sebagai produsen. Sumber daya manusia yang cukup besa jumlahnya merupakan potensi riil yang perlu dikembangkan, terutama kualitasnya.
Tabel 4.2 Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Banyuwangi
No. Tahun Jumlah penduduk juta
Kenaikan 1
2004 1.480.780
- 2
2005 1.497.655
1,139 3
2006 1.510.964
0,888 4
2007 1.525.540
0,964 5
2008 1.530.988
0,357 6
2009 1.550.663
1,285 7
2010 1.566.078
0,994 8
2011 1.564.883
-0,076 9
2012 1.568.956
0,260 10
2013 1.576.650
0,490 Jumlah
15.373,157 6,301
Rata-rata 15.37,3157
0,6310 Sumber Data : Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyuwangi,2011
4.2 Gambaran Umum Variabel penelitian
4.2.1 Perkembangan Investasi di Kabupaten Banyuwangi
Investasi merupakan faktor penting dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi.
Dinamika penanaman
modal mempengaruhi
tinggi rendahnya
pertumbuhan ekonomi dan mencerminkan lesunya pembangunan. Dampak investasi terhadap pembangunan ditentukan pada sektor mana ekonomi investasi dilakukakn
dan porsinya masing – masing dalam keseluruhan investasi nasional.
Perkembangan investasi di kabupaten Banyuwangi dan pertumbuhannya dapat dilihat pada Tabel 4.3
Tabel 4.3 Perkembangan Investasi di Kabupaten Banyuwangi
Sumber Data : Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyuwangi, 2010
Besarnya investasi di Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2004 sampai dengan tahun 2013 dapat dikatakan fluktuatif, Investasi pada sektor pertanian di
Banyuwangi juga kerap terhambat akibat terbatasnya lahan yang kerap beralih fungsi menjadi pemukiman. Berinvestasi pada sektor pertanian dianggap lebih berisiko
tinggi dikarenakan kondisi iklim yang kurang menentu, wabah penyakit yang menyerang dan lain sebagainya. Karena iklim juga mempengaruhi kondisi pada
sektor pertananian, sehingga membuat investasi mengalami naik turun Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Banyuwangi, 2006. Adapun jumlah investasi
yang paling terendah terendah terjadi pada tahun 2004 sebesar
511.466,89
Dan jumlah investasi yang tertinggi adalah pada tahun 2013 sebesar
935.764.19
. Dalam hal ini perkembangan terbesar sebesar 0,698 yaitu pada tahun 2010 sedangkan
perkembangan terendah adalah sebesar 0,043 pada tahun 2004. Dapat dilihat pada
No Tahun
Investasi Juta Rupiah
Perkembangan 1
2004 511.466,89
- 2
2005 533.504,23
0,043 3
2006 585.024,55
0,059 4
2007 622.014,08
0,063 5
2008 685.743,76
0,102 6
2009 717.964.79
0,046 7
2010 768.095.81
0,698 8
2011 820.933.91
0,687 9
2012 876.730.94
0,679 10
2013 935.764.19
0,673 Jumlah
7.097.243,15 3,050
Rata-rata 7.09724,315
0,350
table 4.3 Rata – rata perkembangan investasi pada sektor Pertanian di Kabupaten
Banyuwangi menunjukkan peningkatan yang positif, yaitu sebesar 0,350. Investasi adalah salah satu faktor produksi yang memiliki daya dorong dan
daya ungkit yang kuat dalam mendorong pertumbuhan ekonomi secara makro. Kegiatan investasi mampu mengakumulasikan modal dan meningkatkan
produktivitas. Investasi dapat meningkatkan output dan meningkatkan permintaan input. Menurut teori pertumbuhan klasik, investasi merupakan pengeluaran yang
dilakukan untuk membeli alat produksi. Apabila investasi yang ada pada sektor pertanian di Kabupaten Banyuwangi meningkat, maka akan menambah alat
– alat dan kemajuan tekhnologi pada sektor pertanian sehingga akan menambah produksi
pada sektor pertanian di Banyuwangi yang secara otomatis akan meningkatkan Produktivitas pada sektor pertanian di Kabupaten Banyuwangi.
Suatu Negara atau suatu Daerah akan berkembang secara dinamis jika investasi yang dikeluarkan jauh
lebih besar dari pada nilai penyusutan faktor produksinya. Negara atau Daerah yang memiliki investasi yang lebih kecil dari pada penyusutan faktor produksinya akan
cenderung mengalami perekonomian yang stagnasi. Investasi merupakan salah satu
komponen dari pendapatan nasional, Produk Domestic Bruto GDP.Sehingga pengaruh investasi terhadap perekonomian suatu Negara dapat ditinjau dari
pendapatan nasional tersebut. Dengan demikian, hasil yang positif dari investasi akan berkorelasi positif dengan Gross Domestik Produk. Secara umum dapat dikatakan,
jika investasi naik, maka GDP cenderung naik. Atau jika investasi turun,maka GDP cenderung turun.
4.2.2 Tenaga kerja