table 4.3 Rata – rata perkembangan investasi pada sektor Pertanian di Kabupaten
Banyuwangi menunjukkan peningkatan yang positif, yaitu sebesar 0,350. Investasi adalah salah satu faktor produksi yang memiliki daya dorong dan
daya ungkit yang kuat dalam mendorong pertumbuhan ekonomi secara makro. Kegiatan investasi mampu mengakumulasikan modal dan meningkatkan
produktivitas. Investasi dapat meningkatkan output dan meningkatkan permintaan input. Menurut teori pertumbuhan klasik, investasi merupakan pengeluaran yang
dilakukan untuk membeli alat produksi. Apabila investasi yang ada pada sektor pertanian di Kabupaten Banyuwangi meningkat, maka akan menambah alat
– alat dan kemajuan tekhnologi pada sektor pertanian sehingga akan menambah produksi
pada sektor pertanian di Banyuwangi yang secara otomatis akan meningkatkan Produktivitas pada sektor pertanian di Kabupaten Banyuwangi.
Suatu Negara atau suatu Daerah akan berkembang secara dinamis jika investasi yang dikeluarkan jauh
lebih besar dari pada nilai penyusutan faktor produksinya. Negara atau Daerah yang memiliki investasi yang lebih kecil dari pada penyusutan faktor produksinya akan
cenderung mengalami perekonomian yang stagnasi. Investasi merupakan salah satu
komponen dari pendapatan nasional, Produk Domestic Bruto GDP.Sehingga pengaruh investasi terhadap perekonomian suatu Negara dapat ditinjau dari
pendapatan nasional tersebut. Dengan demikian, hasil yang positif dari investasi akan berkorelasi positif dengan Gross Domestik Produk. Secara umum dapat dikatakan,
jika investasi naik, maka GDP cenderung naik. Atau jika investasi turun,maka GDP cenderung turun.
4.2.2 Tenaga kerja
Tenaga kerja adalah penduduk pada usia kerja 15 tahun ke atas atau berumur 15-64 tahun dan dapat pula dikatakan bahwa tenaga kerja adalah penduduk
yang secara potensial dapat bekerja atau tenaga kerja adalah jumlah penduduk dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang-barang dan jasa-jasa jika ada
permintaan dan pemakaian terhadap tenaga mereka dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut.
Tabel 4.4 Perkembangan Tenaga Kerja sektor Pertanian Kabupaten Banyuwangi
No Tahun
Tenaga Kerja orang
Perkembangan 1
2004 393.456
- 2
2005 409.331
0,040 3
2006 358.879
-0,123 4
2007 371.056
0,033 5
2008 373.157
0,005 6
2009 376.327
0,008 7
2010 353.602
-0,603 8
2011 309.351
-0,125 9
2012 299.084
-0,331 10
2013 273.136
-0,867 Jumlah
3.517.379 -1,963
Rata-rata 351.7379
-0,1963 Sumber Data : Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyuwangi,2011
Besarnya tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2004
– 2013 dapat dikatakan fluktuatif. Tenaga Kerja pada sektor pertanian sendiri di Kabupaten Banyuwangi pada tiap tahunnya berkurang dikarenakan
banyaknya tenaga kerja manusia yang sudah dikompenasi dengan mekanisasi, sehingga otomatis akan mengurangi tenaga kerja yang ada pada sektor pertanian di
Banyuwangi. Karena dianggap lebih efisien dalam melakukan kegiatan produksi untuk meningkatkan Produktivitas, Hal ini juga tak lepas dari mahalnya biaya
mengelola lahan pertanian jika menggunakan tenaga manusia. Beberapa penyebab lain menurunnya tenaga kerja sektor pertanian adalah kegagalan panen yang terjadi
membuat petani di Banyuwangi enggan meneruskan penggarapan lahan dan memilih untuk mencari pekerjaan di kota. Dan pendapatan yang diterima oleh tenaga kerja
pada sektor pertanian lebih rendah dibandingkan dengan seseorang bekerja di sektor industri Badan Pusat Statistik Banyuwangi,2013. Adapun jumlah tenaga kerja
yang paling terendah terendah terjadi pada tahun 2013 sebesar 273.136 orang Dan jumlah tenaga kerja yang tertinggi adalah pada tahun 2005 sebesar
409.331
orang. Dalam hal ini perkembangan terbesar sebesar 0,040 yaitu pada tahun 2005,
sedangkan perkembangan terendah adalah sebesar -0,867 pada tahun 2013.
4.2.3 Luas lahan