itu, minyak zaitun juga kaya vitamin E yang merupakan anti penuaan dini (Surtiningsih, 2005).

Dalam penelitian ini peneliti ingin membandingkan gliserol dengan humektan jenis minyak yang mana pada penelitian ini yang digunakan adalah minyak zaitun (Olea europaea).

1.2 Perumusan Masalah

1. Apakah minyak zaitun (Olea europaea) dan gliserol dapat diformulasikan kedalam sediaan krim dengan tipe emulsi m/a.

2. Berapa persentase kemampuan minyak zaitun (Olea europaea) dan gliserol mengurangi penguapan air dari kulit tangan atau melembabkan kulit tangan dalam bentuk sediaan krim.

3. Apakah minyak zaitun (Olea europaea) dan gliserol mempunyai daya kelembaban yang berbeda pada kulit tangan dalam sediaan krim.

1.3 Hipotesa

1. Minyak zaitun (Olea europaea) dan gliserol dapat diformulasikan ke dalam sediaan krim dengan tipe emulsi m/a.

2. Semakin tinggi konsentrasi minyak zaitun (Olea europaea) dan gliserol, maka semakin tinggi persentase mengurangi penguapan air dari kulit tangan atau melembabkan kulit tangan dalam bentuk sediaan krim

3. Minyak zaitun (Olea europaea) dan gliserol mempunyai daya kelembaban yang berbeda pada kulit tangan dalam sediaan krim.


(19)

1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apakah minyak zaitun (Olea europaea) dan gliserol dapat diformulasikan dalam sediaan krim dengan tipe emulsi m/a.

2. Untuk mengetahui persentase minyak zaitun (Olea europaea) dan gliserol mengurangi penguapan air dari kulit atau melembabkan kulit tangan dalam sediaan krim.

3. Untuk mengetahui perbandingan daya kelembaban minyak zaitun (Olea

europaea) dan gliserol pada kulit tangan dalam sediaan krim. 1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk meningkatkan daya dan hasil guna dari gliserol dan minyak zaitun (Olea europaea).


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tanaman Zaitun

Pohon zaitun memiliki keistimewaan yaitu mempunyai umur yang panjang, umurnya dapat mencapai 600 tahun. Satu pohon zaitun bisa membuahkan 15-20 kg zaitun per tahun. Spanyol, Italia, Yunani, Turki, Tunisia, Portugis, Maroko, Suriah, Aljazair, Argentina, dan Prancis adalah negara-negara penghasil minyak zaitun.

Zaitun biasanya berbunga antara bulan Juni hingga Oktober. Minyak zaitun dapat berkualitas baik setelah 6-8 bulan dari masa berbunga. Saat itu, buah zaitun berwarna hitam sebagai tanda telah matang sempurna. Untuk masa panen, biasanya dimulai dari bulan September hingga bulan Maret tahun berikutnya.

2.1.1 Jenis-jenis Pohon Zaitun

Ada beberapa jenis pohon zaitun, diantaranya :

1. Pohon zaitun darat, biasanya tumbuh di daerah laut Mediterania dan memberikan minyak yang melimpah.

2. Pohon zaitun Eropa. Ini mencakup 3 zaitun yang terkenal, yaitu : a. Olea Eoupe Ewawediteuarea.

b. Lape vini. c. Vari

Tinggi pohon zaitun bisa mencapai 15 meter. Tetapi, kebanyakan para petani zaitun memotong dahan-dahannya hingga tingginya tidak mencapai 1 meter. Ini dilakukan agar mudah dipetik dan dipanen. Pohon zaitun tahan panas dan mudah dalam perawatannya.


(21)

2.1.2 Kandungan dan manfaat minyak zaitun (Olea europae)

Minyak zaitun terdiri dari zat-zat minyak yang dinamakan glesiredat (ester) dengan persentase 97% dan zat-zat minyak lainnya. Minyak zaitun juga mengandung berbagai vitamin (seperti vitamin A, B, C, D, dan vitamin E), zat-zat pewarna (seperti klorofil, xanthophyll), serta berbagai zat aromatic yang menimulkan aroma dan rasa yang khas. Terakhir minyak zaitun mengandung sejumlah kecil mineral (besi, magnesium, dan kalsium), koloid, resin, dan air.

Secara umum, asam-asam lemak dalam minyak zaitun dibagi menjadi dua bagian, yaitu :

a. Asam lemak tak jenuh dengan kadar 70-80%. Asam jenis ini memiliki keistimewaan yakni menjadi cair pada suhu normal. Asam lemak ini dibagi menjadi asam oleat dan asam linoleat.

b. Asam lemak jenuh dengan kadar 8-10%. Asam jenis ini memiliki kelebihan memadat pada suhu normal. Asam lemak ini dibagi menjadi asam palmitat dan asam stearat.

Setiap 100 gram zaitun mengandung zat-zat sebagai berikut : 90 gram protein, 61 mg kalsium, 22 mg magnesium, 17 mg fosfor, 1 mg besi, 0,22 mg tembaga, 36 mg klorin, 4,4 gram serat, 180 µg beta karotin, 3-30 mg vitamin K.

Menurut Surtiningsih (2005) minyak zaitun selain digunakan untuk berbagai masakan juga berkhasiat untuk perawatan kecantikan. Minyak zaitun kaya vitamin E yang merupakan anti penuaan dini. Minyak zaitun juga bermanfaat untuk menghaluskan dan melembabkan permukaan kulit tanpa menyumbat pori. Minyak zaitun merupakan pelembab yang baik untuk


(22)

melembabkan kulit wajah dan tubuh. Selain itu, minyak zaitun bermanfaat untuk melepaskan lapisan sel-sel kulit mati.

2.1.3 Macam Minyak Zaitun

Minyak zaitun adalah minyak yang dihasilkan dari perasan buah zaitun yang masih segar (baru). Minyak jenis ini dibagi menjadi :

a. Minyak zaitun virgin (virgin Olive oil)

Diolah dengan metoda mekanika-fisika sederhana tanpa transaksi termal atau kimia. Minyak ini langsung dikonsumsi apa adanya.

- Extra olive oil : minyak zaitun virgin yang memiliki aroma dan rasa

yang enak, keasamannya tidak lebih dari 1%.

- Fine virgin olive oil : karakteristiknya sama dengan minyak

sebelumnya, tetapi keasamannya 1,5%.

- Semi-fine virgin olive oil : karakteristiknya sama dengan sebelumnya,

tetapi keasamannya mencapai 3%.

- Virgin olive oil lampante : untuk jenis ini tidak baik dikonsumsi

langsung karena rasa dan aromanya kurang enak, tingkat keasamannya juga lebih dari 3,3%. Minyak jenis ini disebut juga dengan lampante (minyak lampu) dan harus melalui proses penjernihan.

b. Minyak zaitun sulingan (refined olive oil)

Minyak jenis ini dihasilkan dari penjernihan virgin olive oil secara berulang yang tidak mempengaruhi struktur kimianya.

c. Minyak zaitun extra virgin (extra virgin olive oil) d. Minyak zaitun murni (pure olive oil)


(23)

2.2 Kulit

Kulit adalah suatu shell yang fleksibel, mudah melentur, protektif, mengatur diri sendiri yang melindungi sistem kita. Kulit tersusun oleh banyak macam jaringan, termasuk pembuluh darah, kelenjar lemak, kelenjar keringat, organ pembuluh perasa dan urat syaraf, jaringan pengikat, otot polos dan lemak (Moh. Anief, 1997).

Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa sekitar 1,5 m² dengan berat kira-kira 15% berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitif, serta bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan lokasi tubuh. (Wasitaatmadja, 1997).

2.2.1 Fungsi kulit

Kulit merupakan selimut yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis, seperti pembentukan lapisan tanduk secara terus-menerus (keratinisasi dan pelepasan sel-sel yang sudah mati), respirasi dan pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan keringat, dan pembentukan pigmen melanin untuk melindungi kulit dari bahaya ultra violet matahari, sebagai peraba dan perasa, serta pertahanan terhadap tekanan dan infeksi dai luar.

Kulit melindungi bagian dalam tubuh manusia terhadap gangguan fisik maupun mekanik, misalnya tekanan, gesekan, tarikan, gangguan kimiawi, seperti zat-zat kimia iritan (lisol, karbol, asam atau basa kuat lainnya), gangguan panas


(24)

atau dingin, gangguan sinar radiasi atau sinar ultraviolet, gangguan kuman, jamur, bakteri atau virus.

Ganguan fisik dan mekanik ditanggulangi dengan adanya bantalan lemak subkutis, tebalnya lapisan kulit dan serabut penunjang yang berfungsi sebagai pelindung bagian luar tubuh. Gangguan sinar ultraviolet diatasi oleh sel melanin yang menyerap sebagian sinar tersebut. Gangguan kimiawi ditanggulangi dengan adanya lemak permukaan kulit yang berasal dari kelenjar palit kulit yang mempunyai pH 5,0-6,5.

Kulit sebagai organ tubuh yang paling penting mempunyai fungsi sebagai berikut: − Kulit sebagai filter dan pelindung.

Kulit mempunyai kemampuan untuk memilih bahan-bahan yang penting bagi tubuh sehingga dapat mencegah bakteri dan zat kimia masuk kedalam tubuh. Selain itu, kulit dapat melindungi tubuh terhadap benturan fisik, sinar matahari, panas dan dingin.

− Kulit menjaga kelembaban dengan mencegah keluarnya cairan dalam jaringan tubuh.

Lapisan kulit bersifat padat dan kencang terutama dari dalam tubuh. Kulit mempunyai ikatan yang kuat terhadap air. Apabila kulit mengalami luka atau retak daya ikat terhadap air akan berkurang.

− Kulit mengatur suhu tubuh.

Kulit membantu dan menjaga suhu tubuh agar tetap normal dengan cara melepaskan keringat ketika tubuh terasa panas. Keringat tersebut menguap sehingga tubuh terasa dingin. Demikian pula sebaliknya, bila seseorang


(25)

merasa kedinginan, pembuluh darah dalam kulit akan menyempit sehingga tubuh akan tertahan.

− Kulit sebagai sistem syaraf yang sensitif

Kulit terdiri dari sistem syaraf yang peka terhadap ancaman dari luar, seperti dingin, panas, sentuhan, dan tekanan. Oleh karena itu, kulit segera memberikan reaksi setelah ada peringatan awal dari sistem syaraf tersebut (Wirakusumah, 1994).

2.2.2 Struktur Kulit

Kulit terdiri dari tiga lapisan jaringan yang mempunyai fungsi berbeda. Ketiga lapisan tersebut yaitu: lapisan epidermis, lapisan dermis dan lapisan hipodermis (subkutan).

a. Lapisan Epidermis (kutikel)

Lapisan ini terletak paling atas, tahan akan air, tipis dan sebagian besar terdiri dari sel-sel mati. Lapisan ini terdiri dari lima lapisan sel yaitu:

− Lapisan tanduk (stratum korneum)

Adalah lapisan yang paling luar dan terdiri dari beberapa sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat tanduk).

− Lapisan rintangan (stratum lusidum)

Terdapat dibawah lapisan tanduk, merupakan lapisan sel-sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang berubah menjadi protein yang disebut eleidin. Lapisan tersebut tampak jelas di telapak tangan dan kaki. − Lapisan butir (stratum granulosum)


(26)

Merupakan 2 atau 3 lapis sel-sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti diantaranya.

− Lapisan tajuk (stratum spinosum)

Terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal yang besarnya berbeda-beda karena adanya proses mitosis.

− Lapisan tunas (stratum basale)

Terdiri atas sel-sel berbentuk kubus yang tersusun vertikal pada pembatasan demo-epidermal berbasis seperti pagar (palisade). Lapisan tuna juga termasuk sel-sel yang disebut melanocytes, yaitu sel-sel yang memproduksi pigmen melanin.

b. Lapisan Dermis

Merupakan lapisan dibawah epidermis yang jauh lebih tebal dari pada epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastis dan fibrosa dengan elemen-elemen selular dan folikel rambut. Secara garis besar dibagi menjadi 2 bagian:

1. Pars papilare, yaitu bagian yang menonjol kedalam epidermis, berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah.

2. Pars retikulare, yaitu bagian bawahnya yang menonjol kearah subkutan, bagian ini terdiri atas serabut-serabut penunjang misalnya serabut kolagen elastis dan retikulin.

c. Lapisan Subkutan

Lapisan subkutan adalah kelanjutan dermis atas jaringan ikat longgar, berisi sel-sel lemak didalamnya. Fungsi dari lapisan hipodermis yaitu membantu melindungi tubuh dari benturan-benturan fisik dan mengatur panas


(27)

tubuh. Jumlah lemak pada lapisan ini akan meningkat apabila makan berlebihan. Jika tubuh memerlukan energi ekstra maka lapisan ini akan memberikan energi dengan cara memecah simpanan lemaknya (Wirakusumah, 1994).

2.2.3 Jenis Kulit

Ditinjau dari sudut pandang perawatan, kulit terbagi atas tiga bagian : 1. Kulit Normal

Merupakan kulit ideal yang sehat, tidak kusam dan mengkilat, segar dan elastis dengan minyak dan kelembaban yang cukup.

2. Kulit Berminyak

Adalah kulit yang mempunyai kadar minyak dipermukaan kulit yang berlebihan sehingga tampak mengkilap, kotor, kusam, biasanya pori-pori kulit lebar sehingga kesannya kasar dan lengket.

3. Kulit Kering

Adalah kulit yang mempunyai lemak permukaan kulit yang kurang ataupun sedikit lepas dan retak, kaku, tidak elastis dan terlihatnya kerutan (Wasitaatmadja, 1997).

2.3 Emulsi

Emulsi merupakan sediaan yang mengandung dua zat yang tidak tercampur, biasanya air dan minyak, dimana cairan yang satu terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam cairan lain. Dispersi ini tidak stabil, butir- butir ini bergabung dan membentuk dua lapisan air dan minyak yang terpisah. Emulsi dapat di stabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok.


(28)

Zat pengemulsi (emulgator) merupakan komponen yang paling penting agar memperoleh emulsi yang stabil. Semua emulgator bekerja dengan membentuk film (lapisan) disekeliling butir-butir tetesan yang terdispersi dan film ini berfungsi agar mencegah terjadinya koalesen atau terpisahnya cairan dispers sebagai fase terpisah. Terbentuk dua macam tipe emulsi yaitu emulsi tipe M/A dimana tetes minyak terdispersi dalam fase air dan tipe A/M dimana fase

intern adalah air dan fase extern adalah minyak (Anief, 2004).

Emulsi dinyatakan sebagai sistem minyak dalam air (m/a), jika fase dispersi merupakan fase yang tidak campur dengan air, dan air merupakan fase kontinyu. Jika terjadi sebaliknya maka emulsi tersebut dinyatakan emulsi air dalam minyak (a/m). Dalam sediaan emulsi kosmetika, biasanya fase air dan fase minyak bukan merupakan komponen tunggal, tetapi dalam setiap fase tersebut kemungkinan mengandung beberapa macam komponen. Pada umumnya, sebagian besar kosmetika yang beredar adalah sistem minyak dalam air, karena mudah menyebar pada permukaan kulit. Dengan pemilihan formula yang tepat, akan diperoleh emulsi yang tidak berlemak dan tidak lengket (Ditjen POM, 1985). Keuntungan dari tipe emulsi m/a menurut Voight,1995 adalah:

1. Mampu menyebar dengan baik pada kulit 2. Memberi efek dingin terhadap kulit 3. Tidak menyumbat pori-pori kulit 4. Bersifat lembut


(29)

2.4 Krim

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair di formulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air. Sekarang ini batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat di cuci dengan air dan lebih di tujukan untuk penggunaan kosmetika dan estetika (Ditjen POM, 1995).

Krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaiaan luar (Ditjen POM, 1979).

Ditinjau dari sifat fisiknya, krim dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:

a. Emulsi air dalam minyak atau emulsi W/O b. Emulsi minyak dalam air atau O/W seperti

Basis yang dapat dicuci dengan air adalah emulsi minyak dalam air, dan dikenal dengan sebagai krim. Basis vanishing cream termasuk golongan ini (Lachman, 1994).

Basis krim (vanishing cream) disukai pada penggunaan sehari-hari karena memiliki keuntungan yaitu memberikan efek dingin pada kulit, tidak berminyak serta memiliki kemampuan penyebaran yang baik. Vanishing cream mengandung air dalam persentase yang besar dan asam stearat. Humektan (gliserin, propilenglikol, sorbitol) sering ditambahkan pada vanishing cream dan emulsi o/w untuk mengurangi peguapan air dari permukaan basis (Voigt, 1995).


(30)

2.5. Kosmetik

Kosmetik menurut Peraturan Menteri kesehatan RI No.445/MenKes/1998 adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi dan rongga mulut untk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampilan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit.

Dalam definisi kosmetik diatas, yang dimaksudkan dengan ’tidak

dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan penyakit’ adalah sediaan

tersebut seyogyanya tidak mempengaruhi struktur dan faal kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).

Namun ternyata tidak mudah membedakan antara kosmetik dan obat yang pemakaiannya topikal pada kulit seperti salep, krim, bedak, pasta, atau losio. Pengguanaan kosmetik juga diharapkan untuk menghasilkan suatu perubahan baik dalam struktur maupun faal sel kulit. Misalnya, perubahan susunan sel kulit yang tua ke arah yang lebih muda, atau perubahan produksi kelenjar keringat yang membentuk minyak permukaan kulit.

Kadang-kadang kosmetik dicampur dengan bahan-bahan yang berasal dari obat topikal yang dapat mempengaruhi struktur dan faal sel kulit. Bahan-bahan tersebut misalnya: antijerawat (sulfur, resorsin), antipengeluaran keringat (aluminium klorida), plasenta, atau hormon (estrogen). Bahan-bahan inilah yang kemudian dikenal sebagai kosmedik atau kosmeto-medik (Wasitaadmadja, 1997).


(31)

2.5.1. Kosmetika Pelembab

Kosmetik pelembab (moisturizers) termasuk kosmetik perawatan yang bertujuan untuk mempertahankan struktur dan fungsi kulit dari berbagai pengaruh seperti udara kering, sinar matahari terik, umur lanjut, berbagai penyakit kulit maupun penyakit dalam tubuh yang mempercepat penguapan air sehingga kulit menjadi lebih kering (Wasitaatmadja, 1997).

Secara alamiah kulit telah berusaha untuk melindungi diri dari kekeringan dengan adanya tabir lemak di atas kulit yang diperoleh dari kelenjar lemak dan sedikit kelenjar keringat dari kulit serta adanya lapisan kulit luar yang berfungsi sebagai sawar kulit. Namun dalam kondisi tertentu faktor perlindungan alamiah tersebut tidak mencukupi. Oleh karena itu, dibutuhkan perlindungan tambahan non alamiah yaitu dengan cara memberikan kosmetik pelembab kulit (Wasitaatmadja, 1997).

2.5.2. Alasan kulit dilembabkan

Secara garis besar, retak-retak pada stratum korneum akan menimbulkan gangguan kulit yang lebih serius. Jika celah-celah berbentuk V itu berkembang dan bahan-bahan asing seperti sisa sabun, kotoran dan sisa mikroorganisme masuk, maka kulit yang menjadi kering dan retak-retak itu akan menimbulkan iritasi dan peradangan atau keratinisasi abnormal yang juga akan melemahkan kulit. Di sinilah perlunya kosmetik pelembab kulit untuk mencegah dehidrasi kulit yang menyebabkan kekeringan dan retak-retak pada kulit serta akibat-akibat buruknya.


(32)

2.5.3. Faktor yang menyebabkan dehidrasi kulit

Normalnya, kulit sehat dilindungi dari kekeringan oleh bahan-bahan yang bisa menyerap air, asam amino, purin, pentose, choline dan derivirat asam fosfat, yang jumlah totalnya 20% dari berat lapisan stratum korneum. Bahan-bahan yang larut dalam air tersebut dapat terangkat dari kulit oleh perspirasi atau pencucian jika bahan-bahan itu dilindungi oleh lapisan lemak tipis yang tidak larut air. Jika lapisan lemak tipis itu diangkat, bahan-bahan yang dapat larut dalam air itu terbuka dan siraman air berikutnya akan mengangkat mereka, meninggalkan kulit yang sebagian atau sepenuhnya kehilangan karakter hidrofilik dan elastisitasnya, demikianlah penghilangan lapisan lemak kulit menyebabkan dehidrasi kulit. 2.5.4. Macam-macam kosmetik pelembab

Tipe kosmetik pelembab dapat dibedakan menjadi 2, yaitu: 1. Kosmetik pelembab berdasarkan lemak

Kosmetik tipe ini sering disebut moisturizer atau moisturizing cream. Krim ini membentuk lapisan lemak tipis di permukaan kulit, sedikit banyak mencegah penguapan air kulit, serta menyebabkan kulit menjadi lembab dan lembut.

Viskositas lemak tidak boleh terlalu rendah sehingga menyebar kemana-mana di permukaan kulit, atau terlalu kental sehingga membuat kulit lengket dan terlalu berminyak. Pelembab ini harus dapat menutup daerah tertentu permukaan kulit, menutup tepi-tepi tajam sisik stratum corneum, mencegah masuknya bahan-bahan asing ke dalam kulit, dan mencegah penguapan air dari kulit.


(33)

2. Kosmetik pelembab berdasarkan gliserol atau humektan sejenis.

Preparat jenis ini akan mongering di permukaan kulit, membentuk lapisan yang bersifat higroskopis, yang menyerap uap air dari udara dan mempertahankannya dipermukaan kulit. Preparat ini membuat kulit Nampak lebih halus dan mencegah dehidrasi lapisan stratum korneum kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).

2.6. Bahan-Bahan Sediaan Krim Pelembab

Bahan-bahan yang digunakan mencakup emolien, zat sawar, zat humektan, zat pengemulsi, zat pengawet, parfum dan zat warna (Ditjen POM, 1985).

a. Emolien

Zat yang paling penting untuk bahan pelembut kulit adalah turunan dari lanolin dan derivatnya, hidrokarbon, asam lemak, lemak alkohol.

b. Zat sawar

Bahan-bahan yang biasa yang digunakan adalah paraffin wax, asam stearat. c. Humektan

Humektan adalah suatu zat yang dapat mengontrol perubahan kelembaban diantara produk dan udara, baik didalam kulit maupun diluar kulit.Biasanya bahan yang digunakan adalah gliserin yang mampu menarik air dari udara dan menahan air agar tidak menguap.

d. Zat pengemulsi

Zat pengemulsi adalah bahan yang memungkinkan tercampurnya semua bahan-bahan secara merata (homogen), misalnya gliseril monostearat, trietanolamin (Wasitaatmadja, 1997).


(34)

e. Pengawet

Pengawet adalah bahan yang dapat mengawetkan kosmetika dalam jangka waktu selama mungkin agar dapat digunakan lebih lama. Pengawet dapat bersifat antikuman sehingga menangkal terjadinya tengik oleh aktivitas mikroba sehingga kosmetika menjadi stabil. Selain itu juga dapat bersifat antioksidan yang dapat menangkal terjadinya oksidasi (Wasitaatmadja, 1997). f. Parfum

Pemilihan parfum yang digunakan pada sediaan krim biasanya didasarkan atas nilai keindahan, tetapi sudah pasti jika wangi yang ditimbulkan dari parfum menambah daya tarik dari konsumen untuk memilih produk yang ditawarkan produsen (Lachman, 1994).


(35)

BAB III

METODE PERCOBAAN

2.1 Alat-Alat yang Digunakan

Neraca listrik , pH meter , mikroskop, lumpang, stamfer, objek gelas, alat-alat gelas, tutup pot plastik, kain kasa, penangas air, batang pengaduk, spatel, pot plastik, cawan porselin.

2.2 Bahan-Bahan yang Digunakan

Setil alkohol, lanolin, paraffin cair, asam stearat, gliserol, metil paraben, TEA, air suling, minyak zaitun, silika gel.

2.3 Sukarelawan

Sukarelawan yang dijadikan panel pada uji iritasi berjumlah 12 orang dan penentuan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit berjumlah 6 orang dengan kriteria sebagai berikut (Ditjen POM, 1985) :

1. Wanita berbadan sehat 2. Usia antara 20-30 tahun

3. Tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi 4. Bersedia menjadi sukarelawan

2.4 Prosedur Kerja

2.4.1 Formula Dasar Krim (Balsam, M.S.,1972). Setil alkohol 2 %

Lanolin 1 %

Paraffin cair 2 % Asam stearat 13 %


(36)

Gliserol 12 % Metil paraben 0,15 %

KOH 1 %

Air suling 68,85 %

Pewangi q.s

2.4.2 Formula Dasar Krim yang Dimodifikasi (Balsam, M.S.,1972). Setil alkohol 2 %

Lanolin 1 %

Parafin cair 2 % Asam stearat 13 %

Gliserol 12 %

Metil paraben 0,15 %

TEA 1 %

Air suling 68,85 %

Pewangi q.s

Basa KOH dalam formula dasar krim diganti menggunakan basa TEA karena dengan menggunakan basa KOH diperoleh hasil krim yang keras dan mengurangi nilai estetika dari krim tersebut. Sedangkan dengan menggunakan basa TEA krim yang dihasilkan lebih lembut sehingga dapat meningkatkan nilai estetika dari krim tersebut.


(37)

2.4.3 Pembuatan Sediaan Krim

Konsentrasi minyak zaitun dan gliserol yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 2 %, 4 %, 6 %, 8 %, 10 %, dan 12%. Adapun formula yang digunakan adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Formula Sediaan Krim Dengan Minyak Zaitun Sebagai Pelembab Komposisi

(dalam satuan gram)

Formula

A B C D E F G

Setil alkohol 2 2 2 2 2 2 2

lanolin 1 1 1 1 1 1 1

Paraffin cair 2 2 2 2 2 2 2

Asam stearat 13 13 13 13 13 13 13

Minyak zaitun - 2 4 6 8 10 12

Metil paraben 0,15 0,15 0,15 0,15 0,15 0,15 0,15

TEA 1 1 1 1 1 1 1

Air suling ad 100 100 100 100 100 100 100

Parfum (tetes) 3 3 3 3 3 3 3

Keterangan: Formula A: Blanko

Formula B: Konsentrasi minyak zaitun 2 % Formula C: Konsentrasi minyak zaitun 4 % Formula D: Konsentrasi minyak zaitun 6 % Formula E: Konsentrasi minyak zaitun 8 % Formula F: Konsentrasi minyak zaitun 10 % Formula G: Konsentrasi minyak zaitun 12 %


(38)

Tabel 2. Formula Sediaan Krim Dengan Gliserol Sebagai Pelembab Komposisi

(dalam satuan gram)

Formula

H I J K L M

Setil alkohol 2 2 2 2 2 2

lanolin 1 1 1 1 1 1

Paraffin cair 2 2 2 2 2 2

Asam stearat 13 13 13 13 13 13

Gliserol 2 4 6 8 10 12

Metil paraben 0,15 0,15 0,15 0,15 0,15 0,15

TEA 1 1 1 1 1 1

Air suling ad 100 100 100 100 100 100

Parfum (tetes) 3 3 3 3 3 3

Keterangan: Formula H: Konsentrasi gliserol 2 % Formula I: Konsentrasi gliserol 4 % Formula J : Konsentrasi gliserol 6 % Formula K : Konsentrasi gliserol 8 % Formula L : Konsentrasi gliserol 10 % Formula M : Konsentrasi gliserol 12 % Cara Pembuatan:

- Penambahan minyak zaitun sebagai pelambab

Setil alkohol, lanolin, paraffin liquid, asam stearat dimasukkan ke dalam cawan penguap dan dilebur di atas penangas air (massa I). Nipagin dan TEA masing-masing dilarutkan dalam air panas (massa II). Lalu tambahkan massa II ke dalam massa I di dalam lumpang panas sambil digerus secara terus menerus hingga terbentuk krim. Tambahkan minyak zaitun ke dalam massa krim gerus homogen. Terakhir tambahkan 3 tetes parfum dan digerus sampai homogen.


(39)

- Penambahan gliserol sebagai pelembab

Setil alkohol, lanolin, paraffin liquid, asam stearat dimasukkan ke dalam cawan penguap dan dilebur di atas penangas air (massa I). Nipagin dan TEA masing-masing dilarutkan dalam air panas (massa II). Lalu tambahkan massa II ke dalam massa I di dalam lumpang panas sambil digerus secara terus menerus hingga terbentuk krim. Kemudian tambahkan gliserol ke dalam massa krim gerus homogen. Terakhir tambahkan 3 tetes parfum dan digerus sampai homogen.

2.5 Penentuan Mutu Fisik Sediaan 2.5.1 Pemeriksaan Homogenitas

Pemeriksaan homogenitas dilakukan dengan menggunakan objek gelas. Cara:

Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Ditjen POM, 1979).

2.5.2 Pengamatan Stabilitas Sedíaan Cara:

Masing-masing formula sedíaan dimasukkan ke dalam pot plastik. Selanjutnya pengamatan dilakukan pada saat sedíaan telah selesai dibuat, penyimpanan 1, 4, 8, dan 12 minggu dilakukan pada temperatur kamar, bagian yang diamati berupa pecah atau tidaknya emulsi, pemisahan fase, perubahan warna dan bau dari sediaan.

2.5.3 Penentuan pH Sediaan


(40)

Cara:

Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan harga pH tersebut. Kemudiaan elektroda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan dengan tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu ditimbang 1 gram sediaan dan dilarutkan dalam 100 ml air suling. Kemudiaan elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan. (Rawlins, 2003).

2.6 Penentuan Tipe Emulsi Sediaan Cara :

Sejumlah tertentu sediaan diapuskan di atas objek gelas, ditambahkan 1 tetes metil biru, diaduk dengan batang pengaduk. Tutup dengan kaca penutup dan diamati di bawah mikroskop. Bila metil biru tersebar merata berarti sediaan tersebut tipe emulsi m/a, tetapi bila hanya bintik-bintik biru berarti sediaan tersebut tipe emulsi a/m (Ditjen POM, 1985).

2.7 Uji Iritasi Terhadap Sukarelawan

Percobaan ini dilakukan pada 12 orang sukarelawan dengan cara: kosmetika dioleskan di belakang telinga, kemudian biarkan selama 24 jam dan lihat perubahan yang terjadi berupa kemerahan pada kulit, gatal dan pengkasaran (Wasitaatmadja, 1997).


(41)

2.8 Penentuan Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air dari Kulit

Kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit ditentukan dengan menggunakan dua buah tutup pot plastik berdiameter 4,5 cm yang dirangkai seperti pada lampiran 5, halaman 29.

Cara :

Sediaan ditimbang sebanyak 100 mg. Pada bagian lengan bawah sukarelawan diberikan tanda berupa lingkaran yang sama diameternya dengan diameter tutup pot plastik yang digunakan. Dioleskan sediaan pada bagian tersebut. Pada wadah plastik yang belum dilubangi ditimbang 10 g silika gel. Wadah silika gel tersebut dialasi dengan kain kasa kemudian silika gel yang sudah ditimbang dibungkus dengan kain kasa tersebut sehingga silika gel tidak jatuh meskipun wadah silika dibalikkan. Wadah plastik yang lain dilubangi, kemudian wadah plastik disatukan dengan menggunakan isolatip transparan, wadah yang berlubang berada pada bagian bawah, dan posisi kedua wadah menelungkup. Selanjutnya wadah plastik diletakkan pada lengan bawah sukarelawan yang telah diolesi sediaan. Agar wadah plastik tersebut dapat melekat dengan baik dan untuk mencegah pengaruh udara dari lingkungan maka digunakan isolatif transparan yang ditempelkan sedemikian rupa pada lengan bagian bawah tersebut. Alat ini dibiarkan menempel selama 3 jam kemudiaan segera dilepas, silika gel yang digunakan ditimbang kembali. Cara ini dilakukan untuk setiap sediaan dan blanko sebagai kontrol pengujian tanpa diolesi sediaan.


(42)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Penentuan Mutu Fisik Sediaan

3.1.1. Homogenitas Sedíaan

Dari percobaan yang dilakukan pada sedíaan krim pelembab tidak diperoleh butiran-butiran, maka sedíaan krim pelembab dikatakan homogen. 3.1.2. Stabilitas Sediaan

Tabel 3. Data Pengamatan Terhadap Kestabilan Sediaan Pada Saat Sediaan Selesai dibuat, 1, 4, 8 dan 12 minggu

No Formula

Pengamatan setelah Selesai

dibuat

1 minggu 4 minggu 8 minggu 12 minggu x y z x y z X y z x y z x Y z 1. A - - - - 2. B - - - - 3. C - - - - 4. D - - - - 5. E - - - - - - - - 6. F - - - - 7. G - - - - 8. H - - - - 9. I - - - - 10. J - - - - 11. K - - - - 12. L - - - - 13. M - - - -


(43)

Keterangan: Formula A: Blanko (dasar krim tanpa sampel) Formula B: Konsentrasi minyak zaitun 2% Formula C: Konsentrasi minyak zaitun 4% Formula D: Konsentrasi minyak zaitun 6% Formula E: Konsentrasi minyak zaitun 8%

Formula F: Konsentrasi minyak zaitun 10% Formula G: Konsentrasi minyak zaitun 12% Formula H: Konsentrasi gliserol 2%

Formula I: Konsentrasi gliserol 4% Formula J: Konsentrasi gliserol 6% Formula K: Konsentrasi gliserol 8% Formula L: Konsentrasi gliserol 10% Formula M: Konsentrasi gliserol 12% x: Perubahan warna

y: Perubahan bau z: Pecahnya emulsi

- : Tidak ada perubahan √ : Terjadi perubahan

Menurut Ansel (1989) rusak atau tidaknya suatu sediaan yang mengandung bahan yang mudah teroksidasi dapat diamati dengan adanya perubahan warna dan perubahan bau.

Dari data di atas di peroleh hasil bahwa selama penyimpanan selama 12 minggu tidak terjadi perubahan warna, bau, maupun pecahnya emulsi.

3.1.3. pH Sedíaan

pH sedíaan ditentukan dengan menggunakan pH meter. Dari percobaan yang dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut :


(44)

Tabel 4. Data Pengukuran pH Sediaan pada saat selesai di buat

No Formula pH

I II III Rata-rata

1. A 7,0 7,2 7,3 7,17

2. B 7,5 7,4 7,3 7,4

3. C 7,6 7,4 7,5 7,5

4. D 7,6 7,6 7,4 7,53

5. E 7,7 7,6 7,6 7,63

6. F 7,6 7,6 7,5 7,57

7. G 7,7 7,7 7,5 7,6

8. H 7,5 7,5 7,4 7,47

9. I 7,6 7,6 7,4 7,53

10. J 7,7 7,5 7,5 7,57

11. K 7,7 7,5 7,6 7,6

12. L 7,7 7,7 7,5 7,63


(45)

Tabel 5. Data Pengukuran pH Sediaan setelah penyimpanan selama 12 minggu

Keterangan : Formula A : Blanko (dasar krim tanpa sampel) Formula B : Konsentrasi minyak zaitun 2% Formula C : Konsentrasi minyak zaitun 4% Formula D : Konsentrasi minyak zaitun 6% Formula E : Konsentrasi minyak zaitun 8%

Formula F : Konsentrasi minyak zaitun 10% Formula G : Konsentrasi minyak zaitun 12% Formula H : Konsentrasi gliserol 2%

Formula I : Konsentrasi gliserol 4% Formula J : Konsentrasi gliserol 6% Formula K : Konsentrasi gliserol 8% Formula L : Konsentrasi gliserol 10% Formula M : Konsentrasi gliserol 12%

No Formula Ph

I II III Rata-rata

1. A 7,1 7,3 7,2 7,2

2. B 7,4 7,3 7,4 7,37

3. C 7,5 7,4 7,4 7,43

4. D 7,5 7,4 7,5 7,47

5. E 7,5 7,6 7,5 7,53

6. F 7,5 7,4 7,6 7,5

7. G 7,5 7,6 7,6 7,57

8. H 7,5 7,4 7,3 7,4

9. I 7,5 7,4 7,4 7,43

10. J 7,6 7,4 7,5 7,5

11. K 7,6 7,6 7,5 7,57

12. L 7,7 7,6 7,5 7,6


(46)

Hasil penentuan pH sediaan pada saat sediaan selesai di buat, didapatkan bahwa pH dari formula A: 7,17 ; formula B: 7,4 ; formula C: 7,5 ; formula D: 7,53 ; formula E: 7,63 ; formula F: 7,57 ; formula G: 7,6 ; formula H: 7,47 ; formula I: 7,53 ; formula J: 7,57 ; formula K: 7,6 ; formula L: 7,63 ; formula M: 7,67.

Hasil penentuan pH sediaan setelah penyimpanan 12 minggu, didapatkan bahwa pH dari formula A: 7,2 ; formula B: 7,37 ; formula C: 7,43 ; formula D: 7,47 ; formula E: 7,53 ; formula F: 7,5 ; formula G: 7,57 ; formula H: 7,4 ; formula I: 7,43 ; formula J: 7,5 ; formula K: 7,57 ; formula L: 7,6 ; formula M: 7,63. Menurut Balsam (1972), pH untuk sediaan krim tangan dan badan adalah 5-8, sehingga formula diatas memenuhi syarat pH untuk krim tangan dan tidak mengiritasi kulit. Namun selama penyimpanan selama 12 minggu sediaan krim mengalami penurunan pH. Hal ini disebabkan karena pengaruh reaksi hidrolisis yang terjadi dalam sediaan krim.

3.1.4. Tipe Emulsi Sediaan

Hasil percobaan untuk pengujian tipe emulsi sedíaan dengan menggunakan biru metil adalah:


(47)

Tabel 6. Data Penentuan Tipe Emulsi Sediaan

No Formula Kelarutan Biru Metil Pada Sediaan

Ya Tidak

1. A √ -

2. B √ -

3. C √ -

4. D √ -

5. E √ -

6. F √ -

7. G √ -

8. H √ -

9. I √ -

10. J √ -

11. K √ -

12. L √ -

13. M √ -

Keterangan : Formula A : Blanko (dasar krim tanpa sampel) Formula B : Konsentrasi minyak zaitun 2% Formula C : Konsentrasi minyak zaitun 4% Formula D : Konsentrasi minyak zaitun 6% Formula E : Konsentrasi minyak zaitun 8%

Formula F : Konsentrasi minyak zaitun 10% Formula G : Konsentrasi minyak zaitun 12% Formula H : Konsentrasi gliserol 2%

Formula I : Konsentrasi gliserol 4% Formula J : Konsentrasi gliserol 6% Formula K : Konsentrasi gliserol 8% Formula L : Konsentrasi gliserol 10% Formula M : Konsentrasi gliserol 12%

Menurut Ditjen POM (1985), penentuan tipe emulsi suatu sediaan dapat dilakukan dengan menggunakan biru metil bila diaduk biru metil terlarut sempurna maka emulsi tersebut adalah tipe m/a.


(48)

Dari hasil uji tipe emulsi yang dapat dilihat pada tabel 5 diatas, formula krim dengan konsentrasi gliserol dan minyak zaitun 2%, 4%, 6%, 8%, 10%, dan 12% juga blanko menunjukkan biru metil dapat larut dalam krim tersebut. Dengan demikian larutnya biru metil pada sediaan tersebut membuktikan bahwa sediaan krim yang dibuat mempunyai tipe emulsi m/a.

3.3 Data Uji Daya Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan Tabel 7. Data Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan

NO Pernyataan

Sukarelawan

I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII 1 Kemerahan

pada kulit

- - - -

2 Gatal pada kulit

- - - -

3 Kulit menjadi

kasar

- - - -

Keterangan :

+ : Terjadi iritasi - : Tidak terjadi iritasi

Menurut Wasitaatmadja (1997), uji kulit yang dilakukan untuk mengetahui terjadinya efek samping pada kulit, dengan memakai kosmetika dibagian bawah lengan atau dibelakang telinga dan dibiarkan selama 24 jam. Dari data tabel


(49)

diatas, ternyata tidak terlihat adanya efek samping berupa kemerahan, gatal atau pengkasaran pada kulit yang ditimbulkan oleh sediaan.

3.4 Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air Dari Kulit Pengujian dilakukan terhadap 6 orang sukarelawan yang berusia 20-30 tahun yang berjenis kelamin perempuan. Data yang diperoleh merupakan rata-rata dari 3 kali perlakuan untuk setiap sukarelawan dimana diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 8. Data Kemampuan Sediaan Krim Minyak Zaitun Untuk Mengurangi Penguapan Air Dari Kulit

No Sukarelawan Persentase Pengurangan Penguapan Air Pada Formula Minyak Zaitun

(%)

A B C D E F G

1 I 5,00 20,00 35,00 40,00 50,00 65,00 75,00

2 II 4,54 27,73 31,82 36,36 50,00 63,63 77,27

3 III 5,26 21,05 31,58 42,10 52,63 63,16 78,95

4 IV 4,35 17,39 26,09 39,13 47,83 65,22 78,26

5 V 4,76 19,05 28,57 42,86 57,14 66,67 76,19

6 VI 5,26 26,31 36,84 47,37 68,42 73,68 84,21

Keterangan : Formula A : Blanko (dasar krim tanpa sampel) Formula B : Konsentrasi minyak zaitun 2% Formula C : Konsentrasi minyak zaitun 4% Formula D : Konsentrasi minyak zaitun 6% Formula E : Konsentrasi minyak zaitun 8%

Formula F : Konsentrasi minyak zaitun 10% Formula G : Konsentrasi minyak zaitun 12%


(50)

Grafik 1. Persentase Pengurangan Penguapan Air dari Kulit pada Krim Minyak Zaitun

Tabel 9. Data Kemampuan Sediaan Krim Gliserol Untuk Mengurangi Penguapan Air Dari Kulit

No Sukarelawan Persentase Pengurangan Penguapan Air Pada Formula Gliserol (%)

H I J K L M

1 I 15,00 25,00 35,00 40,00 55,00 65,00

2 II 18,18 22,73 31,82 40,91 54,54 63,63

3 III 15,79 26,31 36,84 47,37 57,89 68,42

4 IV 13,04 27,78 30,43 39,13 52,17 69,57

5 V 14,28 23,81 38,09 47,62 57,14 66,67

6 VI 21,05 31,58 42,10 63,16 68,42 73,68

Keterangan : Formula H : Konsentrasi gliserol 2% Formula I : Konsentrasi gliserol 4% Formula J : Konsentrasi gliserol 6% Formula K : Konsentrasi gliserol 8% Formula L : Konsentrasi gliserol 10% Formula M : Konsentrasi gliserol 12%

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

I II III IV V VI

% P e n g u ra n g a n P e n g u a p a n A ir SUKARELAWAN A B C D E F G


(51)

Grafik 2. Persentase Pengurangan Penguapan Air dari Kulit pada Krim Gliserol

Dari data diatas dapat dilihat bahwa krim minyak zaitun dan gliserol mempunyai perbandingan dimana krim minyak zaitun dengan konsentrasi 2% mampu mengurangi penguapan air sebesar 17,39% sampai 27,73%, sedangkan krim gliserol dengan konsentrasi 2% mampu mengurangi penguapan air dari kulit sebesar 13,04% sampai 21,05%, untuk krim minyak zaitun konsentrasi 4% mampu mengurangi penguapan air sebesar 26,09% sampai 36,84%, sedangkan krim gliserol dengan konsentrasi 4% mampu mengurangi penguapan air dari kulit sebesar 22,73% sampai 31,58%, untuk krim minyak zaitun konsentrasi 6% mampu mengurangi penguapan air sebesar 36,36% sampai 47,37%, sedangkan krim gliserol dengan konsentrasi 6% mampu mengurangi penguapan air dari kulit sebesar 30,43% sampai 42,10%, untuk krim minyak zaitun konsentrasi 8% mampu mengurangi penguapan air sebesar 47,83% sampai 68,42%, sedangkan krim gliserol dengan konsentrasi 8% mampu mengurangi penguapan air dari kulit sebesar 39,13% sampai 63,16%, untuk krim minyak zaitun konsentrasi 10%

0 10 20 30 40 50 60 70 80

I II III IV V VI

% P e n g u ra n g a n P e n g u a p a n A ir SUKARELAWAN

GRAFIK % PENGURANGAN PENGUAPAN AIR DARI KULIT PADA KRIM GLISEROL

H I J K L M


(52)

krim gliserol dengan konsentrasi 10% mampu mengurangi penguapan air dari kulit sebesar 52,17% sampai 68,42 %, untuk krim minyak zaitun konsentrasi 12% mampu mengurangi penguapan air sebesar 75,00% sampai 84,21%, sedangkan krim gliserol dengan konsentrasi 12% mampu mengurangi penguapan air dari kulit sebesar 63,63% sampai 73,68%, sedangkan blanko hanya mampu mengurangi penguapan air sebesar 4,35% sampai 5,26%.

Dari data diatas menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi sampel yang ditambahkan dalam sediaan krim, maka semakin tinggi pula kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit. Krim dengan penambahan minyak zaitun sebagai pelembab mempunyai kemampuan mengurangi penguapan air lebih besar daripada krim dengan penambahan gliserol. Menurut Ayu Sekar (2010) minyak zaitun dapat mengunci kandungan air dalam kulit dengan cara menghalangi penguapan pada lapisan terluar kulit atau mengambil air dari dermis kemudian membawa ke permukaan kulit (pelembab humektan). Minyak zaitun dengan kandungan asam oleat yang tinggi hingga 80 % akan lebih mudah bercampur dengan lemak kulit, lebih mampu menembus sel-sel stratum corneum sehingga dapat melembabkan kulit dan melindungi elastis kulit dari kerusakan.

Kandungan vitamin E dalam minyak zaitun merupakan anti penuaan dini dan mampu menghaluskan dan melembabkan permukaan kulit tanpa menyumbat pori-pori. Minyak zaitun merupakan pelembab yang baik untuk melembabkan kulit wajah dan tubuh. Selain itu, minyak zaitun bermanfaat untuk melepaskan lapisan sel-sel kulit mati (Surtiningsih, 2005).

Gliserol membentuk lapisan yang bersifat higroskopis yang mampu mrnyerap air dari udara dan mempertahankannya di permukaan kulit. Preparat ini


(53)

membuat kulit nampak lebih halus dan mencegah dehidrasi lapisan stratum corneum. Jadi, minyak zaitun dengan kandungan asam lemak tak jenuhnya (asam oleat) dan vitamin mampu mengurangi penguapan air dari kulit lebih besar daripada gliserol.


(54)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa: 1. Minyak zaitun (Olea europaea) dan gliserol dapat diformulasikan dalam

bentuk sediaan krim dengan tipe emulsi m/a. Sediaan krim yang dihasilkan semuanya homogen dan stabil pada penyimpanan selama 12 minggu. Sediaan krim minyak zaitun mempunyai pH 7,4-7,63, sedangkan krim gliserol mempunyai pH 7,47-7,67 serta tidak mengiritasi kulit.

2. Penambahan minyak zaitun (Olea europaea) dan gliserol dalam sediaan krim mampu mengurangi penguapan air pada kulit, bahwa semakin tinggi konsentrasi sampel yang ditambahkan pada sediaan krim, maka semakin tinggi pula kemampuan sediaan krim tersebut mengurangi penguapan air dari kulit.

3. Persentase kemampuan minyak zaitun (Olea europaea) dalam mengurangi penguapan air pada kulit lebih besar dari pada gliserol pada konsentrasi 2%-12%, dan yang paling besar adalah pada konsentrasi 12%.

5.2. Saran

Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar dapat membandingkan humektan minyak lainnya dengan minyak zaitun, seperti minyak jarak, VCO, dan lain-lain.


(55)

DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh. (2004). Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktik. Cetakan Kesebelas. Yogyakarta: Penerbit Gadjah Mada University Press. Hal.132.

Ansel, H.C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaam Farmasi. Edisi Keempat. Penerbit Jakarta: Universitas Indonesia. Hal. 387-389.

Balsam, M.S. (1972). Cosmetics Science and Technology. Second edition. London. Jhon Willy and Son, Inc. Hal.211

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 33.

Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 22, 83, 97, 356.

Hammad, Sa’id. (2010). 70 Resep Sehat dangan Minyak Zaitun. Solo: Penerbit PT Aqwam. Hal. 27-35.

Putriyanti, D. (2009). 100% Cantik Rahasia di Balik Buah dan Sayur. Yogyakarta: Penerbit Best Publisher. Hal. 36.

Rawlins, E. A. (2003). Bentley's Textbook of Pharmaceutics. 18th ed. London: Bailierre Tindall. Hal. 22, 355.

Santoso, D. (2001). Ramuan Tradisional Untuk Penyakit Kulit. Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. Hal. 1.

Surtiningsih, (2005). Cantik dengan Bahan Alami. Jakarta: Penerbit PT Elex Media Komputindo. Hal. 67

Tranggono, R. I dan Fatma Latifah. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan

Kosmetik. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Hal. 46.

Wasitaatmadja, S. M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta. Penerbit Universitas Indonesia. Hal. 58-59, 62-63, 111.


(56)

LAMPIRAN Lampiran 1. Gambar minyak zaitun

Gambar 1. Minyak Zaitun Lampiran 2. Gambar Sediaan krim

Gambar 2. Sediaan krim


(57)

Gambar 3. Sediaan krim setelah penyimpana selama 12 minggu Lampiran 4. Gambar uji tipe emulsi minyak zaitun


(58)

Gambar 5. Uji tipe emulsi di atas objek gelas

Gambar 6. Uji tipe emulsi di atas objek gelas


(59)

Penguapan Air Dari Kulit

Rangkaian alat pada saat pengujian

Tutup Pot Plastik Tidak Berlubang Tutup Pot Plastik Berlubang

Rangkaian Kedua Tutup Pot Plastik


(60)

Lampiran 6. Gambar pH meter


(61)

Lampiran 7. Perhitungan

Perhitungan persentase pengurangan penguapan air pada sukarelawan.

a. Pertambahan berat

Petambahan berat = berat akhir – berat awal Berat awal = 10,01 g

Berat akhir = 10,14 g Pertambahan berat = 130 mg

b. Presentase pengurangan penguapan

= pertambahan berat tanpa sedíaan – pertambahan berat sediaan

Pertambahan berat tanpa sediaan = 200 mg Pertambahan berat sediaan = 130 mg Persentase pengurangan penguapan = 35 %

pertambahan berat sediaan


(62)

Lampiran 8. Tabel kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit 1. Sukarelawan 1

NO. Formula Berat

Awal (g)

Berat Akhir (g)

Pertambahan Berat (mg)

% Pengurangan

Penguapan

1. Tanpa

Sediaan

10,01 10,21 200 0,00

2. A 10,01 10,20 190 5,00

3. B 10,02 10,18 160 20,00

4. C 10,01 10,14 130 35,00

5. D 10,00 10,12 120 40,00

6. E 10,02 10,12 100 50,00

7. F 10,01 10,08 70 65,00

8. G 10.00 10,05 50 75,00

9. H 10,02 10,19 170 15,00

10. I 10,00 10,15 150 25,00

11. J 10,00 10,13 130 35,00

12. K 10,02 10,14 120 40,00

13. L 10,00 10,09 90 55,00


(63)

2. Sukarelawan 2

NO. Formula Berat

Awal (g)

Berat Akhir (g)

Pertambahan Berat (mg)

% Pengurangan

Penguapan

1. Tanpa

Sediaan

10,00 10.22 220 0,00

2. A 10,01 10,22 210 4,54

3. B 10,01 10,18 170 22,73

4. C 10,01 10,16 150 35,82

5. D 10,02 10,16 140 36,36

6. E 10,00 10,11 110 50,00

7. F 10,00 10,08 80 63,63

8. G 10,02 10,07 50 77,27

9. H 10,01 10,19 180 18,18

10. I 10,01 10,18 170 22,73

11. J 10,01 10,16 150 31,82

12. K 10,02 10,15 130 40,91

13. L 10,02 10,12 100 54,54


(64)

3. Sukarelawan 3

NO. Formula Berat

Awal (g)

Berat Akhir (g)

Pertambahan Berat (mg)

% Pengurangan

Penguapan

1. Tanpa

Sediaan

10,00 10,19 190 0,00

2. A 10,02 10,20 180 5,26

3. B 10,01 10,16 150 21,05

4. C 10,00 10,13 130 31,58

5. D 10,01 10,12 110 42,10

6. E 10,00 10,09 90 52,63

7. F 10,01 10,08 70 63,16

8. G 10,02 10,06 40 78,95

9. H 10,00 10,16 160 15,79

10. I 10,02 10,16 140 26,31

11. J 10,01 10,13 120 36,84

12. K 10,01 10,11 100 47,37

13. L 10,02 10,10 80 57,89


(65)

4. Sukarelawan 4

NO. Formula Berat

Awal (g)

Berat Akhir (g)

Pertambahan Berat (mg)

% Pengurangan

Penguapan

1. Tanpa

Sediaan

10,02 10,25 230 0,00

2. A 10,00 10,22 220 4,35

3. B 10,01 10,20 190 17,39

4. C 10,02 10,19 170 26,09

5. D 10,01 10,15 140 39,13

6. E 10,01 10,13 120 47,83

7. F 10,01 10,09 80 65,22

8. G 10,02 10,07 50 78,26

9. H 10,00 10,20 200 13,04

10. I 10,02 10,20 180 27,78

11. J 10,01 10,17 160 30,43

12. K 10,00 10,14 140 39,13

13. L 10,01 10,12 110 52,17


(66)

5. Sukarelawan 5

NO. Formula Berat

Awal (g)

Berat Akhir (g)

Pertambahan Berat (mg)

% Pengurangan

Penguapan

1. Tanpa

Sediaan

10,00 10,21 210 0,00

2. A 10,01 10,21 200 4,76

3. B 10,00 10,17 170 19,05

4. C 10,01 10,16 150 28,57

5. D 10.00 10,12 120 42,86

6. E 10,01 10,10 90 57,14

7. F 10,01 10,08 70 66,67

8. G 10,00 10,05 50 76,19

9. H 10,00 10,18 180 14,28

10. I 10,01 10,17 160 23,81

11. J 10,00 10,13 130 38,09

12. K 10,00 10,11 110 47,62

13. L 10,01 10,10 90 57,14


(67)

6. Sukarelawan 6

NO. Formula Berat

Awal (g)

Berat Akhir (g)

Pertambahan Berat (mg)

% Pengurangan

Penguapan

1. Tanpa

Sediaan

10,00 10,19 190 0,00

2. A 10,00 10,18 180 5,26

3. B 10,02 10,16 140 26,31

4. C 10,00 10,12 120 36,84

5. D 10,03 10,13 100 47,37

6. E 10,01 10,07 60 68,42

7. F 10,00 10,05 50 73,68

8. G 10,01 10,04 30 84,21

9. H 10,00 10,15 150 21,05

10. I 10,00 10,13 130 31,58

11. J 10,00 10,11 110 42,10

12. K 10,00 10,07 70 63,16

13. L 10,02 10,08 60 68,42


(1)

NO. Formula Berat Awal (g)

Berat Akhir (g)

Pertambahan Berat (mg)

% Pengurangan

Penguapan 1. Tanpa

Sediaan

10,01 10,21 200 0,00

2. A 10,01 10,20 190 5,00

3. B 10,02 10,18 160 20,00

4. C 10,01 10,14 130 35,00

5. D 10,00 10,12 120 40,00

6. E 10,02 10,12 100 50,00

7. F 10,01 10,08 70 65,00

8. G 10.00 10,05 50 75,00

9. H 10,02 10,19 170 15,00

10. I 10,00 10,15 150 25,00

11. J 10,00 10,13 130 35,00

12. K 10,02 10,14 120 40,00

13. L 10,00 10,09 90 55,00

14. M 10,00 10,07 70 65,00


(2)

(g) (g) Penguapan 1. Tanpa

Sediaan

10,00 10.22 220 0,00

2. A 10,01 10,22 210 4,54

3. B 10,01 10,18 170 22,73

4. C 10,01 10,16 150 35,82

5. D 10,02 10,16 140 36,36

6. E 10,00 10,11 110 50,00

7. F 10,00 10,08 80 63,63

8. G 10,02 10,07 50 77,27

9. H 10,01 10,19 180 18,18

10. I 10,01 10,18 170 22,73

11. J 10,01 10,16 150 31,82

12. K 10,02 10,15 130 40,91

13. L 10,02 10,12 100 54,54

14. M 10,00 10,08 80 63,63


(3)

(g) (g) Penguapan 1. Tanpa

Sediaan

10,00 10,19 190 0,00

2. A 10,02 10,20 180 5,26

3. B 10,01 10,16 150 21,05

4. C 10,00 10,13 130 31,58

5. D 10,01 10,12 110 42,10

6. E 10,00 10,09 90 52,63

7. F 10,01 10,08 70 63,16

8. G 10,02 10,06 40 78,95

9. H 10,00 10,16 160 15,79

10. I 10,02 10,16 140 26,31

11. J 10,01 10,13 120 36,84

12. K 10,01 10,11 100 47,37

13. L 10,02 10,10 80 57,89

14. M 10,00 10,06 60 68,42


(4)

(g) (g) Penguapan 1. Tanpa

Sediaan

10,02 10,25 230 0,00

2. A 10,00 10,22 220 4,35

3. B 10,01 10,20 190 17,39

4. C 10,02 10,19 170 26,09

5. D 10,01 10,15 140 39,13

6. E 10,01 10,13 120 47,83

7. F 10,01 10,09 80 65,22

8. G 10,02 10,07 50 78,26

9. H 10,00 10,20 200 13,04

10. I 10,02 10,20 180 27,78

11. J 10,01 10,17 160 30,43

12. K 10,00 10,14 140 39,13

13. L 10,01 10,12 110 52,17

14. M 10,01 10,08 70 69,57


(5)

(g) (g) Penguapan 1. Tanpa

Sediaan

10,00 10,21 210 0,00

2. A 10,01 10,21 200 4,76

3. B 10,00 10,17 170 19,05

4. C 10,01 10,16 150 28,57

5. D 10.00 10,12 120 42,86

6. E 10,01 10,10 90 57,14

7. F 10,01 10,08 70 66,67

8. G 10,00 10,05 50 76,19

9. H 10,00 10,18 180 14,28

10. I 10,01 10,17 160 23,81

11. J 10,00 10,13 130 38,09

12. K 10,00 10,11 110 47,62

13. L 10,01 10,10 90 57,14

14. M 10,00 10,07 70 66,67


(6)

(g) (g) Penguapan 1. Tanpa

Sediaan

10,00 10,19 190 0,00

2. A 10,00 10,18 180 5,26

3. B 10,02 10,16 140 26,31

4. C 10,00 10,12 120 36,84

5. D 10,03 10,13 100 47,37

6. E 10,01 10,07 60 68,42

7. F 10,00 10,05 50 73,68

8. G 10,01 10,04 30 84,21

9. H 10,00 10,15 150 21,05

10. I 10,00 10,13 130 31,58

11. J 10,00 10,11 110 42,10

12. K 10,00 10,07 70 63,16

13. L 10,02 10,08 60 68,42

14. M 10,00 10,04 50 73,68